Senin, 05 April 2010
Menggapai Kebahagiaan Hakiki
“Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di dalam surga mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada putus-putusnya.” Huud:108
“Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” Thahaa:124
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Suatu hari, di dalam sebuah rumah tangga terjadi pertengkaran yang sengit antara suami istri. Sang suami berkata kepada istrinya dengan kemarahan yang luar biasa seraya berkata:
“Sungguh aku akan menjadikan kamu menderita dan celaka!!!”.
Dengan suara lirih istrinya menjawab: “Kamu tidak akan pernah bisa mencelakakanku sebagaimana kamu tidak bisa membahagiakanku!”.
Dengan nada heran sang suami balik bertanya: “Mengapa tidak bisa?”.
Istrinya menjawab dengan tegas dan yakin:
“Sekiranya kebahagiaan itu hanya berkaitan dengan uang belanja dan perhiasan, niscaya kamu bisa menghentikan. Akan tetapi kebahagian itu hanya ada pada suatu yang dimana kamu dan semua manusia tidak akan pernah menguasainya.”
Dan dengarkan baik-baik: “Sesungguhnya kebahagianku ada dalam imanku, sementara imanku ada dalam relung hatiku dan hatiku hanya ada dalam genggaman Rabbku.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…..
Makna kebahagian ini juga pernah diungkapkan oleh Hujjatul Islam, Imam Ibnu Taimiah – rahimahullah – “Apa yang bisa dilakukan musuh-musuhku terhadapku? Surgaku dan tamanku ada di hatiku…bila aku berjalan maka ia bersamaku dan tidak pernah berpisah dariku…. Penjaraku adalah kesendirianku (dengan Rabbku)…kematianku adalah syahadah (syahid)….pengusiranku dari negeriku adalah wisata bagiku.”
Ya, inilah kebahagiaan yang diinginkan oleh Islam dalam kehidupan kita.
Bahagia dengan nilai-nilai keimanan, bahagia di saat melaksanakan ketaatan kepada Allah swt. dan bahagia dalam naungan keislaman. Allah swt. berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu” Fushshilat : 30
Jama’ah yang dimulyakan Allah….
Ketika kita istiqomah dalam memegang ajaran agama Allah swt, maka kita akan merasakan keamanan dan kenyamanan yang luar biasa. Bahkan surga Allah swt. menanti di akhirat kelak, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt dalam ayat di atas. Rasa aman dan tentram dalam hidup adalah tanda kebahagian seseorang.
Rasulullah saw. juga bersabda:
Dari Anas bin Malik berkata: “Rasulullah saw. bersabda: “Barang siapa yang menjadikan akhirat tujuannya maka Allah akan menjadikan kekayaan dalam hatinya, memudahkan segala urusannya dan dunia akan datang kepadanya dengan hina (tidak pernah menguasai hati, semakin kaya semakin bersyukur-pen). Dan barang siapa yang menjadikan dunia tujuannya, maka Allah akan meletakkan kefakirannya di antara kedua matanya, mencerai-beraikan segala urusannya dan dunia tidak akan datang kecuali hanya sekedarnya.” Imam At-tirmizi
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…….
Adakalanya kita temukan dalam realitas kehidupan kita, bahwasanya sebagian manusia ada yang merasa bahagia dengan harta yang melimpah ruah. Mereka puas dan bahagia ketika berfoya-foya, menghamburkan kekayaannya dan hal-hal yang tidak berfaedah lainnya. Ada juga yang puas dan bahagia dengan menjalankan kemaksiatan dan kemungkaran. Merasa tentram dan nyaman dengan segala aksi asusila, menontonkan aurat dan selingkuh serta berganti-ganti pasangan. Bahagia dengan minuman keras, ekstasi dan perjudian.
Jama’ah yang dimulyakan Allah…..
Namun di balik kehidupan yang serba gelap dan kebahagian yang semu, kita masih melihat hamba-hamba Allah swt. yang mengoptimalkan harta, waktu dan tenaga untuk membangun amal unggulan dan amal shaleh. Mereka merasa bersalah ketika tidak memperhatikan saudara-saudaranya yang sedang dihimpit kesusuhan. Mereka yang menghadapi ujian seperti saudara kita yang terkena gempa, dilanda banjir dan tanah longsor. Saudara kita yang lain yang berada di negeri-negeri Islam seperti muslim Ghaza Palestine, Iraq, Chechnya, Afghanistan dan yan lainnya. Kegelisahan dan kegamangan merasuki jiwa mereka tatkala meninggalkan amal-amal shaleh, tidak tilawah, tidak sholat berjama’ah dan amal kebaikan yang lain. Oleh karenanya Imam Hasan Al-Bashari – rahimakumullah – berkata:
“Carilah kebahagiaan dalam tiga hal: dalam sholat, dalam dzikr dan dalam tilawat Al-Quran.”
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah……
Imam Ibnu Qoyyim – rahimahullah – mengklasifikasikan kebahagian yang mempengaruhi suasana jiwa seseorang menjadi tiga.
Pertama; kebahagian yang berkaitan dengan eksternal. Yaitu bahagia dengan harta yang berada di luar diri manusia. Ia bahagaia ketika mendapatkan kekayaan. Inilah kebahagian yang disebut dengan “ladzdzah wahmiah khayaliah” (kebahagiaan semu). Dan ketika ia bahagia membelanjakan hartanya untuk memenuhi syahwatnya yang dilarang, maka inilah yang disebut “ladzdzah bahimiah” (kebahagiaan dan kenikmatan hewani).
Kedua, kebahagiaan yang berkaitan dengan nikmat badaniah. Bahagia dengan kesehatan yang prima, bahagia dengan kesempurnaan ciptaannnya, bahagia dengan kecantikan dan kemolekan tubuhnya dan nikmat badaniah yang lain. Ini juga termasuk kebahagiaan yang semu.
Alangkah indahnya ungkapan penyair Arab:
“Wahai pelayan jasad, berapa banyak kamu sengsara dalam melayani. Kamu hanya dengan ruh bukan dengan jasad, disebut manusia.”
Dan – jama’ah rahimakumullah – yang ketiga adalah kebahagiaan yang sebenarnya. Kebahagian dunia akhirat. Kebahagiaan abadi dan hakiki. Kebahagiaan yang kita dambakan semua. Yaitu kebahagiaan yang bersumber dari nilai-nilai ketaatan kepada Allah swt.
Sebab-Sebab Bahagia
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah……..
Untuk menggapai kebahagiaan yang hakiki, kita harus memiliki sebab-sebab yang melahirkan kebahagiaan ini.
Pertama, Keimanan dan Tauhid
“Barang siapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barang siapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki ke langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman”. Al-An’am:125
Keimanan dan ketauhidan yang mengkristal dalam jiwa seorang muslim merupakan sumber dari segala sumber kebahagiaan. Keiistiqamahan dalam bertauhid akan memberikan energi baru untuk menghadapi segala ragam kehidupan. Ia tidak akan pernah takut dan bersedih dalam menjalani kehidupan dalam kondisi apupun. Baik dalam kondisi lapang maupun kondisi dan situasi yang sempit. Maka ia tetap eksis dalam menjalani kehidupan dengan kekuatan iman ini.
Kedua, Tazkiatun Nafs (mensucikan diri)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah…
Salah satu sebab yang bisa mendatangkan kebahagiaan seseorang dalam hidup ini adalah kesuciaan jiwa. Jiwa yang suci akan mendatangkan banyak manfaat dan kebaikan dalam kehidupan seseorang di dunia maupun di akhirat. Karena pangkal kebaikan diri seseorang, keluarga, masyarakat dan bahkan bangsa diawali dengan kebaikan jiwa seseorang. Manusia yang memiliki jiwa yang suci nan sehat akan senantia komitmen dengan nilai-nilai kebaikan. Oleh karenanya Allah swt. berfirman:
“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, Dan Sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.” Asy-Syamsy: 8-10
Rasulullah Saw bersabda: “…Ketauhilah, di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuhpun baik, dan jika ia rusak, seluruh tubuh pun rusak. Ketauhilah, segumpal daging itu adalah hati.” (Bukhari Muslim)
Ibnu Rajab berkata: “Hati yang baik adalah yang terbebas dari segala penyakit hati dan berbagai perkara yang dibenci, hati yang penuh kecintaan dan rasa takut kepada Allah, dan rasa takut berjauhan dari Allah swt.”
Ketiga, Sholat
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Sebab kebahagiaan yang lain adalah sholat. Karena sholat adalah cahaya, ketenangan dan ketentraman dalam jiwa kita. Sholat juga penghubung antara Allah dan hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Dengan sholat mereka menemukan ketenangan dan kebahagiaan. Bahkan dalam menghadapi musibah pun diperintahkan untuk sholat. Allah berfirman: “Dan memohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan kesabaran dan sholat…” Al-Baqarah : 45
Rasulullah bersabda: “Dijadikan ketenanganku di dalam sholat,” dan apabila mendapatkan kesulitan, beliau berkata kepada Bilal,” Wahai Bilal, qamatlah! Agar dengan sholat tersebut kami tenang.” (Imam Abu Dawud)
Keempat, Ridho dan Qona’ah
Ridho dan qana’ah merupakan akhlak mulya yang harus dimiliki oleh setiap muslim. Karena ridho dan qana’ah adalah bentuk ketulusan, keikhlasan dan ketundukan seorang hamba dalam menerima hasil akhir dari amal usaha. Dengan ridho, manusia akan menerima segala keputusan yang telah digariskan oleh Allah. Baik yang berkaitan dengan dirinya, keluarga maupun harapan-harapan lain yang sangat dicita-citakan dalam kehidupannya. Kekuatan ridho dan qana’ah akan membendung keputusasaan dan kesedihan yang akan masuk dalam ruang kepribadian kita. Allah swt. berfirman:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” Al-Hadiid: 22-23
Kelima, Dzikir
Seorang mukmin sangat memerlukan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Karena itu, ia perlu memperbanyak dzikir kepada Allah, agar senantiasa berhubungan dengan Allah, bersandar kepada-Nya, memohon pertolongan dan ampunannya. Dengan senantiasa berdzikir kepada Allah dalam kondisi apapun, manusia akan merasa tentram, tidak ada rasa takut, tidak ada rasa khawatir dan kesedihan dalam jiwanya. Oleh karenanya Allah berfirman:
“ (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” Ar-Ra’du: 28
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah….
Semoga dengan sentuhan ayat-ayat Allah swt. dan hadits Nabawiah kita semua bisa melakukan perbaikan diri kita dalam kehidupan yang fana ini. Agar kita mendapatkan kebahagiaan yang hakiki, bahagia di dunia dan bahagia di akhirat. Dan semoga kita dijadikan oleh Allah swt. hamba-hamba-Nya yang sholeh, model-model muslim yang ideal nan mempesona. Aamiin Yaa Mujiibassaa’iliin.
http://www.dakwatuna.com/2008/menggapai-kebahagiaan-hakiki/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar