Jumat, 18 November 2011

KEKUATAN KATA-KATA & DIAM


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabdaْ :
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berbicaralah yang baik atau diam.” (HR. Muslim no. 34)


Kekuatan Kata-kata

Modeling secara harfiah berartti meniru, yakni meniru-pola-pola tindakan orang lain atau lebih tepatnya meniru tokoh yang diidolakan. Bila Anda memodel seorang juara tennis misalnya, itu artinya sedang meniru pola-pola perilaku dari pola pikir dan pola tindakan khususnya teknik-teknik memukul dan menerima bola tenis dan seterusnya. Memodel secara serius sesungguhnya, seseorang sedang memahami dan memvisualisikan dalam pikirannya dan setelah jelas gambaran pola-polanya, ia mengendapkannya dalam alam bawah sadar menjadi file (program).

Sebenarnya teori yang mendasari modeling sangat sederhana: siapa saja meniru tindakan orang-orang sukses cenderung sukses; sebaliknya meniru orang gagal atau tepat meniru perilaku negatif ia cenderung menjadi gagal.

Meski sesimpel itu, modeling tidak akan bekerja secara efektif bila tingkat memodelnya hanya sampai dataran kognitif saja. Artinya, ia tahu persis secara konsep pola perilaku sampai cara-cara memodel pola perilaku orang-orang sukses, tetapi bila hanya tahu saja tidak sampai ke tingkat emosional untuk melakukannya secara sungguh-sungguh, modeling tidak akan berjalan efektif. Modeling mempersyaratkan adanya komitmen emosional untuk melakasanakannya.

Anatomi Modeling

Kalau saya tarik ke belakang, bagaimana seorang anak manusia lahir di muka bumi sampai tingkat peradabannya tidak lepas dari modeling. Dimulai dari budaya yang sangat sederhana pola makan dan pola (cara) berpakain tidak lepas dari hasil memodel budaya di lingkungannya. Kita bisa makan, minum dan bepakain dengan cara-cara yang sopan (paling tidak diterima oleh lingkungan) adalah hasil modeling atau meniru.

Sesungguhnya proses memodel tidaklah semudah yang kita bayangkan. Anda bisa membaca, menulis huruf dan merangkainya menjadi kata-kata misalnya, membutuhkan perjuangan keras dan waktu bertahun-tahun. Coba kita ingat ketika kita masih duduk di bangku sekolah dasar kelas (SD) satu dulu. Untuk paham lafal dan menulis huruf ”R” saja, berapa kali Anda menghafal dan melafalnya? Berapa kali Anda menirukan Bapak/Ibu Guru untuk melafal huruf ”R” sesuai mimik guru? Berapa kali Anda menulis dan menghapus huruf tersebut sehingga Anda secara mental hafal dan secara motorik bisa menulis huruf tersebut hingga dianggap benar? Berapa jumlah energi yang dikeluarkan dan sampai tingkat konsentrasi apa hingga Anda benar-benar hafal?

Kita tidak menyadarinya bahwa betapa berat perjuangan untuk bisa menghafal satu huruf saja. Ternyata otak kita untuk bisa menghafal satu huruf memerlukan pengulangan berkali-kali sehingga hafal betul! ”Hafal di luar kepala!”, begitu istilah yang sering kita dengar untuk memodel satu huruf (fenomena) saja. Sekarang saja Anda begitu otomatis menggunakan huruf dan kata karena sudah hafal di luar kepala.

Begitu pentingtnya menghafal/memodel huruf dalam kehidupan manusia sehingga Allah SWT dalam Al Qura’an surat Al Baqarah ayat 1 (satu) mengisyaratkan pentingnya huruf sebagai hal yang elementer dalam kehidupan manusia. Dalam surat itu hanya tediri 3 (tiga) huruf yakni: alif laam mim dan bukan kata-kata atau kalimat sebagaimana ayat-ayat Al Qur’an lainnya. Tentang tafsir ayat ini masih bervariasi dalam memaknaninya: ada yang mengatakan bahwa itu hanya Allah yang mengatauinya; ada pula yang menafsirkannya sebagai pembukaan bacaan yang menarik atau sebagai daya tarik dari bacaan Al Qur’an.

Bagi saya, huruf alif laam mim, bukan saja sebagai pertanda bahwa Al Qur’an sebagai ditulis dengan bahasa Arab yang indah, namun bermakna bahwa huruf merupakan simbol penting bagi manusia agar bisa memodel, meniru semua hal yang ada di dunia. Bahwa huruf dihafal (dimodel) di luar kepala sebagai bagian penting dan elementer dalam berkomunikasi melalui bahasa. Apa sebabnya?

Pertama, huruf harus dihafal agar kita bisa merangkai sebuah kata, baik kata benda, sifat maupun kata kerja. Semua hal di muka bumi ini pasti bisa diberi nama yang merupakan rangkaian huruf. Anda bisa merangkainya dalam bentuk kata (benda, sifat dan kerja) bila Anda hafal huruf-huruf yang membentuknya, yang Anda tahu, betapa sulitnya dulu saat saat masih duduk di sekolah dasar untuk menghafal/memodel huruf tersebut.

Kedua, huruf dan kata yang sudah kita model tadi, merupakan bahan membuat sebuah kalimat. Di dalam kalimat itulah Anda menemukan sebuah makna (meaning). Bagaimana Anda membuat makna? Anda mampu membuat makna juga tidak lepas dari modeling, Anda tahu makna akan sebuah kalimat karena Anda hafal akan makna setiap kata yang membentuknya. Bila tidak hafal satu kata saja Anda pasti sulit memaknainya.

Ketiga, rangkaian huruf menjadi sebuah kata, dan rangkaian beberapa kata menjadi sebuah kalimat yang di dalamnya mengandung makna, sesungguhnya Anda sedang berkomunikasi dengan apa yang disebut bahasa. Bahasa apa pun, pastinya terbentuk dari huruf dan kata berikut kaidah-kaidah kebahasaan sebagai pembentukannya. Sampai di sini saya ingin mengatakan bahwa peran bahasa dalam kehidupan dan peradaban manusia menduduki peran sentral. Bahwa manusia sangat mengandalkan bahasa dalam kehidupannya, apa pun fenomena, benda, situasi bahkan ilmu pengetahuan sangat tergantung kepada peran bahasa.

Apabila Anda hari ini mengusai bahasa tertentu tidak lepas dari usaha keras Anda dalam memodel/menghafal bahasa tersebut. Adakah seseorang yang dalam belajar bahasa yang langsung hafal tanpa menghafal dan mempraktikkannya terlebih dahulu setiap hari? Anda bisa berbahasa karena biasa, yakni biasa memodel/mengafal. Berapa kali Anda menhafal satu kata?

Linguistic Programming

Manusia menciptakan huruf, kata, kalimat dan bahasa bukan untuk sekedar sebagai alat komunikasi. Bukan sekedar alat ekspresi dari pesan yang ingin disampaikan kepada orang lain. Dalam kaitannya dengan makna pada setiap kata dan kalimat, manusia menciptakan bahasa adalah dalam rangka mind programming (pemograman pikiran). Setiap makna yang terkandung dalam setiap kata dan kalimat bahasa tertentu (bahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Perancis, Jerman dan lain-lain) mampu mempengaruhi pikiran seseorang yang setelah mengalami filter (cocok tidak cocok, bernilai atau tidak bernilai dengan belief dirinya) makna tersebut tersimpan secara baik di dalam benaknya (pikiran bawah sadar).

Makna dalam setiap kalimat adalah benih yang apabila benih itu terus terawat, tumbuh mengakar kuat, akan berkembang dan berbuah, yakni buah pikiran (ide-ide), buah konsep, hingga buah keterampilan yang bermanfaat bagi umat manusia.
Contoh kalimat ”Aku adalah anak pandai dan ulet dalam situasi apa pun.”
Makna dari kalimat ini adalah ”percaya diri dan pantang meyerah”.

Apabila makna ini benar-benar tertanam kuat dalam pikiran bawah sadar seseorang maka sudah barang tentu banyak buah yang dapat dipetik. Percaya diri adalah pangkal sukses apa pun profesi seseorang. Bila ia adalah seorang yang bercita-cita jadi seorang entrepreneur, maka banyak buah-buah (produk/jasa) kreatif yang diciptakan; bila ia bercita-cita menjadi seorang karyawan, maka dengan percaya diri akan mengantarkan dirinya pada seorang pemimpin yang buah karyanya banyak dinanti anak buah dan masyarakatnya.

Sebuah makna yang tertanam kuat di dalam pikiran bawah sadar seseorang ibarat sebuah pohon subur yang siap berbuah di sepanjang musim.
Seperti firman Allah SWT: ”Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seijin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya manusia ingat dan perumpamaan kalimat yang buruk adalah seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikit pun” (QS, surat Ibrahim 24-26)

Kata-kata yang baik akan menghasilkan sebuah kalimat yang baik; kalimat yang baik akan menghasilkan makna yang baik; makna yang baik ibarat benih pohon yang baik dan kuat, yang siap berbuah pada sepanjang musim. Sebaliknya kata dan kalimat yang buruk akan menghasilkan makna dan buah (ide) yang buruk pula. Bila ide buruk tertanam dalam pikiran bawah sadar seseorang secara kokoh maka perilaku buruk yang diperoleh. Ibarat, pikirannya terserang virus/kangker yang hasilnya (buah) tidak dapat diharapkan. Bila itu diibaratkan sebuah pohon, maka pohon yang demikian itu seperti pohon yang telah dicabut akar-akarnya alias mati.

Apa yang Anda katakan pada orang lain adalah benih yang kau taburkan di benak orang lain. Bila yang Anda katakan adalah benih unggul maka akan berbuah (karya) unggul bagi kehidupan. Sepanjang buah tersebut bermanfaat bagi yang bersangkutan dan bagi masyarakat, Anda mendapatkan pahala yang terus mengalir; sebaliknya bila yang Anda katakan adalah kata-kata/kalimat kotor maka akan menghasilkan virus-virus yang mematikan. Bila yang Anda katakan ternyata menyesatkan sehingga yang bersangkutan hidupnya sesat alias tidak bisa berbuah (karya) maka Anda akan mendapatkan ”resikonya” sepanjang masa.

Berkatalah yang baik karena kata-katamu ibarat benih yang mampu menegakkan pohon pikiran berbuah (karya) sepanjang masa. Bila ini dilakukan niscaya pahala yang mengalir sampai akhir hayat.
by. Waidi Akbar [http://portalnlp.com/anatomi-modelling-and-programming/]

KEKUATAN DIAM

Seperti kata-kata, di dalam diam juga ada kekuatan. Diam bisa dipakai untuk menghukum, mengusir, atau membingungkan orang. Tapi lebih dari segalanya, diam juga bisa menunjukkan kecintaan kita pada seseorang karena memberinya “ruang”. Terlebih jika sehari-hari kita sudah terbiasa gemar menasihati, mengatur, mengkritik bahkan mengomel.

Diam, yang sering kali dihubungkan dengan kepasifan, mempunyai kekuatan yang besar. Diam membantu kita untuk lebih berkonsentrasi, tenang, introspektif, dan bahkan lebih bijak. Dan, diam seringkali lebih dapat menyampaikan poin-poin kita dengan lebih efektif dari pada argumen-argumen.

Diam memberikan kesempatan kepada kita untuk mendengarkan diri kita sendiri. Kita bisa mendengarkan diri kita sendiri dengan cara yang baru dan lebih efektif, untuk mendengarkan apa yang suara batin kita ajarkan pada kita.

Penulis Parker Palmer menggambarkan hal itu dengan kata-kata sebagai berikut: “kita mendengarkan petunjuk dimana saja kecuali di dalam batin. Kita percaya, bahwa hanya karena kita telah mengatakan sesuatu, maka kita memahami maknanya. Tetapi sering kali tidak. Kita perlu mendengar apa yang sedang dikatakan oleh hidup kita dan mencatatnya, agar kita tidak lupa kebenaran kita sendiri.”

Di saat kita DIAM SEJENAK dalam KEHENINGAN maka akan menghasilkan kumpulan ENERGI yang luarbiasa besarnya yang memiliki KEKUATAN DOBRAK LUAR BIASA untuk membongkar ketertutupan pintu sukses kita selama ini.

Diam sangat penting untuk pembelajaran. Ketika kita berbicara, sangatlah sulit untuk belajar lebih dari apa yang sudah kita ketahui. Namun, ketika kita dengan tenang mendengarkan apa yang dikatakan oleh orang lain, dunia baru sudah disiapkan untuk kita. Kita bisa memulai sesuatu dari perspektif orang lain, bisa lebih memahami pola fikir mereka dan kita bisa memiliki akses terhadap apa yang mereka ketahui.

Ketika kita mendengarkan masalah-masalah dan pendapat-pendapat orang lain, untuk sesaat kita terbebas dari kekhawatiran mengenai masalah kita sendiri dan kita dapat belajar sedikit seperti apa rasanya berada dalam keadaan orang lain. Mendengarkan dengan diam adalah kunci untuk merasakan hidup dengan lebih penuh, informatif, dan empati.

Ali bin Abi Thalib berkata, “Semua kebaikan terangkum dalam 3 kata: pandangan, diam, & bicara. Setiap pandangan yang tidak menghasilkan ibrah adalah kelalaian akal, setiap diam yang tidak mengandung pikiran berarti kelengahan, & setiap bicara yang tidak mencerminkan dzikir adalah perbuatan sia-sia. Berbahagialah orang-orang yang penglihatannya menambah ibrah, diamnya berarti pikir, bicaranya mencerminkan dzikir, menangisi kesalahan-kesalahannya, & membebaskan orang lain dari perbuatan jahatnya.”

by Mas Eddy Sugianto
http://energikultivasi.wordpress.com/2011/08/12/kekuatan-kata-kata-diam/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar