Selasa, 29 November 2011

KIAT MENGHADAPI MASALAH





SUPAYA TANGGUH HADAPI MASALAH BERAT

Bayangkanlah bahwa Anda menjadi komandan sebuah pasukan kecil. Tentara Anda sedikit, kurang berpengalaman, dan bersenjata sederhana. Dengan pasukan ini, Anda harus berperang melawan sebuah pasukan besar. Tentara mereka banyak, berpengalaman, dan bersenjata canggih. Sungguh ini merupakan masalah yang berat, bukan?
Akan tetapi, meskipun seberat itu, masalahnya ternyata dapat teratasi. Salah satu komandan luar biasa yang berhasil mengatasi problem seberat itu ialah Thalut. Ia dan pasukan kecilnya mengalahkan pasukan Jalut yang besar.
Bagaimana pasukan Thalut yang kecil dapat menjadi sedemikian tangguh, sehingga menaklukkan pasukan Jalut yang besar? Salah satu kunci utama kesuksesannya, pasukan Thalut berdoa:

Rabbanâ afrigh ‘alaynâ shabrâ. Wa tsabbit aqdâmanâ. Wanshurnâ ‘alal qawmil kâfirîn.
(Ya Tuhan kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, kokohkanlah langkah kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang ingkar.) (QS al-Baqarah [2]: 250)

Kalau kita menghadapi masalah berat dalam kehidupan sehari-hari, termasuk di dunia cinta, doa tersebut tentunya dapat kita manfaatkan. Insya’Allah kita menjadi lebih kuat daripada problem yang sedang kita hadapi.

SUPAYA TABAH HADAPI MUSIBAH

Bagaimana Allah SWT menjadikan kita tangguh? Caranya melalui musibah, kecemasan, keletihan, atau pun cobaan lainnya. Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa yang dikehendaki baik oleh Allah, niscaya Dia akan memberinya cobaan.” (HR Bukhari dari Abu Hurairah r.a.)

Allah SWT menjelaskan, “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan; dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, [yaitu] orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali‘.” (QS al-Baqarah [2]: 155-156)

Jadi, cobaan Tuhan itu bukan untuk menjadikan kita lemah tak berdaya, melainkan menjadikan kita tangguh. Sementara itu, ucapan istirja’ (sebagaimana termaktub pada akhir kutipan tersebut) membuat kita menjadi tabah menghadapi cobaan itu. (Perhatikan! Cobaan Tuhan bukan hanya berupa wafatnya orang yang kita sayangi. Dengan kata lain, ucapan istirja’ tidak hanya berlaku pada peristiwa kematian, tetapi juga pada ketakutan, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai cobaan lainnya.) Karenanya, kalau Anda ingin menjadi tabah menghadapi cobaan Tuhan, termasuk penderitaan di jalan cinta, silakan ucapkan istirja’:

Inna lillâhi wa innâ ilayhi râji‘ûn.(Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kita kembali.) (QS al-Baqarah [2]: 156)

SUPAYA PENYESALAN TIDAK SIA-SIA

Penyesalan kita mungkin biasanya kita wujudkan dengan memohon ampun kepada Allah dalam bentuk ucapan istighfar: astaghfirullâh (aku memohon ampun kepada Allah) dan sebagainya. Sebenarnya, di samping dzikir semacam ini, masih ada dzikir alternatif lain yang juga menunjukkan penyesalan yang mendalam, sebagaimana yang akan saya tunjukkan di bawah ini.

Penyesalan Masyhar pada kasus di atas, yang belum berhasil menggaet seorang wanita pujaan ke jenjang pernikahan walau telah melewati masa pacaran selama tujuh tahun, mengingatkan saya pada kasus Nabi Yunus a.s.. Selama 30 tahun berdakwah, konon beliau “hanya” menggaet tiga orang ke jalan Allah.

“Dan ingatlah [kisah] Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah [lantaran "kegagalan" dakwahnya]. Ia menyangka bahwa Kami tidak berkuasa atas dirinya. Maka ia berseru dalam kegelapan [menyesali kesalahannya]: ‘Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim‘.” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 87)

Demikianlah Yunus a.s. menyesali kesalahannya. Tentu saja, penyesalan beliau bukanlah sekadar penyesalan terhadap apa yang telah terjadi, melainkan disertai dengan perbaikan diri di waktu-waktu selanjutnya. Beliau kemudian termasuk dalam golongan “orang-orang yang banyak mengingat Allah” (QS ash-Shaffat [37]: 143).

Lantas, bagaimana hasil dari penyesalan yang beliau wujudkan dalam bentuk dzikir (seruan kepada Tuhan) tadi? Manis! Penyesalannya tidaklah sia-sia.
Allah SWT menyatakan: “Maka Kami memperkenankan doanya dan menyelamatkannya dari kedukaan.” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 88)

Jadi, kalau Anda mau selamat dari kedukaan, termasuk di kancah cinta, maka ketika merasakan penyesalan, silakan ucapkan dzikir:

Lâ ilâha illâ anta, subhânaka innî kuntu minazh zhâlimîn.
(Tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.)(QS al-Anbiyaa’ [21]: 87)

SUPAYA SELAMAT DARI PENDERITAAN

Apabila disertai dengan penyesalan diri, maka kita dapat mengucapkan dzikir ala Nabi Yunus a.s. tadi supaya selamat dari penderitaan. Namun ketika tidak disertai dengan penyesalan diri, maka hendaklah kita mengikuti teladan dari Nabi Ayub a.s.. Beliaulah hamba Allah yang sangat tabah dalam menghadapi musibah yang amat berat, berupa: jatuh miskin, sakit parah, dan hidup sebatang kara. Beliau ditinggalkan oleh teman-temannya, sedangkan semua anggota keluarganya telah binasa di bawah reruntuhan atap rumahnya.

Untuk mengikut teladan Nabi Ayub a.s., kita bisa mengucapkan dzikir:

Annî massaniyadh dhurru wa anta arhamur râhimîn.
(Sesungguhnya bencana telah menimpaku, tetapi Engkaulah yang Paling Penyayang diantara semua penyayang.) (QS al-Anbiyaa’ [21]: 83)

Lantas, bagaimana hasil dari dzikir ini? Manis juga, bahkan lebih manis! Allah SWT mengungkapkan:
“Maka Kami kabulkan doanya dan Kami hilangkan segala penderitaan yang menimpanya, dan Kami beri dia keluarga [baru] dan Kami lipatgandakan bilangannya, sebagai rahmat dari Kami sendiri dan peringatan bagi semua hamba Kami.” (QS al-Anbiyaa’ [21]: 84)

SUPAYA TIDAK MENDERITA LAGI

Sesudah Allah SWT menghilangkan suatu penderitaan yang menimpa Anda, tentu Anda tidak ingin mengalami penderitaan itu lagi, bukan? Kalau begitu, bersyukurlah! Caranya? Anda dapat berdzikir dengan ucapan ahli surga (yang takkan menderita lagi):

Alhamdu lillâhil ladzî adzhaba ‘annal hazan. Inna rabbanâ laghafûrun syakûr.

Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka-cita dari kita. Sesungguhnya Tuhan kita benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. (QS Faathir [35]: 34)


http://kholafiyah527.blogspot.com/2011/10/kiat-menghadapi-masalah.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar