Selasa, 14 Juli 2009

Hunian Berwawasan Lingkungan Makin Dicari


Selain sebagai daerah resapan dan ruang terbuka hijau, taman tersebut juga bisa digunakan untuk berolahraga



Pembeli rumah saat ini banyak memburu proyek hunian berwawasan lingkungan (green property) dengan alasan merosotnya kualitas lingkungan dan dampak negatif yang diakibatkan.

"Masyarakat mulai menyadari dampak serius dari kerusakan alam sepertinya munculnya bagaya banjir," kata Arsitek Lansekap dan Koordinator Peta Hijau Jakarta, Nirwono Joga di Jakarta, Minggu (5/7).

Nirwono menambahkan, dampak negatif yang ditimbulkan kerusakan alam itu beragam mulai dari pemanasan global, laut pasang, banjir, perubahan iklim secara ekstrem yang cenderung meningkat.

Nirwono mengatakan, Jakarta dan kawasan sekitarnya rutin dilanda banjir sebagai akibat pembangunan yang mengabaikan lingkungan. Ia khawatir, tanpa dibarengi upaya serius meningkatkan kualitas lingkungan, bencana banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya akan semakin parah.

Diakuinya, masih sedikit perumahan yang dikembangkan dengan konsep ramah lingkungan, dan hanya ada beberapa contoh antara lain Bogor Nirwana Residence (BNR), Sentul City, BSD City, Alam Sutera, Kota Araya (Malang).

Developer lebih tertarik membangun perumahan yang laku di pasar tanpa dibebani predikat ramah lingkungan. Padahal, menurut Nirwono, perumahan ramah lingkungan punya prospek cukup cerah.

Menyusul makin kuatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya lingkungan berkualitas nilai jual "green property" juga ikut terdongkrak.

Bogor Nirwana Residence, misalnya, kendati pasar perumahan kurang bagus, tetapi penjualan rumah yang dikembangkan Bakrieland itu masih cukup oke. Dalam sebulan BNR membukukan penjualan rata-rata Rp25-30 miliar.

Cluster Harmony 1 dan 2 yang rumahnya dibanderol mulai Rp270 jutaan kini sudah hampir habis. Di cluster Panorama (70 unit) yang dengan harga termurah Rp800 jutaan habis dalam waktu setahun. Sementara di cluster Cendana (150 unit) seharga Rp900 juta - Rp1,5 miliar sudah terjual 80 persen.

Jo Eddy Raspati, Chief Marketing Officer BNR, mengakui, BNR laku di pasar karena konsumen tertarik dengan konsep green property dan lokasinya yang strategis. BNR berada di dalam kota Bogor, 10 menit dari pintu tol Bogor.

Area yang dibangun hanya 40 persen, selebihnya untuk ruang terbuka hijau (RTH). Areanya yang berkontur juga dibiarkan apa adanya dengan view Gunung Salak. "Jadi, kami tidak hanya menjual rumah tetapi juga lingkungan," katanya.

Cluster-cluster berkonsep ramah lingkungan (eco friendly) di Bintaro Jaya, BSD City, Grand Wisata, dan Summarecon Serpong juga direspon pasar cukup bagus. Di cluster Kebayoran View misalnya, termasuk yang paling laku di Bintaro Jaya. Padahal harga rumahnya Rp850 jutaan - Rp1,5 miliar per unit. Demikian juga cluster Primavera-Foresta, BSD City dan cluster Celebration Town, Grand Wisata, Bekasi.

Josidha Kusuma GM Marketing Grand Wisata, mengatakan, selain lingkungan konsumen umumnya tertarik karena kelengkapan fasilitas. Misalnya di dalam perumahan tersedia pusat belanja, sekolah, pasar, dsb.

"Orang tidak mau repot lagi, maunya semua kebutuhan dapat terpenuhi di dalam perumahan," katanya. Faktor inilah yang mendorong Bakrieland membangun sejumlah fasilitas di BNR. Kini di dalam perumahan seluas 1.200 ha itu terdapat mal, life style center (Orcdard Walk Arcade), The Jungle, dan sebentar lagi akan beroperasi Aston Bogor Hotel & Resort.

"Kami juga akan menyediakan golf, sekolah, sport club, apartemen, dan rumah sakit," ujar Jo Eddy.

Melihat tren ini sejumlah developer di kawasan Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi) kini mulai berebut menawarkan hunian ramah lingkungan. Ada belasan perumahan dan tidak sedikit dari mereka yang memakai label green.

Sebutlah The Green Andara Lebak Bulus (20 ha), Cinere Green Hill, Cimanggis Green Residence, Green Park (Bekasi), Cilandak Green Residence, Green Mansion, Transquality, Serpong Green Park, Bintaro Green Hill, dll.

Perumahan-perumahan tersebut belum sepenuhnya menerapkan konsep green property. Sebagian besar baru menonjolkan area hijau. Masalah pengelolaan sampah, air, dan efisiensi energi belum jadi prioritas.

Tetapi, menurut Nirwono, tidak jadi masalah karena green property memang butuh waktu dan komitmen developer. Ia tidak menampik harga rumah di perumahan ramah lingkungan lebih mahal sehingga segmennya lebih tipis.

Tetapi menurutnya, dalam jangka panjang konsumen sangat diuntungkan. "Selain perumahannya nyaman dan lingkungannya lebih sehat, nilai propertinya juga lebih tinggi," katanya.

Senin, 6 Juli 2009 | 16:14 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com -
AC
Sumber : Ant

Tidak ada komentar:

Posting Komentar