Allah adalah pemberi cahaya alam raya ini. Cahaya segala sesuatu di alam raya ini bersumber dari-Nya. Karena segala sesuatu yg dikaitkan dgn Allah selalu identik dgn KEBAIKAN, maka upaya mendapatkan cahaya-Nya adalah melalui kebaikan (AMAL SHALEH).
Cahaya menjadikan mata kita menjadi mampu melihat, tetapi ada juga orang yg matanya rabun dan buta tetapi bisa melihat, yaitu dgn HATI nya. Hati kita juga dipenuhi cahaya-Nya. Ada hati yg tidak punya cahaya, itulah hati yg buta, spt disebutkan firman Allah swt: Fa innahâ lâ ta‘mâ al-abshâr walâkin ta‘mâ al-qulûb al-ladzî fî ash-shudûr (bukanlah yg buta itu mata kepala, tetapi yg buta itu mata hati yg berada di dalam dada).
Kualitas kejernihan hati kita bermacam-macam. Ada yg seperti lampu lilin, lampu semprong, dll. Semakin banyak amal shaleh yg kita kerjakan, semakin terang lampu (hati) kita. Semakin sedikit amal kita, semakin buram lentera hati kita, sehingga akhirnya padam sama sekali, spt dilukiskan al-Qur’an: kallâ bal râna alâ qulûbihim mâ kânû yaksibûn (hati mereka dipenuhi karat disebabkan amalan-amalan yg mereka lakukan).
Ada orang mempunyai lentera tetapi tidak mempunyai lampu, hanya tembok yang tembus. Ada yang mempunyai lampu lilin tetapi tidak menggunakan semprong. Orang yang lampu berupa lilin, sedikit saja angin menerpa akan menyebabkan lilinnya padam. Ada juga yang mempunyai lampu, ditutup oleh semprong, sehingga lampu itu baru mati kalau ditiup dari atas, berbeda dengan lilin yang dapat dengan mudah padam apabila ditiup dari atas dan berbagai arah. Ada orang cahayanya dilindungi oleh lampu semprong, tetapi kacanya buram; mengapa buram? karena minyaknya bukan minyak yang baik.
Seseorang yang memiliki lentera atau lampu di dalam hatinya, memiliki kaca yang begitu jernih, minyaknya yang digunakan untuk menyalakan begitu jernih, sehingga dia seakan-akan cahaya di atas cahaya, sangat terang benderang. Inilah puncak lentera hati seorang mukmin.
subhanallah..semoga kita semua tercerahkan hatinya oleh SANG MAHA MELIHAT :)
BalasHapus