Selasa, 03 April 2012

Penyakit Hasad ( Iri dan Dengki ) Penghancur Kebaikan


Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Ataukah mereka (orang-orang Yahudi) dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang telah Allah berikan kepadanya ? ”
(An-Nisa’: 54)

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Janganlah kalian saling iri dan dengki.” (HR. Muslim)
Jauhilah dengki karena sesungguhnya dengki itu membakar kebaikan seperti halnya api memakan kayu bakar (HR. Abu Dawud).

Alangkah indahnya hidup tanpa dengki. Siang menggairahkan fisik untuk giat berkarya. Dan malam menenteramkan hati untuk lelap beristirahat. Sungguh indah nasihat Rasulullah saw. buat generasi penerusnya. “Janganlah kalian saling mendengki, saling menfitnah (untuk suatu persaingan yang tidak sehat), saling membenci, saling memusuhi dan jangan pula saling menelikung transaksi orang lain. Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara muslimnya yang lain, ia tidak menzhaliminya, tidak mempermalukannya, tidak mendustakannya, dan tidak pula melecehkannya. Takwa tempatnya adalah di sini –seraya Nabi saw. menunjuk ke dadanya tiga kali.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah)

Wajib bagi setiap muslim untuk bersungguh-sungguh menjaga dirinya dari penyakit hasad (iri dan dengki) serta khawatir dirinya akan terjatuh padanya. Juga senantiasa berupaya membersihkan diri darinya. Karena hasad itu sangat tersembunyi di dalam jiwa, sewaktu-waktu bisa muncul dan membinasakan dirinya bahkan bisa menghancurkan persahabatan dan persaudaraan yang telah terjalin. Sehingga dari iri hati dan dengki itu, akan melahirkan sifat su’udzan (buruk sangka) terhadap orang lain. Sehingga pada titik lemahnya, dia pun akan berbuat fitnah terhadap siapapun yang dia merasa iri dan dengki terhadapnya terlebih dia mempunyai kepentingan karena merasa tersaingi….naudzubillahi min dzalik. Dan itu bisa dan telah terjadi diantara kita sebagai sahabat sendiri….Astaghfirullah al Adzim.

Sungguh rugi mereka yang tak mampu memaknai indahnya hidup dalam persaudaraan iman. Ada kebencian dalam hati. Ada permusuhan dalam diri. Dan ada dengki yang tiba-tiba mendominasi.

Ada pembangkangan di balik dengki

Sekilas, dengki menunjukkan ketidakberesan antara seseorang dengan orang-orang tertentu. Kesan itu sedemikian kuat tertutama dari para pelaku dengki. Bahkan mungkin ia pun tak sadar kalau dirinya sedang dengki. Padahal, dengki bukan cuma urusan antar manusia. Melainkan juga dengan Allah swt.

Inilah yang tidak disadarai para pendengki. Tanpa sadar, orang yang dengki sebenarnya sedang menghujat sebuah kebijakan Yang Maha Bijaksana. Ia tidak puas dengan turunnya nikmat Allah kepada orang tertentu. Seolah ia ingin mengajukan protes kepada Allah swt., “Kenapa mesti dia yang dapat nikmat. Bukan saya!”

Rasulullah saw. menggambarkan hal itu dalam sebuah hadits. “Sesungguhnya pada nikmat Allah Ta’ala itu terdapat musuh-musuh. Baginda ditanya, “Siapakah musuh-musuh itu, ya Rasulullah?” Baginda menjawab, “Mereka ialah orang-orang yang dengki terhadap orang lain atas anugerah yang diberikan oleh Allah.”

Jadi, seorang yang sedang dengki sebenarnya bukan sekadar melakukan kesalahan terhadap rekan, saudara, atau siapa pun yang ia kenal. Saat dengki itu mulai berkobar, ia sebenarnya sedang melakukan pembangkangan terhadap kebijakan Allah swt.

Pada dasarnya rasa dengki tidak timbul kecuali karena kecintaan kepada dunia. Biasanya nih, dengki banyak terjadi di antara orang-orang terdekat; antar keluarga, teman sejawat, tetangga dan orang-orang yang berdekatan lainnya. Kenapa? Karena rasa dengki itu timbul jika saling berebut pada satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang-orang yang saling berjauhan, karena pada keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Ada beberapa hal yang mengakibatkan dengki antar sesama, antara lain;

1. Permusuhan.
Ini adalah penyebab kedengkian yang paling parah. Ia tidak suka orang lain menerima nikmat. Permusuhan tidak saja terjadi antara orang yang sama kedudukannya, tetapi juga bisa terjadi antara atasan dan bawahannya.

2. Ta’azzuz (merasa paling mulia).
Ia keberatan bila ada orang lain melebihi dirinya. Ia takut apabila koleganya mendapatkan kekuasaan, pengetahuan atau harta yang bisa mengungguli dirinya.

3. Takabbur atau sombong.
Ia memandang remeh orang lain dan karena itu ia ingin agar dipatuhi dan diikuti perintahnya

4. Ta’ajub, heran dan kagum terhadap kehebatan dirinya.

5. Takut mendapat saingan. Karena itu setiap kelebihan yang ada pada orang lain selalu ia tutup-tutupi.

6. Ambisi memimpin (hubbur riyasah).
Hubbur riyasah dengan hubbul jah(senang pangkat/kedudukan) adalah saling berkaitan. Ia tidak menoleh kepada kelemahan dirinya, seakan-akan dirinya tak ada bandingnya. Jika ada orang di pojok dunia ingin menandinginya, itu menyakitkan hatinya. Karenanya ia akan mendengkinya dan menginginkan lebih baik orang itu mati saja, atau paling tidak hilang pengaruhnya.

7. Kikir dalam hal kebaikan terhadap sesama hamba Tuhan.
Model begini nih bakal gembira saat tahu bahwa si fulan tidak berhasil dalam usahanya. Nah, kalo si fulan berhasil, nih orang bakalan sedih dech. Dalam otaknya yang terpikir adalah; biar aja ia tidak dapat nikmat/sesuatu itu asal orang lain tidak juga mendapatkannya. Ia tidak saja kikir dengan hartanya sendiri, tetapi kikir dengan harta orang lain. Nggak rela dia kalo Tuhan memberi nikmat kepada orang lain. Dan inilah sebab kedengkian yang banyak terjadi.

Dengki bukan hanya melepas jalinan cinta antara sesama mukmin. Lebih dari itu. Dengki memunculkan hawa permusuhan. Ada jarak batin ketika dua hamba Allah yang dijangkiti dengki itu bertemu. Tatapan menjadi penelusuran sebuah kecurigaan. Dan senyum menjadi basa-basi hambar. Bahkan, panasnya permusuhan sudah sangat terasa hanya karena nama orang yang didengki disebut orang. Terlebih ketika penyebutan berkenaan dengan keistimewaan atau kemuliaan. Dengki langsung menggiring hati dan pikiran secara optimal mengolah reaksi. Saat itu, tak ada setitik kebaikan pun terlihat dari kacamata dengki. Semuanya buruk.

Allah telah mengingatkan agar hamba-hambaNya senantiasa memikirkan kebaikan-kebaikan yang akan dibawa menuju kehidupan yang abadi. FirmanNya, “Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang dipersiapkannya untuk hari esok” (QS. Al Hasyr: 18).

Tentunya, memikirkan hari esok tak akan mungkin kalau tidak memanfaatkan hari ini. Giat mencari pahala dengan beribadah dan berbuat baik hari ini adalah penting, tetapi mengelola atau menjaganya agar tidak hilang jauh lebih penting. Di antaranya adalah dengan menjaga hati agar tidak digerogoti penyakit dengki.

**************

Kesimpulan ;

Sekilas, dengki menunjukkan ketidakberesan antara seseorang dgn orang2 tertentu. Kesan itu sedemikian kuat tertutama dari para pelaku dengki. Bahkan mungkin ia pun tak sadar kalau dirinya sedang dengki. Padahal, dengki bukan cuma urusan antar manusia. Melainkan juga dgn Allah swt.

Inilah yg TIDAK disadarai para pendengki. Tanpa sadar, orang yg dengki sebenarnya sedang MENGHUJAT sebuah kebijakan Yang Maha Bijaksana. Ia tidak puas dgn turunnya nikmat Allah kpd orang tertentu. Seolah ia ingin mengajukan protes kpd Allah swt., “Kenapa mesti dia yg dapat nikmat. Bukan saya!”

Rasulullah saw. menggambarkan hal itu dalam sebuah hadits: “Sesungguhnya pada nikmat Allah Ta’ala itu terdapat musuh2. Baginda ditanya, “Siapakah musuh2 itu, ya Rasulullah?” Baginda menjawab, “Mereka ialah orang2 yg dengki thd orang lain atas anugerah yg diberikan oleh Allah.”

Jadi, seorang yg sedang dengki sebenarnya bukan sekadar melakukan kesalahan thd rekan, saudara, atau siapa pun yg ia kenal. Saat dengki itu mulai berkobar, ia sebenarnya sedang melakukan PEMBANGKANGAN thd kebijakan Allah swt.

Pada dasarnya rasa dengki tidak timbul KECUALI karena kecintaan kpd dunia. Biasanya nih, dengki banyak terjadi di antara orang2 terdekat; antar keluarga, teman sekerja, teman sejawat, tetangga dan orang2 yg berdekatan lainnya.

Kenapa?

Karena rasa dengki itu timbul jika saling berebut pd satu tujuan. Dan itu tak akan terjadi pada orang2 yg saling berjauhan, karena pd keduanya tidak ada ikatan sama sekali.

Dengki bukan hanya melepas jalinan cinta antara sesama mukmin. Lebih dari itu. Dengki memunculkan HAWA PERMUSUHAN Ada jarak batin ketika dua hamba Allah yg dijangkiti dengki itu bertemu. Tatapan menjadi penelusuran sebuah kecurigaan. Dan senyum menjadi basa-basi hambar. Bahkan, panasnya permusuhan sudah sangat terasa hanya karena NAMA orang yg didengki disebut orang. Terlebih ketika penyebutan berkenaan dgn keistimewaan atau kemuliaan. Dengki langsung menggiring hati dan pikiran secara optimal mengolah reaksi. Saat itu, tak ada setitik kebaikan pun terlihat dari kacamata dengki. Semuanya buruk.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar