Senin, 30 Juli 2012

Meghina para ulama dan Akibatnya



Meghina para ulama terbagi menjadi dua: 

Pertama: Menghina pribadi mereka, misalnya orang menghina sifat-sifat mereka baik dari sisi bentuk ciptaan atau akhlak mereka, ini haram berdasarkan, firman Allah, “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zhalim.” (Al-Hujurat: 11). 

Ibnu Katsir berkata tentang ayat ini, “Allah Taala melarang mengejek orang yakni menghina dan memperolok-olok orang sebagaimana diriwayatkan di dalam ash-Shahih dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau bersabda, ‘Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.’ Yang dimaksud dengannya adalah merendahkan dan meremehkan mereka, ini haram karena bisa jadi yang dihina lebih mulia kedudukannya di sisi Allah dan lebih Dia cintai daripada orang yang mengejek dan menghina.” 

Kedua: Menghina ulama karena mereka ulama, karena ilmu syar'i yang mereka miliki, ini kekufuran karena ia menghina agama Allah Ta'ala. Begitu pula menghina orang shalih karena keteguhannya beragama dan berpegang kepada sunnah, hinaan di sini mengarah kepada agama dan sunnah. 

Mengapa menghina ulama dengan pertimbangan kedua termasuk kekufuran? 

1- Allah menganggap menghina orang-orang mukmin menghina Allah Taala, ayat-ayatNya dan rasulNya shallallahu 'alaihi wasallam. Firman Allah Tabaraka wa Taala, “Katakanlah, ‘Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (At-Taubah: 65-66). 

Sebab turunnya ayat ini, Abdullah bin Umar berkata, dalam perang Tabuk seorang laki-laki berkata dalam suatu majlis, “Kami tidak pernah melihat seperti para qurra` itu, paling rakus makannya, paling dusta lidahnya dan paling takut di medan perang.” Lalu seorang laki-laki dalam majlis berkomentar, “Kamu dusta, kamu orang munafik, aku akan melapor kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.” Hal tersebut sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan al-Qur`an turun. Abdullah bin Umar berkata, “Aku melihat laki-laki itu bergelayutan di pelana unta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tersandung batu, dia berkata, ‘Ya Rasulullah, kami hanya main-main dan bersenda gurau.” Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan rasulNya kamu selalu berolok-olok?’ Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” 

Dalam Fatwa al-Lajnah ad-Daimah tercantum, “Mencela agama memperolok-olok sesuatu dari al-Qur`an dan sunnah, memperolok-olok orang yang bepegang kepadanya dari sisi apa yang dia pegang seperti berjenggot atau behijab untuk muslimah maka ini adalah kufur jika dilakukan oleh mukallaf, patut dijelaskan kepadanya bahwa ia kufur, jika setelah mengetahui dia tetap teguh di atasnya maka dia kafir.” (Fatawa al-Lajnah ad-Da`imah 1/256-257). 

2- Allah menyebutkan bahwa memperolok-olok dan menghina orang-orang mukmin lebih-lebih ulama adalah sebab masuk Neraka Jahannam. 

Ketika penghuni neraka berteriak, “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami darinya dan kembalikanlah kami ke dunia, jika kami kembali kepada kekafiran, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang zhalim." (Al-Mukminun: 107). Allah Taala menjawab, ‘Tinggallah dengan hina di dalamnya, dan janganlah kamu berbicara denganKu. Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hambaKu berdoa (di dunia), ‘Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah pemberi rahmat yang paling baik. Lalu kamu menjadikan mereka buah ejekan, sehingga kesibukanmu mengejek mereka, menjadikanmu lupa mengingatKu dan kamu selalu mentertawakan mereka.” (Al-Mukminun: 108-110). 

3- Menghina para ulama karena ilmu syar'i yang mereka miliki dan karena mereka mengikuti al-Qur`an al-Karim dan sunnah nabi yang shahih pada hakikatnya adalah penghinaan terhadap ayat-ayat Allah dan pelecehan terhadap syariat agama Allah. 

Tidak ragu bahwa penghinaan ini merupakan kekufuran yang bertentangan dengan iman. Firman Allah Taala, “Dan apabila dia mengetahui barang sedikit tentang ayat-ayat kami, maka ayat-ayat itu dijadikan olok-olok. Merekalah yang memperoleh azab yang menghinakan.” (Al-Jatsiyah: 9). 

Ibnu Hazm berkata, “Shahih dengan nash bahwa siapapun yang menghina Allah atau salah seorang malaikat atau salah seorang nabi atau ayat al-Qur`an atau salah satu kewajiban agama, semua itu adalah ayat-ayat Allah, dia kafir setelah hujjah sampai kepadanya.” Wallahu a’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar