Rasulullah SAW
bersabda, “Barangsiapa
yang menghiasi dirinya dengan ketakwaan kepada Allah, maka ia akan hidup dengan
penuh keyakinan dan kekuatan. Ia pun akan berjalan di muka bumi ini dengan
penuh ketenangan dan kedamaian.” (HR.
Abu Nu’aim dari Ali bin Abi Thalib).
Setiap orang,
terlebih lagi seorang Muslim, pasti akan selalu mendambakan ketenangan dan
kedamaian dalam hidupnya, apa pun posisi, jabatan, kedudukan, profesi, dan
keahliannya. Tentu yang di maksud dengan ketenangan dan kedamaian ini, bukanlah
dalam arti yang pasif, tidak pernah berhadapan dengan problematika kehidupan.
Mustahil ada orang yang tidak punya masalah. Sebab, berhadapan dengan masalah
dan tantangan merupakan sunatullah dalam kehidupan (sunnatullah fil hayah). Bahkan, dalam perspektif Alquran,
kesuksesan dan keberhasilan (kemudahan) itu hanyalah akan diraih ketika
seseorang mampu mengatasi kesulitan/tantangan dan memecahkannya dengan
sebaik-baiknya.
Sadarilah
bahwa sesungguhnya kesulitan dan kemudahan ibarat dua sisi pada satu koin (mata
uang) yang kedua-duanya tidak bisa dipisahkan. Perhatikan firman-Nya dalam
Surah Al-Insyirah ayat 5-6, “Karena
sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”
Sabda
Rasulullah SAW tersebut di atas menjelaskan bahwa keyakinan, kekuatan,
ketenangan, dan kedamaian dalam mengatasi berbagai macam masalah kehidupan
hanyalah akan diraih manakala takwa dijadikan sebagai hiasan hidup. Dalam
pengertian hati-hati di dalam ucapan ataupun tindakan, di samping kepatuhan
kepada ketentuan Allah SWT.
Dalam
Alquran Surah Al-Hujurat ayat 13, Allah menyatakan bahwa sebaik-baiknya orang
yang ada di antara umat manusia adalah orang yang paling bertakwa. Dalam ayat
lainnya Allah berfirman, “Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu
pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian
takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari
tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat.” (QS. Al-A’raf:
26).
Orang yang bertakwa
adalah orang yang selalu memikirkan apa yang akan diucapkan dan dilakukannya
tidak sembarangan dan tidak asal-asalan. Tidak ada niat sama sekali untuk
melakukan kejahatan yang merugikan orang lain, terlebih lagi merugikan
masyarakat dan bangsa secara luas. Orang yang menjadikan takwa sebagai hiasan
hidupnya tidak mungkin
mengkhianati jabatannya dengan
memanfaatkannya untuk kepentingan diri, keluarga, dan kelompok nya. Karena,
jabatan diyakininya sebagai amanah yang akan dipertanggungjawabkan kepada masyarakat,
bangsa, dan terutama kepada Allah SWT. Dan apabila hal ini sudah masuk ke dalam
struktur berpikir dan bertindak seseorang, ia akan mendapatkan ketenangan dan
kedamaian yang sesungguhnya di dunia ini dan insya Allah di akhirat nanti.
Wallahua’lam bish shawwab.
Oleh: KH Didin
Hafidhuddin MS
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/07/03/m6ktmi-takwa-sebagai-hiasan-hidup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar