Jumat, 06 Juli 2012

Mensyukuri Segala Nikmat




Tiada kenikmatan, apapun wujudnya yang dirasakan manusia, melainkan datang dari Allah ’Azza wa Jalla. Atas dasar itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala mewajibkan manusia untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya. Dengan cara senantiasa mengingat bahwasanya kenikmatan tersebut datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, diteruskan mengucakan Hamdalah, dan selanjutnya menafkahkan sebagian kekayaannya di jalan-jalan yang diridhai Allah ’Azza wa Jalla. Seseorang yang telah mendapatkan taufik untuk bersyukur, ia akan mendapatkan keberkahan dalam hidupnya, sehingga Allah akan senantiasa melipatgandakan kenikmatan baginya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim [14] : 7).

Pada ayat lain, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Dan barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya Dia bersyukur demi (kebaikan) dirinya sendiri”. (QS. an-Naml [27] : 40).

Imam al-Qurthubi rahimahullah berkata: ”Manfaat bersyukur tidak akan dirasakan, kecuali oleh pelakunya sendiri. Dengan itu, ia akan mendapatkan kesempurnaan dari nikmat yang telah ia dapatkan, dan nikmat tersebut akan kekal dan bertambah. Sebagaimana syukur, juga berfungsi untuk mengikat kenikmatan yang telah didapat serta menggapai kenikmatan yang belum dicapai.”[8]

Sebagai contoh nyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

”Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Rabb) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rizki yang (dianugerahkan) Rabbmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb yang Maha Pengampun”. Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon atsel (cemara) dan sedikit dari pohon bidara.” (QS. Saba’ [34] : 15-16).

Tatkala bangsa Saba’ masih dalam keadaan makmur dan tenteram, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan kepada mereka agar bersyukur. Ini menunjukkan dengan bersyukur, mereka dapat menjaga kenikmatan dari bencana, dan mendatangkan kenikmatan lain yang belum pernah mereka dapatkan


1 komentar: