Ramadhan merupakan bulan rekonsiliasi.
Sepekan lagi Ramadhan akan tiba. Para ulama mengimbau kepada seluruh masyarakat di Tanah Air agar menghormati kemuliaan bulan suci Ramadhan. Masyarakat juga diminta menciptakan kondisi yang kondusif agar umat Islam bisa menjalankan ibadah dengan khusyuk.
''Mari bersama-sama menghormati kemuliaan bulan Ramadhan. Sehingga, kita semua bisa beribadah secara tenang dan khusyuk,'' ungkap Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, H Amidhan, dalam acara Tausyiah MUI menyongsong Ramadhan 1430 H/ 2009 di Jakarta, Jumat (14/8).
Dalam tausiyahnya, MUI juga meminta pemerintah untuk menutup dan membatasi semua tempat hiburan, menertibkan rumah makan atau restoran. '' Kami juga meminta agar pemerintah menertibkan penayangan acara televisi yang menampilkan pornografi, pornoaksi, mistik, ramalan-ramalan, kekerasan baik fisik maupun psikis dan lawakan konyol,'' ujar Kiai Amidhan menegaskan.
MUI juga mengajak seluruh organisasi atau lembaga Islam agar mengisi dan memanfaatkan Ramadhan dengan beragam acara yang bermanfaat dan bermakna. ''Yakni dengan menyelenggarakan berbagai program keumatan bagi keluarga, remaja dan anak-anak. Seperti tadarus Alquran, pesantren kilat Ramadhan, perkemahan Ramadhan, kursus keagamaan dan lainnya,'' imbuh Ketua MUI, KH Ma'ruf Amin.
Kiai Ma'ruf juga mengingatkan bahwa Ramadhan merupakan bulan rekonsiliasi. Setelah selesainya pesta demokrasi lima tahunan, MUI mengimbau para elit politik dan ormas Islam agar menjadikan Ramadhan sebagai bulan ukhuwah dan rekonsiliasi demi kemashlahatan bangsa dan agama.
''Agar terhindar dari musibah bahaya perbedaan politik dengan tetap mengedepankan kepentingan beribadah selama Ramadhan dengan menghindari perbedaan tajam oleh sikap penampilan, ucapan dan perbuatan yang tidak terpuji,'' papar Kiai Ma'ruf.
MUI juga mengungkapkan bahwa Ramadhan adalah bulan ibadah dan bulan amal. ''Oleh karena itu, kami mengimbau para kaum agniya (orang kaya) untuk meningkatkan amal saleh dengan membantu kaum dhuafa melalui penyaluran zakat, infak, sedekah dan amal lainnya,'' ungkap Kiai Amidhan menambahkan.
Kiai Amidhan menjelaskan pentingnya penegakkan good corporate governance serta kepedulian BUMN maupun swasta, baik nasional maupun asing dengan melaksanakan corporate social responsibility (CSR) pada bulan Ramadhan.
Pantau Acara Televisi
Pada Ramadhan tahun ini, MUI bekerja sama dengan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) dan Depkominfo untuk memantau tayangan-tayangan yang dinilai tak pantas tayang di media televisi maupun di media cetak selama bulan Ramadhan.
''Sifat kerja sama ini nantinya tidak hanya sebatas imbauan seperti tahun lalu, namun akan ada tindakan sanksi,'' tutur Kiai Maruf menegaskan. Stasiun televisi maupun media cetak yang melanggar aturan, papar dia, direkomendasikan untuk mendapat sanksi.
MUI, KPI dan Depkominfo bertekad untuk mengamati dan melihat secara serius tayangan-tayangan di televisi serta media cetak. ''Kriteria yang tidak diperkenankan adalah yang mengandung kekerasan, baik fisik maupun psikis, mistik, horor, pornografi dan pornoaksi,'' ungkap kiai Amidhan.
Menurut Kiai Amidhan, stasiun televisi dan media cetak yang melanggar akan diumumkan secara terbuka di kantor MUI pascalebaran. ''Nanti kita umumkan secara terbuka di sini (di MUI red.). Selama ini memang tidak pernah mulus. Ada saja media yang melanggar,'' kata Kiai Amidhan.
Dalam kesempatan itu, MUI juga menegaskan, pesantren-pesantren di Indonesia tak mengajarkan radikalisme. ''Sama sekali tidak ada radikalisme di pesantren-pesantren. Baik itu di pesantren Salafi maupun di pesantren modern,'' cetus Kiai Ma'ruf.
Menurut dia, pesantren tak ada hubungan dan tak boleh disangkutpautkan dengan para pelaku terorisme dan bom bunuh diri. ''Radikalisme itu ada di luar pesantren. Jadi mungkin mereka yang belum matang betul di pesantren, kemudian keluar dan akhirnya karena labil, direkrutlah atau terkena pengaruh-pengaruh dari luar. Saya tegaskan sekali lagi, tidak ada radikalisme di pesantren.'' osa
Sabtu, 15 Agustus 2009 pukul 01:49:00
http://sylviagustin.myrepublika.com/koran/14/69589/Hormati_Kemuliaan_Ramadhan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar