Jumat, 14 Agustus 2009

Penghalang Keberkahan Nikmat

Benarkah harta, jabatan, dan kesehatan yang dimiliki selama ini adalah bentuk karunia Allah SWT kepada kita? Ataukah, justru menjadi hijab yang menghalangi kita meraih rahmat-Nya?

Ada empat kriteria kenikmatan yang tak mendatangkan berkah. Pertama, diperoleh di tengah kemaksiatan kepada Allah SWT. Dengan enggan menjalankan perintah-Nya dan lebih memilih berfoya-foya, kenikmatan yang diperoleh akan makin menjerumuskan seseorang dalam kehinaan dan kebinasaan.

''Maka ketika mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-koyong. Maka ketika itu mereka terdiam putus asa.'' (QS Al-Anaam [6]: 44).

Kedua, nikmat menjadi tidak berkah bila diperoleh dari jalan haram. Harta didapat dari korupsi, jabatan diraih dengan cara curang, atau kesembuhan setelah berobat ke dukun. Apa pun yang didapat dari jalan yang dilarang agama, maka pada hakikatnya tak mampu memberi manfaat, apalagi mendatangkan rahmat-Nya.

''Dan janganlah sebagian kamu memakan harta sebagian yang lain dengan jalan yang batil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebagian harta daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.'' (QS Albaqarah [2]: 188).Ketiga, melalaikan urusan akhirat dan terlalu sibuk urusan dunia. Porsi kerja lebih padat dibandingkan ibadah, sehingga urusan akhirat terbengkalai.

Imam Al-Hasan Rahimahullah mengatakan, ''Janganlah kalian sibuk dengan urusan dunia, karena dunia itu sangatlah menyibukkan. Tidakkah seorang membukakan satu pintu kesibukan untuk dirinya, melainkan akan terbuka baginya sepuluh pintu kesibukan lainnya.'' ( Hilyatul Aulia: 11/144).Keempat, sifat tamak. Merasa khawatir dan gelisah jika hartanya berkurang dan selalu merasa kurang atas segala kenikmatan yang diperoleh. Di pikirannya hanya bagaimana menumpuk dan menumpuk harta.

Selama masih suka melanggar syariat, lalai beribadah, amat cinta dunia, dan enggan berinfak, maka selama itu pula tak akan ada keberkahan atas apa yang dimiliki. Sebaliknya, dengan menekankan sifat qanaah, mensyukuri segala pemberian-Nya, dan tidak kecewa dengan apa yang luput darinya, seseorang akan merasa berada dalam naungan rahmat-Nya

Oleh Taufiqur Rahman
Sabtu, 15 Agustus 2009 pukul 01:39:00
http://www.republika.co.id/koran/25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar