Jumat, 21 Agustus 2009

Memuliakan diri dengan bersyukur


Hari Raya Idulfitri 1428 H akan menyambut kita di akhir Ramadan ini. Idulfitri atau Lebaran kini, dulu dan yang akan datang selalu aktual karena mengisyaratkan tugas pokok kita sebagai makhluknya. Sebagai manusia tugas pokok kita itu sebenarnya selalu mengingat Allah, dengan bahasa populernya zikirullah.

Puncak manusia yang cerdas itu selalu ingat kepada Allah, mengaitkan setiap kejadian dengan hukum Allah. Bila kita mendengar suara motor melintas misalnya, maka yang selalu harus diingat adalah subhanallaah, di sana ada ilmu untuk menggerakkan dan menghasilkan produk itu dan di dalamnya ada hukum Allah.

Oleh karena itu, kita sebagai manusia sudah seharusnya dalam keadaan apa pun, mengingat Allah dan mengaitkan segala yang terjadi di muka bumi ini dengan penciptanya.

Setiap yang hidup senantiasa diberikan masalah oleh Allah. Karena hakikatnya Allah itu memberikan kepada kita sebagian dari kekuasaannya yang disebut ya hayyu ya qoyyum, Dia Yang Maha Hidup dan Maha Menyelesaikan masalah.

Untuk bisa menyelesaikan semua persoalan itu kita diberi perangkat hidup dan Allah berjanji, Aku sudah sediakan rezeki untuk semua makhlukku. Rezeki itu sudah tugas Allah. Dia yang memberikan kita hidup dan rezeki, sedangkan tugas manusia adalah menyelesaikan persoalan hidup ini sebagai tanda syukur.

Lalu apa makna bersyukur? Bersyukur adalah menerima dengan sadar anugerah Allah dan menggunakannya sesuai dengan yang dikehendaki-Nya. Semua makhluk hidup diberikan kemampuan yang lengkap oleh Allah, dan tinggal bagaimana menggunakannya. Berarti manusia harus patuh dan taat.

Dalam rangka memungut rezekinya Allah di muka bumi ini makhluk hidup berkembang biak sesuai kemampuannya. Apabila tidak ada campur tangan manusia maka alam semesta ini akan berjalan sempurna.

Berbeda dengan makhluk lain, manusia diberi akal yang merdeka, artinya tergantung pada manusia itu sendiri. Jadi manusia diberi kemerdekaan untuk berpikir. Justru dengan anugerah berpikir mereka dapat melihat segala persoalan dan menyelesaikan dengan baik.

Tetapi manusia diberikan batasan-batasan, seperti makanan misalnya. Karena tidak semua boleh dimakan oleh manusia. Dalam hal ini Allah ingin memperlihatkan bahwa manusia adalah makhluk yang lemah, yang bisa melanggar ketentuan Allah.

Meski demikian, manusia diberi kebebasan berpikir, dan kita diberi tugas untuk memahami dan memikirkan serta memelihara alam ini. Di alam ini Allah ciptakan berpasang-pasangan, ada buruk dan baik, ada siang dan malam. Kita diberikan kemerdekaan untuk memilih karena kita diberi kemampuan untuk menghimpun ilmu pengetahuan selanjutnya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk itulah manusia diberi rasa cinta (litaskunu ilaiha) karena Allah menciptakan kita dengan kecintaan-Nya (Ar-Rahman). Pikiran yang merdeka tadi dengan petunjuk Allah digunakan untuk kebaikan. Tetapi kadang manusia suka menjadi liar sehingga tidak taat dan melawan Penciptanya.

Pada Ramadan ini kita diingatkan dan diberi program untuk menjadi manusia bertakwa. Seperti tercantum Al Baqarah 183: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (la'allakum tattaquun).

Sesungguhnya bukan badan kita yang diperintahkan Allah, melainkan pikiran kita. Kalau kita sudah taat, maka pikiran kita akan merasakan tasykurun (bersyukur). Otak yang merdeka itu bisa merasakan syukur, itulah kenikmatan anugerah-Nya.

Bersyukur


Sesungguhnya anugerah mendapat pangkat atau naik jabatan menjadi menteri, perlu disadari oleh si penerima amanat itu, adalah tujuan penganugerahan itu. Makna Ramadan itu adalah kembali ke fitri. Tetapi Idulfitri itu secara makna sebetulnya hari raya makan-makan dan bukan kembali ke fitrah. Secara maknawi kita harus sadar anugerah Allah harus disyukuri dan dikaitkan dengan kemuliaan Allah.

Manusia yang selalu bersyukur akan selalu memuliakan dirinya dan menjaga amanahnya. Karena setiap kita terlahir di dunia ini sudah diterakan tanda tangan Allah. Bila kita melihat ciptaan-Nya yang indah dan sempurna, maka ingatlah pencipta-Nya. Orang yang mampu menjaga kemuliaannya adalah orang yang mampu mengendalikan dirinya.

Dengan dzikir kita menjaga amanah dan diawali dengan mengendalikan diri. Orang yang mampu mengendalikan adalah orang yang khusyuk atau fokus. Untuk menjadi orang yang fokus kita harus senantiasa bersedekah.

Orang yang bisa bersedekah itu adalah orang yang sabar karena dia jujur (shodiqin) terhadap dirinya, lingkungannya dan terhadap pencipta-Nya. Orang yang jujur itu adalah orang yang memiliki iman dan selalu berserah diri kepada Allah (muhsin) dan itu dilandasi oleh aturan yang sudah diletakkan oleh Allah.

Manusia yang mengawali dengan pikiran yang merdeka untuk taat menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya maka akan menyerahkan diri kepada Allah tanpa pamrih. Dan mereka mempunyai keyakinan (iman) untuk selalu jujur, sabar dan ikhlas menerima ketetapan Allah.

Dalam sabar itu kita menyadari bahwa Allah menciptakan dirinya untuk menjadi rezeki bagi orang lain, oleh sebab itu dia menjadi ahli sedekah. Dengan sedekah itu dia akan khusyuk menjalankan aturan Allah.

Puncak puasa hati adalah mengendalikan hati, yang bertujuan membersihkan hati dengan menjaga kemuliaan dirinya dan Allah. Setiap detik dalam hidupnya kita selalu mengingat Allah. Ini makna Lebaran yang bisa kita raih melalui 10 tangga pembangunan diri yang telah diuraikan dalam tulisan ini dan sangat relevan bagi siapa pun, saat ini dan masa yang akan datang.


Kamis, 11/10/2007 09:52 WIB
Bisnis Indonesia online
http://www.bisnis.com

http://www.palgunadi.com/artikel1.html


Ir. Palgunadi Tatit Setyawan
Is an Independent Commissioner and Chairman of Audit Committee of PT. Pembangunan Jaya Ancol ,Tbk and was Executive Vice President and Chief Advisor to the Chairman of Raja Garuda Mas International until his recent retirement last April 2003. He was the Regional Director for Asia – GIBB Ltd. UK from 1998 to 1999. He spent 15 years with PT Astra International and assumed numerous positions including as Manager, Director and Member of Supervisory Board of several industries within the Astra Group and, later, as Senior Vice President for Environmental Affairs. Palgunadi popularly known as Pak Pal also served at the Indonesian Army Industrial Command. He retired as Lieutenant Colonel of the Army in October 1983. Palgunadi earned his degree in Mechanical Engineering from the Bandung Institute of Technology and in Balistic Engineering fromthe Yugoslavian Military Science and Industry Institute of the University of Belgrade . He completed the Special Advance Program in Industrial Engineering at the Institute of Manufacturing Engineering of the University of Leuven, Belgium. His areas of specialization include industrial engineering and economics.He was also former member of APEC Business Advisory Council ( ABAC ) Indonesia from year 2001 - 2006.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar