Meniti karir di dunia HR, memuncak
sebagai orang pertama di berbagai perusahaan besar dan kini menjadi pemimpin
perusahaan ber-omset triliunan rupiah, tapi masih rajin menulis kolom di
berbagai media bahkan akan merilis buku baru. Itulah gambaran singkat sosok
santun Vice President Director Marketing & Operation PT United Tractors
(UT) Tbk. Paulus Bambang W.S.
Jika Anda pembaca setia Majalah SWA,
Anda akan menemukan tulisan-tulisan mengenai leadership, HR dan strategic
management yang secara rutin ditorehkan pria kelahiran Semarang, 21 Mei 1959
ini. Paulus Bambang juga rajin mengisi kolom "Toptrik" di Majalah
Warta Ekonomi. Total, lebih dari 300 artikel dan kolomnya bertebaran di
berbagai media cetak. Ia bukan hanya rajin menebar banyak ilmu melalui media.
Lebih dari itu, sosoknya juga sering hadir dalam berbagai seminar dan forum
Leadership Development. Ia telah menjadi narasumber lebih dari 200 sesi
seminar.
Ketekunannya berbagi ilmu itu ternyata
tak mengganggu performa karirnya. Malah boleh dibilang, karirnya makin hari
makin mengkilat di tengah kegiatannya menulis. Mengawali karir sebagai
wiraniaga mesin fotokopi di Astra (1982), dua windu kemudian ia menempati pos
sebagai Direktur Pengelola PT Astra Graphia Information Technology (AGIT).
Setelah sukses mengantar AGIT melewati masa kritis, Paulus Bambang dipercaya
untuk pindah haluan, dari mengurusi solusi IT ke urusan tambang. Ia mengemban
jabatan direksi bidang operasional penjualan mining di UT sejak 2003.
Kini, alumnnus Fakultas Teknologi dan
Mekanisasi Pertanian IPB dan FE UI ini selain menduduki salah satu kursi Vice
President Director PT United Tractors Tbk., juga menjabat Vice President
Commissioner PT Komatsu Indonesia dan Direktur United Tractors Heavy Industry
Pte Ltd (Singapore).
Bagaimana rasanya pindah haluan dari
(mengurusi) bisnis IT ke bisnis jualan alat-alat berat? Menurut Paulus Bambang,
jika seseorang berhasil di industri IT yang berbasis solusi, maka ia akan mudah
beradaptasi di industri apapun. "Di industri IT, kita terbiasa melayani
pelanggan dengan memberikan solusi, memberikan nilai tambah, bukan sekadar
jualan perangkat keras atau perangkat lunak. Kebiasaan memberikan solusi, dan
bukan sekadar jualan, inilah yang menjadi modal utama untuk masuk ke industri
apapun," papar dia.
Maka, ketika dipercaya untuk mengelola
perusahaan yang berskala jauh lebih besar dan dengan fokus jualan alat-alat
berat dan pertambangan, ia tak merasa risau. Meski pengalaman di bidang itu
tidak ada, ia yakin bisa berhasil. Apalagi, ia tahu rekan sekolega di UT akan
membantunya. Sebagai bagian dari tim mereka akan mendukung satu sama lain.
Walaupun baru di bidangnya, ia tak merasa sendirian.
Suami Silvia Valentina dan ayah dari
Daniel Grasian (18 tahun), Eunike Annetta (15 tahun) dan Niko Theofilus (9
tahun) ini mengungkapkan, masih banyak hal yang bisa ditingkatkan di UT. Salah
satunya, bagaimana agar UT bukan hanya jualan alat-alat berat, tapi memberikan
solusi. Jika hanya jualan alat berat, maka angka penjualan hanya naik seiring
dengan jumlah alat berat yang dijual. Namun, dengan memberikan solusi dan nilai
tambah, maka pendapatan perusahaan akan meningkat dari nilai tambah itu.
"Budaya memberikan solusi yang
biasa diterapkan di perusahaan IT ini bisa saya cangkokkan di UT. Maka, meski
saya tidak memiliki pengalaman di alat berat dan tambang, kedatangan saya bisa
memberikan nilai bagi perusahaan karena menerapkan pendekatan baru, yakni
pendekatan system integration," tutur Paulus Bambang. Dalam hal seperti
ini, tambah dia, potensi lebih penting ketimbang pengalaman.
"Saya memang tak hanya percaya
pengalaman, apalagi pengalaman sukses masa lalu yang mungkin sudah sulit
diaplikasikan pada hari ini. Ini khusus untuk para pimpinan puncak, lho,"
dia. Kalimat tersebut meluncur spontan, menjawab pertanyaan PortalHR.com tentang
kiatnya merekrut dan mencetak top management. "Saya tak hanya menganut
asas experience, tapi potensi juga," tegas dia lagi.
Menurut Paulus Bambang, potensi
seseorang bisa dikenali dari visi, leadership skill dan business skill. Dan,
yang terpenting, keberanian untuk mencoba bisnis baru tanpa takut terancam.
Formula tersebut, seperti diakuinya, terbukti sukses untuk merekrut level
pimpinan, leader dan direksi. "Untuk level GM ke bawah 50:50. Separuh
pengalaman, separuhnya lagi potensi," tambah dia.
Dia juga berkeyakinan, dengan cara
seperti itu, top management dapat melakukan terobosan-terobosan baru yang tak
terpikirkan oleh mereka yang sudah terkungkung pola lama. Banyak contoh yang
mendukung pendapatnya ini. Di Astra, menurut Paulus, level perusahaan percaya
hal seperti itu. Buktinya, perusahaan secara rutin merotasi puluhan direkturnya
pada posisi yang selalu baru dan berbeda. "Indah melihat orang dari tempat
lain mengerjakan hal lain," kata Paulus.
Sebagai praktisi HR, Paulus mengaku
tidak susah untuk mengendus sang calon pemimpin. "Asalkan kita berani
mengenal orang, berani mencoba, trial and error. Setelah itu beri tugas dan
pengalaman," ujar dia. Keahlian semacam itu, Paulus yakin, bukan bakat.
Tapi, lebih sebagai hasil people review. "Kita mulai dari mengenal
orangnya bagaimana, perkembangan visinya bagaimana, lalu menilik hal-hal
tertentu bukan sekedar business target," jelas dia.
"Cari orang pintar, beri
kesempatan, bikin dia lari," tegas dia lagi.
Pengalaman bidang HR Paulus Bambang di
PT Astra International Tbk. terbilang panjang. Diawali pada 1990-1991 sebagai
Senior Manager (AI) System Development Department dan Personnel Administration
Department, karirnya di bidang HR terus menanjak. Ia pernah menduduki berbagai
jabatan HR, antara lain sebagi General Manager, Head of HRD Division
(1991-1993), Senior General Manager Corporate Human Resources (1993-1995) dan
Senior General Manager Corporate Human Resources & Efficiency
(1995-1996). Sejak 2001 tercatat pula sebagai anggota Dewan Pakar Asosiasi
Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bambang mengaku bisa pintar mengendus
calon pemimpin karena kepepet alias terpaksa, atau lebih tepatnya lagi, dipaksa
untuk memilih. "Contohnya ketika Astra mesti lay off karena krisis 1998,
saya harus memilih beberapa yang harus dipertahankan dan mana yang harus
pergi," ujar Paulus yang menjadi Vice President Corporate Human Resources
Astra International pada Januari 1996 hingga Oktober 1998 ini.
Sukses Paulus di UT juga karena
keberaniannya mengubah paradigma UT dari "sekadar" jualan produk ke
jualan solusi. Alhasil, menurut dia, UT tidak hanya jualan truk tapi jualan
sistem. "Kalau sudah senang sistemnya, produk ikut," dia pun
berteori. Paulus memang bercita-cita menjadikan UT sebagai "solution
driven company". Untuk itu, secara terencana perusahaan harus terus
berubah; mencapai next level, next target dan new landscape.
"Tiga sampai lima tahun lagi UT
berubah wajahnya," ujar dia mantap.
Selasa, 21 Agustus 2007 - 12:50 WIB
Paulus Bambang W.S
http://www.portalhr.com/wajahhr/1id748.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar