Jumat, 01 Januari 2010

Gus Dur Sang Pembalap Formula 1 Sejati !!!



Ketika Gus Dur dilengserkan dari Kepresidenan beliau bersikap sedemikian rupa sehingga turunnya beliau penuh kedamaian, padahal menurut kabar para pendukung sudah siap badan mempertahankannya. Hal ini beda sekali dengan presiden sebelumnya yang turunnya didahului oleh huru-hara. Kalau dicermati peristiwa tersebut tampak sekali sikap demokratnya. Menurut analisis pribadi saya (yang awam) peristiwa tersebut menunjukkan adanya perbedaan pandangan tentang arah dan kecepatan bagi kemajuan negara kita.

Saya mengibaratkan bahwa seorang presiden adalah seorang sopir yang mengendarai sebuah mobil yang bernama NKRI. Mobil ini berisi orang-orang yang ingin bepergian ke suatu tujuan yang biasanya adalah tujuan yang menyenangkan. Berbeda dengan mobil betulan, penentuan sopir di mobil ini sangat ketat dan bisa berdarah-darah serta menghabiskan uang yang banyak.

Di mobil NKRI yang duduk disamping sopir adalah MPR & DPR dan sebangsanya yang tugasnya mengawasi dan memberi tugas agar mobil selalu berarah ke tujuan yang disepakati bersama. Berbeda dengan sopir mobil betulan yang sama sekali takluk oleh perintah majikan, sopir NKRI diberi kewenangan berkreasi tentang jalannya mobil.

Kalau kita melihat sepak terjang Gus Dur saat belum menjadi presiden (artinya sebagai penumpang dan sopirnya waktu itu adalah Pak Harto) tampak sekali sikapnya yang menjunjung keberagaman tanpa pandang SARA. Pandangan ini adalah pandangan seorang demokrat sejati dan merupakan sikap yang lazimnya ada di negara-negara maju. Artinya mindset Gus Dur adalah pemikiran yang sangat maju, jauh melampaui pemikiran siapapun saat itu. Mungkin yang paling mendekati pemikiran Gus Dur adalah pemikiran Cak Nur. Jadi Gus Dur sudah punya pikiran tentang bagaimana masa depan Indonesia.

Tibalah saat Gus Dur menjadi Presiden. Tidak ada sama sekali dari pemikiran orang-orang yang menunjuknya, Amien Rais cs, bahwa Gus Dur dibalik kelemahan fisiknya adalah seorang pembalap Formula 1 sejati! Seorang pembalap yang ingin melajukan mobil NKRI agar dapat menyusul mobil-mobil negara lain yang telah melesat kedepan. Tak heran gebrakan demi gebrakan dilakukannya sebagai persiapan tancap gas.

Malangnya para penumpang, terutama dibarisan depan disamping sopir, merasa jeri akan kepiawaian Gus Dur menyetir mobil ala Formula 1 yang penuh dengan adegan kecepatan tinggi, manuver tak terduga, saling salip menyalip, dan lain-lain. Para penumpang di depan ini sepertinya terbiasa naik mobil yang lambat dan kalem bahkan mungkin terbiasa naik ojek sehingga syok dan muntah ketika mobil NKRI mulai melaju meskipun Gus Dur baru melakukan warm lap. Padahal rakyat biasa yang kebagian duduk di belakang tidak terlalu mempermasalahkan penyopiran ala Gus Dur, bahkan mereka mulai merasakan denyut darah semangat ada diseluruh tubuh mereka dan menyambut gembira kelajuan mobil yang sama sekali lain dari sebelumnya.

Nasi telah menjadi bubur, seumpama Gus Dur tidak lengser, saya yakin negara kita saat ini sudah menyamai pencapaian negara Malaysia dan Thailand.

Itulah kira-kira yang terjadi menurut pandangan saya sebagai orang awam yang kebetulan menyukai F1 dan MotoGP sehingga mau tak mau judulnya nyerempet-nyerempet ke balapan. Saya mohon maaf sekiranya penganalogian saya ini menyinggung keluarga besar Gus Dur.

Selamat jalan Gus Dur. Kami berharap ada Presiden yang mampu membalap seperti dirimu!

Yoyok Adisetio Laksono

http://filsafat.kompasiana.com/2010/01/01/gus-dur-sang-pembalap-formula-1-sejati/

1 komentar:

  1. Untuk mengapresiasikan Gus Dur dari sudut pandang manapun pasti akan selalu sesuai karena beliau ibarat air yang selalu sesuai dengan wadahnya, Jawawi Imran bilang Gus Dur bisa dijadikan teman, sahabat, guru, panutan dan bahkan Gus Dur juga bisa dijadikan musuh oleh mereka yang memang gemar mencari musuh

    BalasHapus