Senin, 26 Desember 2011
Kesungguhan dan Harga Surga
Ketika membaca sejarah, kita akan mendapati catatan perjalanan orang-orang besar yang luar biasa. Merekalah orang-orang yang telah mengukir kisah hidup mereka dengan kesungguhan menempa diri, perjuangan mempertahankan prinsip dan kegigihan merealisir cita-cita. Merekalah pribadi-pribadi yang tak mengenal lelah. Tak ada istilah menyerah dalam kamus mereka. Tak peduli seberapa banyak keringat yang menetes, air mata yang mengalir atau bahkan darah yang tertumpah.
Hati ini pasti tersentak ketika membaca kehidupan mereka. Bagaimana tidak, sementara detik terus berdetak, hari terus berlari, waktu berlalu menorehkan catatan-catatan keberhasilan mereka melewati sederetan aral melintang yang menghadang. Setiap derap langkah dan desah nafas selalu terisi dengan kesabaran, keteguhan dan jiddiyah (kesungguhan), bukan bersantai-santai, berleha-leha dan bertopang dagu sambil berangan-angan.
Tidak. Sekali-kali tidak. Sejarah tak pernah lelah mencatat semua kisah kehidupan manusia. Semuanya terekam dengan jelas dan detil. Siapa membaca akan mendapatkan pelajaran. Siapa acuh tak acuh akan terjatuh pada lubang yang sama.
Orang yang cerdas tentu takkan mau terperosok pada lubang yang sama. Orang yang sadar akan mengambil pelajaran dari setiap peristiwa yang terjadi. Bagaimanakah nasib akhir para pejuang tangguh yang dengan gigih tanpa menyerah mempertahankan prinsip-prinsipnya? Bagaimanakah pula nasib para pecundang yang dengan mudah bertekuk lutut hanya dengan secuil rintangan?
Ya, semua itu sudah jelas jawabannya. Mereka yang bersungguh-sungguh akan memanen hasil kesungguhannya di kemudian hari. Demikian pula mereka yang bermalas-malasan akan menanggung sendiri akibat kemalasannya.
Marilah kita buka kembali catatan biografi orang-orang besar yang pernah hadir dalam pentas sejarah. Perhatikanlah hal-hal luar biasa yang pernah mereka hadapi. Bagaimana seorang Imam Ahmad bin Hanbal harus rela kulitnya terkelupas karena cambukan para sipir di penjara tirani demi mempertahankan akidahnya untuk tidak mengatakan bahwa Al-Qur'an adalah makhluk. Sebelumnya, Yasir dan Sumayyah, sepasang suami istri yang telah melahirkan Ammar, harus rela darahnya tertumpah di tanah, bahkan Sumayyah harus rela kemaluannya terhujam tombak, demi mendapatkan janji Nabi SAW:
"Bersabarlah wahai keluarga Yasir, karena tempat tinggal kalian adalah di surga"
Demikian pula Bilal yang harus tegar bertahan di atas siksaan tidak manusiawi yang ditimpakan atas dirinya oleh gembong kaum musyrikin Makkah saat itu, Umayyah bin Khalaf. Atau Mush'ab bin Umair, seorang pemuda rupawan yang dilahirkan di kalangan elit kota Makkah, namun rela menutup matanya untuk selamanya dengan satu kisah memilukan. Ia hanya dikafani dengan satu burdah. Jika ditutup kepalanya maka tampaklah kakinya, jika ditutup kakinya, tampaklah kepalanya. Semua itu ia lakukan demi memperjuangkan agama Allah.
Bahkan Rasulullah SAW sendiri, sang pembawa risalah amanat dari Rabb semesta alam, sang pionir perjuangan, harus merelakan tubuh beliau berlumur darah dalam berbagai peperangan yang beliau pimpin, atau gigi beliau yang patah karena lemparan batu penduduk Thaif ketika beliau berhijrah ke sana. Subhanallah.
Masih banyak lagi peristiwa-peristiwa heroik yang memenuhi lembaran sejarah orang-orang besar. Kini, berkat kegigihan mempertahankan prinsip dan kesungguhan dalam menghadapi setiap cobaan dan mara bahaya yang mengancam, nama-nama mereka senantiasa harum dikenang dalam sejarah. Nama mereka telah tercatat dengan tinta emas dan akan terus dikenang hingga akhir masa.
Kita tentu menyadari bahwa setiap orang akan dibalas sesuai dengan kadar kesungguhannya. Seorang pemalas tentu tak layak protes ketika mendapatkan nilai yang buruk dalam ujian atau tidak naik kelas, misalnya. Demikian pula seseorang yang rajin pasti merasakan betapa nikmatnya melihat hasil ujiannya meskipun nilai yang didapat belum memenuhi harapan. Karena semua itu berkat kerja keras dan lelehan keringat serta semangat yang gigih yang telah ia jalani. Kini ia dapat tersenyum menikmati hasil keringatnya.
Demikian pula perjalanan hidup ini. Kita tak berhak protes kepada Sang Pencipta jika di akhirat nanti mendapatkan jatah surga kelas rendahan, karena itulah hasil ujian kita selama di dunia. Seseorang yang hanya berkorban keringat akan dibalas dengan harga keringat. Seseorang yang berkorban air mata juga akan dibalas dengan harga yang sesuai. Lalu tidakkah kita tergoda untuk mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, keringat, air mata, darah bahkan nyawa kita sekaligus?
Ternyata harga surga sangat mahal, kawan. Kita harus memiliki dana yang cukup untuk membelinya. Surga tidak diberikan secara gratis. Harus ada transaksi jual beli. Harus ada harga yang sesuai. Harus ada pengorbanan.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At Taubah: 111)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (QS. Al Baqarah: 214)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS. Ali Imran: 142)
Marilah kita mulai dari sekarang untuk memperbaiki diri. Mari kita kembali berkaca. Sejauh manakah kesungguhan kita selama ini. Seberapa besarkah pengorbanan yang telah kita sumbangkan untuk tegaknya agama ini di muka bumi. Seberapa banyakkah dana yang kita miliki untuk membeli surga nanti di akhirat. Tentu, setiap kita mengharapkan jannatul firdausil a'la, surga Firdaus yang tertinggi. Surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan hanya untuk orang-orang yang bertakwa.
Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk menjadi para pembela agama-Nya. Semoga Allah mengaruniakan kita kesabaran untuk menapaki hidup ini dengan ridho-Nya. Semoga Allah mengumpulkan kita di akhirat nanti bersama hamba-hamba-Nya yang Dia cintai. Bersama para Nabi, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin.
Allahumma Amin, Ya Rabbal Alamin.
http://isykarima.forumotion.com/t22-kesungguhan-dan-harga-surga
***************
Kesungguhan,
Kesungguhan, akan memberikan kepada kita sebuah hasil yang luar biasa menakjubkan seperti yang diungkapkan dalam pepatah arab “man jadda wajada” barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan akan mendapatkannya. Dengan kesungguhan, seperti yang Allah firmankan “Sungguh Allah, tidak akan mengubah keadaan suatu kaum tanpa adanya kesungguhan dari kaum tersebut untuk mengubah keadaannya sendiri” (QS Ar Rad : 11 ).
Kesungguhan,
Kesungguhan telah membawa diri kita dalam pengalaman batin yang luar biasa. Dengan kesungguhan kita mampu mengerjakan banyak hal yang bisa kita jangkau. Kita terkenal dengan kemampuan kita untuk berbuat sesuatu yang baik. Kita bayangkan apa yang akan terjadi seandainya kita tidak mampu berbuat sesuatu tanpa maksud apa pun. Yang kita kerjakan adalah mendidik diri kita untuk mampu mengerjakan hal-hal lain di luar jangkauan kita.
Kesungguhan,
Kesungguhan telah memberikan kita kesempatan untuk mampu menerapkan pengetahuan kita pada banyak hal yang kita ketahui. Yang terpenting adalah membangun kesempatan untuk mampu memberikan kita manfaat yang lebih yang mampu kita kerjakan. Kita sanggup untuk mampu melihat kenyataan bahwa kita sanggup berjuang lebih banyak dari pekerjaan yang telah kita kerjakan. Kita sanggup untuk membina hubungan yang kurang baik menjadi hubungan yang semakin baik.
Kesungguhan,
Kesunguhan kita dalam bekerja dan berusaha telah menjadikan kita mampu meraih hal-hal lain yang bisa kita jangkau. Kita sanggup untuk berbuat sesuatu yang melebihi kemampuan kita. Yang kita butuhkan adalah tanggung jawab untuk membangun bangunan jiwa yang utuh dan tumbuh dengan baik. Kita membutuhkan keberanian untuk melangkah lebih maju. Yang kita tuntut adalah pengalaman jiwa yang utuh dan berkembang.
Kesungguhan,
Hanya dengan kesungguhan inilah peradaban ini dibangun. Hanya dengan kesungguhan inilah pekerjaan kita dibuat. Hanya dengan kesungguhan harapan keberhasilan pantas untuk kita harapkan. Yang menarik adalah adanya kemampuan untuk membangun hubungan yang baik untuk kita selesaikan. Kita pantas untuk melihat hal-hal yang mampu kita kerjakan. Yang penting kita sanggup untuk berbuat yang lebih baik yang mampu kita kerjakan. Inilah yang sepatutnya kita kerjakan. Menulis, membaca, berdebat, berdiskusi, berdislog, presentasi, atau melakukan pekerjaan lain. Yang penting adanya kesungguhan.
Kesungguhan,
Kesungguhan telah memberikan kita kesempatan untuk mampu memperbaiki apa yang kita kerjakan. Yang menjadi kebingungan ketika segala kesempatan hilang tidak diketahui kemana perginya. Yang perlu kita kerjakan adalah membvangun kebersamaan dan kesungguhan. Kesunguhan akan menuntunmu ke arah jalan yang benar.
Kesungguhan,
Dengan kesungguhan kita bisa terhindar dari kegagalkan. Dengan kesungguhan kita harapkan banyak harapan untuk berhasil membuat perubahan atas pekerjaan yang kita lakukan. Yang terpenting untuk dikerjakan adalah mampu membawa perubahan demi perubahan. Yang penting ammpu mengarahkan jalan petunjuk manakah yang semestinya ditempuh.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar