Jumat, 16 Desember 2011

Mengapa Kita bisa rindu ???


Papa !…. Aku rindu sekali….papa masih letih yah … Seru seorang istri sambil menyambut kedatangan suami tercinta yang baru saja pulang dari tugas keluar kota.

Maka timbullah pertanyaan, kenapa bisa rindu ?

Didalam kamus besar ditemukan arti kata Rindu (sangat ingin dan berharap terhadap sesuatu).

Pertanyaan nya adalah bagaimana proses rindu bisa tercipta?

Tentu saja tidak mudah untuk menjawab thema psikososial apalagi saya hanya seorang dokter dan bukan sungguh ahli di bidang psikologi, biokimia, sosiologi maupun neurologi. Tetapi kita tetap berupaya menjawab tentang hal rindu.
Bila ada seorang pembaca adalah psikolog harap kiranya bisa mengkoreksi artikel ini.

Dalam suatu ukuran abstark sangat sulit kita menjelaskan tentang level kita dengan level orang lain. Saya lebih rindu dari rindunya kamu. Atau saya lebih lebih sedih dari kamu. Karena itu marilah kita mengkonversi dari abstark menjadi absolut.

Hal hal yang berkaitan dengan fantasi/pemahaman suatu kejadian, letak pusat otaknya ada dibagian depan ( frontal lobe ). Maka tidaklah heran, bila zat zat perusak otak besar bagian depan (Narkoba) sangat mengganggu sekali kepribadian manusia.
Zat yang hampir sejenis morphin dan diproduksi oleh tubuh manusia adalah Endomorphin. Zat yang mampu membuat kita bahagia atau sedih. Zat ini pula sangat berpengaruh terhadap terjadinya fantasi rindu.

Sekarang mulailah kita memahami rindu dengan kita konversi perasaan ini menjadi absolut. Maka rindu adalah yang paling ringan dan stress adalah yang paling berat.
Sehingga urutannya adalah sebagai berikut : rindu - cemas - takut - stress - stress berat - gila.
Seseorang yang awalnya hanya rindu tetapi tidak kunjung ada berita, akan menjadi cemas. Takala dalam kondisi cemas dan memastikan hal yang meragukan, maka mulai lah timbul rasa takut. Takut yang tidak pernah ada jalan keluarnya pasti menyebabkan seseorang menjadi stress.

Untuk memahami proses terjadinya rindu harus pula kita memahami psikososial. Yang artinya kejiwaan kita terkait dengan lingkungannya. Sesuatu yang diharapkan bisa bentuk manusia atau buah atau suatu kejadian.
Artinya ada kebutuhan dengan sesuatu yang terkait waktu dan terkait fantasi otak besar bagian depan.
Maka parameternya minimal terdiri dari “Sesuatu, waktu, pengalaman hidup dan fantasi”.

Sesuatu yang biasanya ada dan hadir tiap hari, contohnya adalah suami (keluarga) yang tiba tiba hilang. Menjadikan terasa hilang dalam kebiasaan hidup. “Aduh, kemana yah suamiku ?”. Bila saja sang suami langsung ketemu, artinya waktunya sangat singkat sehingga bisa ketemu lagi, maka tidaklah timbul rasa rindu. Biasa biasa saja seperti tidak ada kejadian.

Tetapi bila saja waktunya makin lama, maka timbul rasa kehilangan. Rasa tidak terbiasa dalam hidup, dan tiba tiba hilang. Artinya semakin lama waktunya, maka tingkat kerinduan makin terasa. Disinilah mulai terjadi ketidak seimbangan antara logika dan perasaan hati. Secara logika paham bahwa suami sedang bertugas. Sedangkan perasaan hati, tidak ingin ditinggalkan terlalu lama.

Lagipula tergantung pula karakter seseorangnya pada saat kecil (psikoanalisa) untuk mampu menganalisa pola pola hidupnya. Seorang anak kecil yang dimanja akan berbeda pola pikir dengan seorang yang sangat disiplin. Akhirnya kita bisa katakan bahwa karakter seseorang yang terbentuk sejak kecil akan mempengaruhi kejiwaan saat berkomunikasi dengan lingkungan (keluarga).

Setelah kita pahami bahwa sesuatu yang hilang dalam waktu yang lebih lama dan tergantung karakternya (pembawaannya) maka timbullah pemikiran yang disebut fantasi.
Bila saat kecil selalu terulang ulang hal yang negatip, maka fantasi saat ini juga negatip terus.
Bila saat kecil selalu terulang yang baik dan bijaksana, maka fantasi saat ini juga yang positip saja.

Karena itu bisa dilihat saat sang suami pulang kerumah dan bagaimana pengalaman suami saat pergi sebelumnya. Bila suami pergi dan selalu tidak bisa dipercaya maka fantasinya saat penyambutan juga akan negatip pula.

Dan saat penyambutan terjadi, ada hal yang tidak disadari (jiwa tidak sadar), tetapi sangat mempengaruhi sikap sambutannya. Contohnya: Sejak kecil di bohongin orang tua dan sudah usia dewasa dibohongin suami pula, yah… pasti deh… sambutannya juga dengan fantasi yang buruk pula.

Tetapi… inilah hebat nya Allah Maha Kuasa. Bahwa Manusia adalah mahluk yang sangat sempurna dengan akal budinya, sehingga akal budi nya yang ikut serta menganalisa.
Mungkin saja bentuk sambutan sang istri sangat emosi, acuh atau tidak mau tahu (cuek).
Tetapi bisa juga walaupun benci dan marah, tetap saja istri menyambut dengan mesra.
Siapa tahu ?

Dalam laut bisa diukur, tetatpi dalamnya hati tidak bisa diukur.

Ada tertulis:
“Ketahuilah, sungguh jika dia tidak berhenti (berbuat demikian) niscaya Kami tarik ubun-ubun (nashiyah)-nya, (yaitu) ubun-ubun orang yang mendustakan lagi durhaka” (Quran Surat Al-Alaq ayat 15-16)

Kekaguman saya pribadi dalam menulis artikel ini dan membaca apa yang tertulis dalam Quran adalah :
Sungguh luar biasa penjelaan Ubun Ubun (nashiyah) dan terbukti pula melalui penjelasan kedokteran modern bahwa fantasi baik dan buruk berada di otak besar bagian depan.


http://edukasi.kompasiana.com/2011/12/17/mengapa-aku-rindu/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar