Minggu, 27 Juli 2014

Khutbah Idul Fitri 1435 H: Kembali ke Al-Quran, Meraih Kejayaan Umat



Ma’asyiral muslimin yang dirahmati Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa

Mengiringi 1 Syawal tahun ini, umat Islam dihadapkan pada kondisi yang terkesan paradoks (berlawanan). Satu sisi kegembiraan karena telah berhasil menyelesaikan tugas ibadah di Ramadhan, sisi lainnya adalah rasa sedih tak terkira karena Ramadhan meninggalkan kita. Betapa tidak? 

Ramadhan adalah masa-masa penuh semangat berbuat kebaikan, lebih dari bulan-bulan selainnya. Tidak ada bulan yang malam dan siang harinya, umat Islam begitu semangat berbuat kebaikan, semisal membaca dan mempelajari Al Quran, shadaqah, peduli sesama, saling memaafkan, menahan amarah, dan kebaikan lainnya… kecuali sepanjang hari-hari Ramadhan.

Ya Allah… terimalah semua ibadah kami selama Ramadhan, dan izinkan kami berjumpa lagi di tahun depan…

Di Ramadhan tahun ini pula, bangsa tercinta menghadapi dua kondisi sekaligus. Walaupun seluruh proses belum usai, pergantian kepemimpinan nasional selalu memberikan harapan besar terhadap upaya menuju negeri yang lebih baik. Di sisi lain, air mata kesedihan, duka yang mendalam, perasaan sakit yang tertahan, doa-doa yang diiringi tumpahnya air mata dalam qunut nazilah, terdengar begitu menyayat kalbu mengiringi pembantaian kaum muslimin yang sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan di bumi kelahiran Imam Syafi’i, Gaza Palestina oleh Zionis Yahudi la’natuLlaah ‘alayhim… Demikian juga di Xinjiang, Suriah, Mesir, dan belahan bumi lainnya.

Ya Allah tolonglah saudara-saudara kami di Gaza dan belahan bumi lainnya dari kezhaliman tentara musuh-musuhMu, kuatkan iman mereka, kokohkan barisan mereka…

Ma’asyiral muslimin yang senantiasa mengharap cinta Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa

Dalam kondisi seperti itulah, dialog antara sahabat mulia Hudzaifah al Yaman radliyaLlaahu ‘anhu dan Rasulullah ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam pantas kita simak baik-baik.

Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radliyaLlaahu ‘anhu berkata, ‘Manusia bertanya kepada Rasulullah ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam tentang kebaikan, sedangkan aku bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan menimpaku’. 
Maka aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sebelumnya kita berada di zaman Jahiliah dan keburukan, kemudian Allah mendatangkan kebaikan ini. Apakah setelah ini ada keburukan?’
Beliau bersabda, ‘Ada’. Aku bertanya,
Apakah setelah keburukan itu akan datang kebaikan?’
Beliau bersabda, ‘Ya, akan tetapi di dalamnya ada dakhanun.
Aku bertanya, ‘Apakah dakhanun itu?’
Beliau menjawab, ‘Suatu kaum yang menyunnahkan selain sunnahku dan memberi petunjuk dengan selain petunjukku. Jika engkau menemui mereka maka ingkarilah’.
Aku bertanya, ‘Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?
Beliau bersabda, ‘Ya, dai–dai yang mengajak ke pintu Jahanam. Barang siapa yang mengijabahinya, maka akan dilemparkan ke dalamnya’.
Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, berikan ciri-ciri mereka kepadaku’.
Beliau bersabda, ‘Mereka mempunyai kulit seperti kita dan berbahasa dengan bahasa kita’.
Aku bertanya, ‘Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku menemuinya?
Beliau bersabda, ‘Berpegang teguhlah pada Jamaah Muslimin dan imamnya’.
Aku bertanya, ‘Bagaimana jika tidak ada jamaah maupun imamnya?’
Beliau bersabda, ‘Hindarilah semua firqah itu, walaupun dengan menggigit pokok pohon hingga maut menjemputmu sedangkan engkau dalam keadaan seperti itu’.
(Bukhari VI/615-616, XIII/35. Muslim XII/135-238 Baghawi dalam Syarh Sunnah XV/14. Ibnu Majah no. 3979. Hakim IV/432. Abu Dawud no.4244-4247.Baghawi XV/8-10. Ahmad V/386-387)

Ma’asyiral muslimin yang senantiasa mengharap kasih sayang Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa

Al Quran Mengajarkan Kejayaan Umat

Melalui redaksi yang beragam, Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa dan Rasul-Nya ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam mengajarkan kepada umat-Nya tentang kemenangan atau kejayaan.
“Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang yang beriman” (QS Ali Imran: 139)

“Orang-orang yang beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. Tuhan mereka menggembirakan dengan memberikan rahmat, keridhaan, dan surga. Mereka memperoleh kesenangan yang kekal di dalamnya” (QS At Taubah: 20 – 21)

“…niscaya Allah mengampuni dosa-dosamu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan tempat tinggal yang baik di surga ‘Adn. Itulah kemenangan yang besar. Dan karunia lain yang kamu sukai, (yaitu) pertolongan dari Allah dan kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikan kabar gembira bagi orang-orang beriman” (QS As Shaf: 12 – 13)

Sebagai orang beriman, tentu kita yakin dengan janji-Nya. Hanya yang perlu dikuatkan adalah syarat-syarat untuk mendapatkan janji-Nya tersebut. Seorang ulama, Ustadz Hasan al Banna rahimahuLlaah, berpesan, “…sungguh sebuah pemikiran akan meraih kemenangan ketika keimanan kepadanya kuat, ikhlas mengiringi perjalanannya, semangat yang menggelora, dan kesiapan berkorban dan kemauan bekerja dalam mewujudkannya…” (Risalah Kepada Para Pemuda: 70).

Ma’asyiral muslimin yang senantiasa mengharap keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa

Teguhlah dalam Menyongsong Kejayaan

Keyakinan yang kuat, keikhlasan, semangat tak pernah pudar, dan kesiapan berkorban hanya dapat dijumpai di dalam diri manusia-manusia yang memiliki keteguhan (ats tsabat). 

Ramadhan telah mengajarkan kesabaran dan keteguhan, sebagaimana pesan Nabi Muhammad ShallaLlaahu ‘alayhi Wassalam dalam sebuah hadits, “Ramadhan adalah bulan sabar”. Tetapi perjalanan hidup yang panjang tidak akan cukup jika hanya dibekali kesabaran selama sebulan, perlu bekal lebih banyak setelah tempaan satu bulan kemarin.
Bekal itu adalah…

Pertama, teruslah menjadi sahabat Al Quran

Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa berfirman, “Dan orang-orang kafir berkata, ’Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?’ Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil” (QS Al Furqan: 32). 

Ramadhan mengajarkan bagaimana seharusnya muslim berinteraksi dengan Al Quran. Interaksi yang memberi ruh (jiwa)… Interaksi yang menghidupkan… Interaksi yang menggerakkan pembacanya…
“Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah kitab Al Quran dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing manusia kepada jalan yang lurus” (QS As Syuuraa: 42). 

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah seruan Allah dan Rasul, apabila Dia menyerumu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu. Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya. Dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan” (QS Al Anfaal: 24)

Sehingga pantas orang-orang yang ingkar pada-Nya, sangat takut jika seorang mukmin tersadar bagaimana seharusnya dia berinteraksi dengan Al Quran. “Dan orang-orang yang kafir berkata, ‘Janganlah kamu mendengarkan bacaan Al Quran ini, dan buatlah kegaduhan terhadapnya agar kamu dapat mengalahkan mereka” (QS Fushilat: 26).

Kedua, ikutilah langkah-langkah generasi teladan

“Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) agar dengan kisah itu, Kami teguhkan hatimu. Dan di dalamnya telah diberikan kepadamu segala kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman” (QS Huud: 120). 

Sangat pantas ketika memerhatikan firman Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa, “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama masuk Islam di antara orang-orang muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung” (QS At Taubah: 100). 

Imam Malik rahimahuLlaah berpesan, “Umat ini tidak akan meraih kejayaan, kecuali dengan (mengikuti) apa yang telah menjadikan umat terdahulu berjaya”.

Ketiga, teruslah berkarya yang terbaik

Ingatlah kisah Bani Israil yang membangkang kepada perintah Allah sehingga kemurkaan-Nya tertimpa kepada mereka. “Mereka berkata, ‘Wahai Musa sampai kapanpun kami tidak akan memasukinya selama mereka masih ada di dalamnya. Karena itu pergilah engkau bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, biarlah kami tetap menanti di sini saja” (QS Al Ma’idah: 24). 

Sebaliknya, yang seharusnya senantiasa kita jalani adalah pesan Allah di dalam surat An Nisa ayat 66, “Dan sekalipun telah Kami perintahkan kepada mereka, ‘Bunuhlah dirimu atau keluarlah kamu dari kampung halamanmu’ Ternyata mereka tidak melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Dan sekiranya mereka benar-benar melaksanakan perintah yang diberikan, niscaya itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan iman mereka”

Atau dalam firman-Nya, “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan ‘Arsy-Nya di atas air agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya. Jika engkau berkata kepada penduduk Makkah, ‘Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan setelah mati’, niscaya orang kafir itu akan berkata, ‘Ini hanyalah sihir yang nyata’. (QS Huud: 7)

Keempat, serahkan semua hasil dengan munajat pada Allah

Nabi mengajarkan melalui sunnahnya untuk memperbanyak doa keteguhan iman. Siapa yang dapat menjamin tetapnya hati kita dalam keimanan, kecuali atas izin-Nya? “Wahai Yang Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku dalam diin-Mu”.

Ma’asyiral muslimin yang senantiasa mengharap keridhaan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa

Keempat bekal di atas dapat terwujud jika keyakinan akan janji-Nya, keikhlasan terhadap setiap putusan-Nya, semangat memperjuangkan keyakinan tersebut, dan kemauan berkorban serta bekerja sebaik-baiknya terus berada dalam jiwa-jiwa kaum muslimin. Tentu yang tidak kalah pentingnya adalah kebersamaan dalam barisan (shaff) yang kokoh. Agar kelak Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa mewujudkan cinta-Nya pada kita…
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur, mereka seakan-akan seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh” (QS Ash Shaff: 4)

Sumber:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar