Selasa, 04 Agustus 2009
Alzheimer, Penyakit Pikun yang Sulit Disembuhkan
Beberapa waktu yang lalu kita pernah dibayangi ketakutan karena merebaknya di Indonesia suatu penyakit yang belum ada obatnya yaitu penyakit AIDS/HIV (Acquired Immune Deficiency Syndrome). Kini muncul lagi kabar baru yang cukup mendirikan bulu roma, terutama bagi yang berusia lanjut yaitu penyakit Alzheimer .
Alzheimer merupakan penyakit pikun yang sampai sekarang belum ditemukan obat yang tepat untuk menyembuhkannya. Penyakit ini menjadi masalah besar di negara-negara maju.
Dahulu orang mengira, bahwa pikun itu merupakan penyakit yang lumrah bagi orang yang berusia lanjut. Artinya, orang yang kalau sudah tua lalu pikun itu dianggap normal atau wajar-wajar saja. Namun dugaan itu ternyata meleset. Menjadi tua tidak selalu harus pikun. Buktinya, bila dibandingkan jumlah orang tua yang pikun dan tidak pikun dalam suatu masyarakat, jumlah yang pikun itu masih sedikit.
Bila pikun itu hal normal bagi orang tua, mestinya jumlah orang pikun akan jauh lebih besar. Memang banyak orang tua yang penglihatannya atau pendengarannya sudah sangat mundur, namun pikirannya masih utuh dan jernih, tidak pikun.
Pikun dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah dementia. Istilah ini melukiskan kemunduran secara perlahan pada fungsi intelektual dan sosial yang dialami seseorang. Makin lama makin bertamah berat, yang disebabkan oleh gangguan pada jaringan otak.
Tiga ciri-ciri penderita penyakit pikun yaitu:
1. Adanya kemunduran kecerdasan atau intelektualnya.
2. Kemunduran tersebut bersifat perlahan-lahan yang semakin memburuk. Jadi orang yang mendadak kehilangan fungsi intelektual, misalnya sesudah mengalami geger otak, atau infeksi otak, tidaklah termasuk dalam kategori pikun.
3. Kemunduran intelektual tersebut disebabkan oleh gangguan-gangguan pada otak, apapun sebabnya.
Dengan bersandar pada pengertian diatas, pikun ternyata merupakan gangguan yang tidak harus ada serta tidak selalu pas bagi para lanjut usia, walau penderitanya memang kebanyakan dari golongan usia lanjut. Bila mengacu pada kehidupan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, penyakit Alzheimer telah menghinggapi pada 2 juta orang. Jumlah tersebut semakin membengkak pada waktu belakang ini. Dan mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, pikun akan menjadi masalah kesehatan dan sosial yang cukup menonjol di negara Uncle Sam ini.
Hal tersebut terbukti, atas pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, yang membuat surat terbuka, dan mengumumkan kepada khalayak ramai, bahwa dirinya terkena penyakit Alzheimer. Kalau saja dia tidak mengeluarkan pengumuman tersebut, barangkali masyarakat awam, khususnya di Indonesia tidak akan pernah mengenal penyakit yang satu ini, yaitu penyakit Alzheimer.
Kalaulah pikun dibedakan menurut bisa tidaknya diobati, maka sampai kini dikenal ada dua macam pikun, yaitu pikun yang masih sulit untuk disembuhkan, dan jenis kedua adalah pikun yang dapat dicegah dan disembuhkan.
Pikun yang sulit disembuhkan, disebabkan oleh proses kemunduran sel-sel otak yang makin lama makin parah. Sampai kini ilmu pengetahuan belum mampu menjawab dengan pasti, kenapa sel-sel otak itu mundur. Sel yang tadinya segar bugar, dengan perlahan menjadi layu dan akhirnya mati. Istilah ilmiahnya, sel-sel itu mengalami degenerasi. Padahal, sekali sel otak mati tidak akan tumbuh sel penggantinya.
Bila kulit atau otot luka, jaringannya hancur, akan mampu untuk tumbuh kembali lewat proses yang disebut regenerasi. Tapi kalau sel otak? Dia masih dan tetap mati tanpa regenarasi. Penyakit pikun yang disebakan oleh proses degenarasi ini, yang belum dapat dicegah dan masih sulit disembuhkan, inilah yang disebut Alzheimer yang cukup menjadi momok bagi orang lanjut usia. Walaupun ada usia muda yang diserang penyakit ini. Tetapi pada umumnya penyakit ini menyerang pada orang-orang yang berusia 50-70 tahun.
Tanda dini dari penyakit pikun Alzheimer adalah perubahan dalam emosi. Hal ini terlihat dari gairah kerja yang menurun, merasa malas atau kehilangan semangat. Pribadi yang tadinya hangat dan semangat menjadi semakin acuh tak acuh. Seringkali perasaan mudah tersinggung, murung, cemas tanpa sebab-sebab yang nyata. Tidak itu saja, keluhan jasaniah terlihat juga dengan merasa linu-linu, mudah lelah dan seringkali masuk angin.
Pada tahap awal, penderita Alzheimer akan mengalami gejala-gejala seperti orang pelupa alias pikun. Keluhan utama disini adalah gangguan daya ingat (memori). Yang menjadi sasaran adalah ingatan baru, sedangkan ingatan lama masih terekam dengan baik. Misalnya sudah membuat rencana untuk esok pagi mau rapat ke mana dan mau ketemu dengan siapa. Tetap akhirnya apa yang sudah direncanakan menjadi bubar semua alias tidak ingat sama sekali.
Pada tahap kedua, tanda-tanda di atas kian jelas, baik dalam kegagalan emosi, sosial, dan intelektualnya. Pasin tidak lagi mengelola dirinya sendiri apalagi pekerjaannya. Penyebab utama adalah hilangnya daya ingat dan hilangnya inisiatif. Gaya bahasanya menjadi monoton dan lamban. Dalam menyatakan pikirannya tidak dapat to the point, dan banyak kalimat yang diulang-ulang. Hal ini dikarenakan oleh banyaknya perbendaharaan kata yang hilang pada waktu dia mengungkapkannya.
Pada tahap ketiga, kegagalan dalam berbahasa sudah sampai pada puncaknya. Penderita Alzheimer tidak dapat lagi mengerti ucapan seseorang dan mengekspresikan jalan pikiran melalui bicaranya.Dia hampir tidak bisa berbicara sama sekali.
Kebiasaan adalah alam kedua bagi manusia. Kebiasaan buruk dan kebiasaan baik merupakan alternatif bagi gaya hidup setiap individu. Kebiasaan dan gaya hidup yang positif akan berdampak positif juga.
Sejumlah ahli kedokteran menyimpulkan, gaya hidup sangat berpengaruh terhadap kepikunan. Gaya hidup yang dimaksud adalah kebiasaan buruk yang sering dilakukan, misalnya merokok, minuman yang mengandung alkohol, penggunaan obat bius dan sebagainya, makanan yang berkadar lemak tinggi. Kebiasaan buruk tersebut di luar dugaan ternyata bisa menyebabkan para pelakunya cepat pikun dan pelupa.
Dan bila ditelaah lebih lanjut, kebiasaan buruk tersebut mempercepat munculnya penyakit yang sering dialami oleh orang-orang zaman sekarang seperti hypertensi atau tekanan arah tinggi, penyakit jantung koroner, penyakit kencing manis, dan obesitas atau kegemukan. Gangguan itu pada gilirannya semakin meningkat resiko penyakit Alzheimer.
Selain kebiasaan buruk seperti yang kita sebutkan di atas, kepikunan bisa timbul bersamaan keracunan yang terjadi dalam tubuh seseorang, misalnya akibat gangguan organ hati dan ginjal. Dalam keadaan yang seperti ini, zat-zat yang semestinya ditawarkan racunnya oleh hati, kemudian dikeluarkan oleh ginjal, tetap berada dalam aliran darah dan meracuni otak. Begitu pula seorang petinju yang kepalanya sering dihantam lawan, juga sangat rentan terhadap kepikunan. Ingat petinju besar Muhammad Ali yang kena penyakit Parkinson yang berjalan seperti orang sempoyongan.
Stres juga dapat menjadikan seseorang mudah mengalami kepikunan. Menurut Zevan Khachanurian dari The National Institute of Aging, Los Angeles, Amerika Serikat, sel-sel di hippocampus (bagian otak sebelah dalam) terpaksa bekerja lebih keras pada kondisi stres. Akibatnya, otak menjadi lelah dan mudah rusak. Tidak seperti sel-sel tubuh lainnya, sel otak yang rusak tidak bisa diganti.
Dengan makin banyak jumlah penderita Alzheimer, juga penyakit kepikunan lainnya, kita perlu berusaha melakukan tindakan-tindakan preventif, antara lain dengan menghentikan kebiasaan-kebiasaan buruk seperti yang telah disebutkan di atas. Yang menjadi masalah sekarang bagaimana kita manfaatkan hidup bila sudah atau menjelang usia lanjut agar tidak terhanyut dengan kepikunan yang berlarut-larut.
Ada yang berpendapat pada usia lanjut, kinerja (performance) akan turun dengan perlahan-lahan bahkan dikatakan akan ada penurunan 3 IQ tiap dekade menjadi tua. Pengecualian dalam hal ini banyak ditemui pada orang besar yang berusia lanjut antara lain: G. Verdi mencipta "Otello" pada usia 73 tahun, Goethe yang mencipta "Faust" bagian ke 2 pada usia 70-80 tahun, Laplace pada usia 75 tahun masih tetap menghasilkan karya-karya gemilang. Begitu pula A.Tupolev, Eisenhower, Brezhnev, dan politikus ulung dari Inggris, Churchill.
Harapan hidup di negara-negara industri maju, banyak yang telah mencapai usia 70 tahun ke atas. Hal ini adalah hasil dari kemakmuran yang dinikmati sebagai hasil peningkatan kualitas hidup bagi usia lanjut di negara-negara tersebut. Jadi usia lanjut bukanlah suatu hal yang ditakuti atau momok, tapi bagaimana kita menerima dengan ikhlas apa adanya, mendekati diri pada Tuhan, menghindari kebiasaan buruk dan memandang hidup ini dengan optimis dan hati yang gembira.
Bandung, 23 Maret 2009
Oleh : Dr Rochajat Harun Med.
Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com
Berita besar hari ini...!!! Kunjungi segera:
http://www.kabarindonesia.com//
25-Mar-2009, 10:18:28 WIB - [www.kabarindonesia.com]
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=3&jd=Alzheimer%2C+Penyakit+Pikun+yang+Sulit+Disembuhkan&dn=20090325073323
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar