Selasa, 29 September 2009
Memperbaiki Kesalahan dengan Keberanian
"Berbuat salah adalah manusiawi," sebuah pepatah Tiongkok kuno. Ini menyiratkan bahwa kesatriapun pasti akan membuat kesalahan. Berbeda dengan orang biasa, orang yang bijaksana lebih cenderung melihat ke diri sendiri, memperbaiki kesalahan-kesalahannya, dan meningkatkan diri. Hal inilah yang menjadikan mereka agung dan bijaksana.
Orang bijak jaman dulu menyarankan bahwa kita harus "menerima nasihat dengan senang hati." Kaisar Tang Taizong (23 Januari 599 - 10 Juli 649) adalah kaisar kedua Dinasti Tang. Nama kecilnya adalah Li Shimin, yang berarti "melayani negara dan membawa perdamaian ke masyarakat." Dari sejarah semua kaisar Tiongkok kuno, ia dikenang dapat menerima nasihat dengan sikap yang paling bijak dan lapang dada, dan ia menjadi contoh yang baik bagi kaisar berikutnya. Dia mendorong para pejabat untuk memberikan masukan kepadanya dan memaafkan orang-orang yang mengkritik dia tanpa alasan.
Ketika para bawahannya menyampaikan pendapat mereka atau menunjukkan kesalahan-kesalahannya, ia dengan tulus menjawab, "Apa yang Anda katakan masuk akal. Saat itu aku berpikir ceroboh." Ketika orang mengkritik Kaisar Tang Taizong tanpa alasan, beberapa pejabat menyarankan agar ia menghukumnya. Tang Taizong menjawab, "Aku tidak bisa melakukan itu. Jika aku menghukum mereka, tak akan ada yang berani lagi menunjukkan kesalahan saya." Karena Dinasti Tang memiliki kaisar bijaksana dan banyak pejabat jujur dan lurus, pemerintahannya tidak korup, maka negara stabil dan damai, dan masyarakat hidup damai. Itu adalah era makmur bagi Dinasti tersebut. Saat memberikan atau menerima saran, seseorang harus melakukannya tanpa rasa takut, demi kebaikan bagi rakyat diatas segalanya. Qi Xuanwang (sekitar 350-301 SM) adalah raja dari salah satu dari Tujuh Negara Berperang. Suatu kali ia memerintahkan agar istana direnovasi. Setelah mengerjakan hampir tiga tahun belum juga selesai, tetapi tidak seorang pejabatpun memberikan nasihat kepada raja.
Seorang kesatria bernama Chun Ju khawatir bahwa keterlambatan pembangunan dapat menguras sumber daya negara. Dia mempertaruhkan hidupnya untuk memberikan nasihat kepada Raja Qi dan berkata, "Jika seorang raja suatu bangsa tidak mempertimbangkan kemampuan rakyatnya untuk bersabar, apakah ia raja yang baik?" Raja Qi menjawab, "Tidak, itu bukan raja yang baik." Chun Ju mengajukan pertanyaan lain, "Anda sekarang membangun kembali istana yang besar diatas lahan seratus hektar lebih, dengan tiga ratus pintu gerbang. Sebuah negara sebesar Qi bahkan tidak dapat menyelesaikan renovasi sebuah istana dalam tiga tahun, dan tidak ada pejabat yang berani memberikan nasihat. Apakah Yang Mulia benar-benar memiliki pejabat? " Raja Qi ragu-ragu sejenak dan menjawab, "Tidak, aku tidak punya." Chun Ju mohon diri, lalu berbalik dan pergi. Raja Qi tiba-tiba mengerti, ia segera bangun dan berseru, "Tuan Chun, mohon kembalilah! Mengapa Anda membutuhkan waktu begitu lama untuk menasihati saya? Saya segera memerintahkan untuk menghentikan pembangunan." Dia kemudian mengatakan kepada pejabatnya, "Tolong catat ini dalam catatan sejarah negara bahwa saya ingin merenovasi istana dan saya tidak berbudi luhur. Saat itu Tuan Chun yang mengingatkan saya."
Supaya dapat memperbaiki kesalahan dan meningkatkan diri, seseorang harus memiliki hati yang lapang dan pikiran terbuka. Pada pemerintahan Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing (1661-1722 M), Zhang Ying adalah seorang pejabat di Istana Wenhua dan Sekretaris Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Zhang Ying bertetangga dengan keluarga terpandang Ye. Pada suatu saat, mereka berselisih tentang tembok halaman. Istri Zhang Ying segera mengirim surat kepada suaminya yang bekerja di istana.
Setelah membaca surat itu, Zhang Ying membalas surat istrinya: "Kau menulis surat dari ribuan kilometer jauhnya tentang sebuah tembok. Tidak ada salahnya untuk mundur tiga meter. Ingatlah kalimat ini: “Tembok besar China masih berdiri, tetapi Kaisar Qin sudah tiada." Nyonya Zhang mengerti maksud suaminya dan memerintahkan para pekerja untuk membangun tembok mundur tiga meter. Keluarga Ye sangat tersentuh dan membangun tembok mundur tiga meter juga. Akhirnya kedua keluarga menjadi tetangga harmonis.
Sesungguhnya, ketika seseorang mampu mengoreksi kesalahannya dan memperbaiki diri, ia benar-benar bertanggung jawab atas hidupnya sendiri. Untuk dapat mencapai itu, kita tidak perlu putus asa karena telah melakukan sebuah kesalahan. Jauh lebih buruk jika menyembunyikannya. Orang harus ingat untuk mengikuti dan melaksanakan prinsip-prinsip memperbaiki diri sendiri setiap saat dalam segala keadaan. Bagi mereka yang telah melakukan kesalahan serius, pengaruhnya bahkan sangat besar. Pepatah kuno mengatakan: "Tidak peduli seberapa besar prestasi yang telah dicapai, tidak sebanding dengan satu ons membual. Tak peduli seberapa serius kejahatan yang telah dilakukannya, tidak dapat dibandingkan rasa penyesalan." Setelah seseorang memiliki rasa malu dan penyesalan, itu adalah tanda kebijaksanaan. Sebaliknya, jika seseorang terus saja membual, tidak mampu keluar dari "diri sendiri" dan "egoisme", sehingga terus mencari pembenaran atas perilakunya, maka ia pasti akan kehilangan teman dan akan menuai apa yang ia tabur.
Zhou Liwang adalah Kaisar kesepuluh Zhou Barat dan memerintah selama hampir enam belas tahun. Dia adalah seorang raja yang lalim dan mendominasi pemerintahan serta membanggakan kemampuannya untuk "mencegah kritik." Walaupun rakyat memiliki banyak keluhan, Zhou Liwang tidak akan membiarkan mereka berbicara dan mengawasi orang-orang yang mengkritik dirinya. Begitu mendengar ada orang yang mengkritiknya, apakah pejabat atau rakyat, ia dijatuhi hukuman mati. Rakyat tidak berani saling berbicara di jalan atau, bahkan jarang berdiskusi. Zhou Liwang lebih mengkhawatirkan tentang "mencegah orang mengkritik daripada mencegah sungai banjir." Tiga tahun kemudian, tanah mulai menghalangi aliran sungai dan menyebabkan banjir. Rakyat tidak bisa lagi menerimanya. Mereka berkumpul di sekeliling istana dan ingin membunuh Zhou Liwang. Para prajurit kerajaan tidak bersedia untuk melindunginya. Keluarga, kerabat dan teman-temannya meninggalkan Zhou Liwang dan dikucilkan ke Zhi.
Sejarah seperti sebuah cermin, dan hasil akhirnya tergantung pada kemampuan seseorang untuk menerima kritik. Kita harus memahami prinsip "Berbuat salah adalah manusiawi, tetapi orang menghormati mereka yang mampu mengakui kesalahan dan bersedia untuk berubah." Kita tidak perlu takut jika membuat kesalahan. Kuncinya adalah mengetahui apa yang dilakukan ketika kita melakukan kesalahan. Sebagian orang takut mendengar kata-kata yang tidak menyenangkan. Begitu mereka mendengar sesuatu yang menyerang saraf, mereka marah, dan ingin menggertak orang lain untuk membalas. Perilaku semacam ini tidak hanya akan menyakiti orang lain tetapi pada akhirnya akan melukai diri sendiri. Kita harus berperilaku dan berbuat yang benar, terus-menerus meningkatkan cara berpikir kita. Maka jalan lapang dan lebar ada di depan kita. (Minghui.net/art)
Minggu, 27 September 2009
Era Baru
http://erabaru.net/featured-news/48-hot-update/5282-memperbaiki-kesalahan-dengan-keberanian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar