Minggu, 11 Desember 2011

Israel Menciptakan Hamas untuk Menghindari Perdamaian



Israel menciptakan Hamas sebagai alasan untuk berperang di Palestina. Sebagai contoh, pada tanggal 18 Mei seorang anggota parlemen Hamas, mengatakan semua orang Israel harus dimusnahkan. Ini merupakan alasan yang sempurna bagi Zionis dan para pendukungnya untuk mencegah proses perdamaian. Laporan ini menunjukkan bahwa Anggota Parlemen Hamas dengan mudah bisa bekerja untuk Israel.

Israel menciptakan Hamas.

Tetapi sebelum kita menelaahnya lebih jauh mengapa demikian?, sudah jelas bagi kita bahwa Israel tidak menginginkan perdamaian. Mereka mau menguasai semua wilayah Palestina, dan tindakan Israel memerangi penduduk di wilayah pemukiman memastikan pernyataan di atas.

Rupanya Israel mengambil keuntungan dari ketidaksadaran dunia mengenai realitas di Palestina, dan sikap Israel seolah-olah bersedia untuk membicarakan "perdamaian", padahal sebenarnya tidak bermaksud melakukannya, hanya merupakan dalih saja, agar supaya proses perdamaian [yang ditarik-ulur] tidak mengganggu penguasaan Israel lebih lanjut atas Palestina.

Jadi segala sesuatu yang dapat ditawarkan sebagai alasan, maka akan ditawarkan. Taktik yang paling mudah adalah menyajikannya dengan bantuan media penjilat, yaitu merekayasa pemberitaan "terorisme".

Akan tetapi karena massa yang naif dan gagal mencurigai orang-orang ekstrem yang tidak jujur dan tidak tahu malu [Machiavellian], sehingga para pemimpin tertentu akan memanfaatkan kesempatan yang tersedia. Ini termasuk merekayasa musuh palsu, dalam hal ini adalah Hamas, dimana dengan demikian pemimpin sayap kanan Israel dapat langsung menyalahkan beberapa "musuh" yang dianggap mengulur-ulur proses perdamaian.

Latar Belakang Sejarah

Sebenarnya bukanlah merupakan hal baru, Barat lah yang mensponsori terorisme Islam. Setelah runtuhnya Kekaisaran Ottoman pada tahun 1924, Inggris dan Amerika mengisi kekosongan kekuasaan dengan menempatkan pemimpin-pemimpin “Islam” yang mendukung kepentingan mereka. Ini dimulai dengan penciptaan Ikhwanul Muslimin [IM] melalui sokongan dari pemerintah Inggris. Di bawah sponsor Inggris, IM dewasa ini memainkan peran sebagai sebuah kekuatan besar di dunia Islam, dan berada di belakang hampir setiap tindakan teror yang mengatasnamakan Islam.

Lebih tepatnya, Ikhwanul Muslimin telah menjadi alat bersama berbagai badan-badan intelijen Barat, dimulai dari Nazi, kemudian CIA, Rusia, Perancis, Jerman dan Israel.

Sejak pemerintahan Truman dan Eisenhower, Ikhwanul Muslimin telah digunakan untuk mengerahkan Muslim yang naif di bawah bendera Islam. Sejak saat itu, Amerika dan yang lain-lainnya trampil dalam mengendalikan IM seperti anjing gila yang diikat dengan tali untuk menjaga ancaman Komunis ateis di teluk.

Meskipun Perang Dingin telah berakhir, namun IM tetap digunakan sebagai momok [bogey man], orang Amerika dapat menelusuri untuk membuktikannya di Timur Tengah dan Asia Tengah, dimulai dengan Irak dan Afghanistan.

Hubungan Israel dengan Ikhwanul Muslimin sudah terjalin sejak lama, dan IM merupakan alat yang berperan penting dalam pendirian sebuah organisasi sempalan seperti Hamas.

Menurut Robert Dreyfuss, penulis buku berjudul "Devil's Game: How the United States Helped Unleash Fundamentalist Islam":

"Sejak awal tahun 1967 sampai akhir tahun 980-an, Israel membantu Ikhwanul Muslimin membangun dirinya di wilayah pendudukan. Israel membantu Ahmed Yassin, pemimpin Ikhwanul Muslimin dalam menciptakan Hamas, dengan pertimbangan bahwa organisasi berkarakter Islam yang akan melemahkan PLO.. "

Menurut Charles Freeman, mantan Duta Besar Amerika Serikat untuk Arab Saudi, "Israel yang menghidupkan Hamas. Hamas merupakan proyek Shin Bet [agen intelijen domestik Isreal], mereka merasa bisa menggunakannya dalam rangka mengurung PLO."

Salah satu aspek dari strategi itu adalah penciptaan Liga Desa, dimana Yassin dan Ikhwanul Muslimin menggunakan banyak pengaruhnya. Israel melatih sekitar 200 anggota Liga dan merekrut informan yang dibayar mahal.

Reporter New York Times, David Shipler mengutip ucapan gubernur militer Israel di Gaza, dengan menyombongkan diri mengatakan bahwa Israel sengaja membiayai fundamentalis untuk menghadapi PLO.

"Berbicara secara politik, fundamentalis Islam kadang-kadang dianggap sebagai sebuah kelompok yang berguna bagi Israel, karena mereka berselisih faham dengan para pendukung sekuler PLO. Kekerasan antara kedua kelompok sesekali meletus di kampus Universitas di Tepi Barat. Gubernur Militer Israel di Jalur Gaza, Brigadir Jenderal Yithzak Segev pernah mengatakan kepada saya bagaimana dia telah membiayai gerakan Islam sebagai penyeimbang bagi PLO dan Komunis. ‘Pemerintah Israel memberi saya anggarannya dan pihak otoritas militer Israel memberikan dananya ke masjid,’"

Sebagaimana dicatat Dreyfuss, "selama tahun 1980, Ikhwanul Muslimin di Gaza dan Tepi Barat tidak mendukung perlawanan terhadap pendudukan Israel. Sebagian besar kekuatannya di arahkan untuk melawan PLO, terutama faksi sayap ekstra kiri, di kampus-kampus universitas."

Setelah pemberontakan Palestina tahun 1987, PLO menuduh Hamas dan Yassin bertindak "dengan dukungan langsung dari rezim-rezim Arab reaksioner... yang berkolusi dengan pendudukan Israel."

Yasser Arafat mengeluh kepada surat kabar Italia: "Hamas adalah ciptaan Israel, pada saat Perdana Menteri Shamir, mereka memberi uang dan membangun lebih dari 700 institusi, di antaranya sekolah, universitas dan masjid." Arafat juga menyatakan bahwa Perdana Menteri Israel, Yithzak Rabin mengaku kepadanya [Yasser Arafat] di hadapan Hosni Mubarak bahwa Israel mendukung Hamas.

Pada dasarnya sebagai seorang analis, Ray Hannania mengatakan dalam sebuah artikel dengan judul "Sharon's Terror Child", dimuat oleh Counterpunch, "merongrong proses perdamaian selalu menjadi target sebenarnya dari Hamas dan telah memainkannya ke dalam ambisi politik Likud. Setiap kali perunding Israel dan Palestina tampil siap maju mengambil langkah besar untuk mencapai perdamaian, sebuah tindakan terorisme Hamas menenggelamkan proses perdamaian dan mendorong kedua pihak terpisah."

Dalam “Hamas and the Transformation of Political Islam in Palestine”, untuk Current History, Sara Roy menulis

"Beberapa analis berpendapat bahwa sementara para pemimpin Hamas yang menjadi sasaran, secara bersamaan Israel melanjutkan strategi lama mempromosikan faksi-faksi nasionalis sekuler Hamas sebagai cara untuk memastikan kematian akhir dari [Otoritas Palestina], dan sebagai upaya untuk memadamkan nasionalisme Palestina untuk selamanya."

Kesimpulan

Ikhwanul Muslimin dan banyak perwujudannya seperti Al Qaeda dan bin Laden, menjadi sebuah ancaman yang selalu ada sebagai "teroris" yang direkayasa, dan digunakan terus-menerus sebagai alasan pembenar atas tindakan-tindakan represif di dalam negeri dan tujuan imperialistik yang diperluas di luar negeri.

Karena, meskipun semua retorika mengenai ancaman "politik Islam" yang tanpa sepengetahuan masyarakat umum, memanipulasi Ikhwanul Muslimin di seluruh dunia masih menjadi andalan dari kebijakan luar negeri Amerika.

Artikel Lengkap: Refleksi Dalam "Proses Perdamaian"

Oleh: David Livingstone, [Israel Created Hamas to Avoid Peace]
diringkas oleh: Henry Makow Ph.D

http://www.akhirzaman.info/islam/hamas/2054-israel-menciptakan-hamas-untuk-menghindari-perdamaian.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar