Diabetes
Mellitus merupakan kelainan metabolik endokrin yang dapat menyerang pada semua
kelompok umur dan jenis kelamin, akan tetapi pada beberapa penelitian
menunjukkan bahwa, kelainan ini ada korelasinya dengan perubahan mutasi pada
jenis gen tertentu, sehingga sifatnya akan diturunkan pada garis keturunan
secara langsung.
Beberapa faktor juga dapat memicu timbulnya kelainan ini
diantaranya pola makan yang kelebihan karbohidrat, berat badan berlebih,
peminum alkohol berat dan lain-lain. Akan tetapi semua faktor di atas dapat
dicegah dengan perbaikan gaya hidup.
Sebenarnya keadaan yang ditimbulkan pada
DM ini dapat diatasi dengan pengobatan yang adekuat dan diet makanan yang
seimbang, akan tetapai yang ditakutkan adalah timbulnya komplikasi pada
penderita DM.
Seperti yang kita ketahui bahwa DM merupakan kelainan metabolik
endokrin pada tubuh manusia, sebagai akibat peningkatan kadar gula darah di dalam
aliran darah, sehingga menyebabkan perlambatan aliran darah karena konsentrasi
dan viskositas yang meningkat. Keadaan seperti ini lama kelamaan akan
menimbulkan kerusakan beberapa organ vital yang bersifat endartery seperti
ginjal, jantung, otak dan retina pada mata.
Kerusakan ini akan menimbulkan
gangguan fungsi ginjal sampai terjadi gagal ginjal, penyumbatan pembuluh darah
koroner jantung dan menyebabkan penyakit jantung koroner, penyumbatan pembuluh
darah otak yang bisa menyebabkan stroke serta menimbulkan kebutaan jika terjadi
penyumbatan pembuluh darah pada organ mata terutama retina.
Peranan dokter umum
di dalam kesehatan masyarakat adalah mencegah terjadinya kelainan, menemukan
diagnosis lebih dini pada kelompok populasi dengan faktor risiko yang tinggi
dan mencegah komplikasi yang terjadi kalau seseorang telah mengalami kelainan
ini. Selain pemberian pengobatan yang adekuat dan menjaga pola makan yang baik,
penderita perlu melakukan pemeriksaan fisik, laboratorium dan pemeriksaan
penunjang lain seperti rontgen atau funduskopi dan elektrokardiogram (rekam
jantung) secara berkala. Pemeriksaan di atas bertujuan untuk mengetahui lebih
dini komplikasi yang terjadi pada penderita DM, sehingga dapat dicegah dan
diobati lebih dini.
Salah satu pemeriksaan laboratorium yang digunakan untuk
mengetahui komplikasi lebih dini dan mengontrol kepatuhan berobat penderita DM
adalah pemeriksaan kadar HbA1c.
Apakah yang dimaksud dengan pemeriksaan kadar
HbA1c?
HbA1c yang lebih dikenal dengan hemoglobin glikat, adalah salah satu
fraksi hemoglobin di dalam tubuh manusia yang berikatan dengan glukosa secara
enzimatik.
Hal ini dapat dimengerti jika kadar glukosa yang berlebih akan
selalu terikat di dalam hemoglobin, juga dengan kadar yang tinggi. Akan tetapi
kadar HbA1c yang terukur sekarang atau “sewaktu” mencerminkan kadar glukosa
pada waktu 3 bulan yang lampau (sesuai dengan umur sel darah merah manusia
kira-kira 100-120 hari), sehingga hal ini dapat memberikan informasi seberapa
tinggi kadar glukosa pada waktu 3 bulan yang lalu. Dengan melakukan pemeriksaan
ini kita juga dapat mengetahui seberapa besar kepatuhan dalam berobat pada
penderita DM.
Sebagai ilustrasi seorang penderita telah didiagnosis DM
kira-kira 3 tahun dan telah diberikan pengobatan yang adekuat, namun seberapa
patuh atau teraturnya pasien tersebut minum obat, kita tidak dapat mengetahui
dengan pasti. Setiap datang kontrol ke dokter selalu membawa hasil pemeriksaan
laobatorium (Glukosa darah) yang normal atau sedikit lebih tinggi, hal ini bisa
terjadi jika pasien minum obat 2 atau 3 hari sebelum kontrol ke dokter dengan
dosis yang teratur, akan tetapi setelah diukur kadar HbA1c, ternyata
menunjukkan hasil yang tinggi, hal ini menunjukkan kepatuhan berobat atau minum
obat masih rendah.
Selain dapat memberikan informasi mengenai kepatuhan berobat
penderita DM, juga dapat memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi dan
prognosis (dugaan perbaikan).
Berapakah nilai rujukan kadar HbA1c?
Sebenarnya
pada manusia normal, juga terdapat keterikatan antara hemoglobin dengan
glukosa, tetapi dalam jumlah yang normal yaitu sekitar 4-6 %, pada penderita DM
yang diprediksi memiliki kerentanan terhadap terjadinya komplikasi adalah di
atas 8 – 10%.
Jika melebihi 10% berarti penderita harus selalu diwaspadai untuk
berobat secara teratur dan berusahan untuk menghindari risiko terjadinya
komplikasi yang bakal terjadi serta mengatur pola hidup yang lebih baik.
Sebagai kesimpulan, peranan pemeriksaan kadar HbA1c penting di dalam mengontrol
kepatuhan pengobatan dan memprediksi kemungkinan terjadinya komplikasi berbagai
organ pada penderita DM.
Jawaban TanyaDok.com di : http://www.tanyadok.com/tekno/hba1c-sebagai-kontrol-penderita-diabetes-mellitus
-----------------------------
Catatan :
1. Interpretasi
Hasil Pemeriksaan HBA1C. Pengukuran kadar glukosa darah hanya memberikan informasi
mengenai homeostasis glukosa yang sesaat dan tidak dapat digunakan untuk
mengevaluasi pengendalian glukosa jangka panjang (misalnya pada beberapa minggu
sebelumnya). Untuk keperluan ini dilakukan pengukuran hemoglobin terglikosilasi
dalam eritrosit atau juga dinamakan hemoglobin glikosilat atau hemoglobin A1c
(HbA1c).
Pengertian dan Cara Interpretasi
Hasil Pemeriksaan HBA1C
Glikosilasi
adalah apabila hemoglobin bercampur dengan larutan dengan kadar glukosa sangat
tinggi serta rantai beta molekul hemoglobin mengikat satu gugus glukosa secara
irreversibel. Glikosilasi dapat terjadi secara spontan dalam sirkulasi dan
tingkat glikosilasi ini meningkat apabila kadar glukosa dalam darah tinggi.
Pada orang normal, sekitar 4-6% hemoglobin mengalami glikosilasi menjadi
hemoglobin glikosilat atau hemoglobin A1c. Pada kasus hiperglikemia yang
berkepanjangan, dapat meningkatkan kadar hemoglobin A1c hingga 18-20%.
Glikosilasi tidak mengganggu kemampuan hemoglobin dalam hal mengangkut oksigen,
akan tetapi kadar hemoglobin A1c yang tinggi mencerminkan kurangnya
pengendalian diabetes selama 3-5 minggu sebelumnya. Setelah jumlah kadar
normoglikemik menjadi stabil maka kadar hemoglobin A1c kembali normal dalam
waktu sekitar 3 minggu.
Karena
HbA1c terkandung dalam eritrosit yang hidup sekitar 3 – 4 bulan, maka HbA1c
dapat mencerminkan pengendalian metabolisme glukosa selama 100 – 120 hri
sebelumnya. Hal ini lebih menguntungkan secara klinis karena memberikan
informasi yang lebih jelas tentang keadaan penderita dan seberapa efektif
terapi diabetik yang diberikan. Peningkatan kadar HbA1c > 8% mengindikasikan
diabetes mellitus yang tidak terkendali sehingga menyebabkan penderita
berisiko tinggi dapat mengalami berbagai macam komplikasi jangka panjang
seperti nefropati, neuropati, retinopati, dan/atau kardiopati.
|
Kriteria
Nilai HBA1C
|
Eritrosit
yang tua karena berada dalam sirkulasi lebih lama dari pada sel-sel eritrosit
yang masih muda memiliki kadar HbA1c yang lebih tinggi. Penurunan hasil palsu
kadar HbA1c bisa disebabkan oleh penurunan dari jumlah eritrosit total. Pada
penderita dengan gejala hemolisis episodik atau kronis, darah dapat
mengandung lebih banyak eritrosit muda sehingga jumlah kadar HbA1c dapat
dijumpai dalam kadar yang sangat rendah. Adanya Glikohemoglobin total dalam
darah merupakan indikator yang lebih baik untuk pengendalian terhadap penyakit
diabetes pada penderita yang mengalami anemia ataupun kehilangan darah.
Prosedur Pemeriksaan HBA1C
Hemoglobin
glikosilat atau yang dikenal dengan Pemeriksaan HbA1C dapat diukur kadarnya dengan
menggunakan beberapa metode, seperti kromatografi afinitas, metode
elektroforesis, immunoassay, atau metode afinitas boronat. Spesimen / sampel
yang digunakan untuk Pemeriksaan HbA1C adalah : darah kapiler atau vena dengan
menggunakan antikoagulan (EDTA, Na sitrat, atau heparin).
Hindari
adanya hemolisis pada saat pengumpulan sampel. Sangat dianjurkan untuk
menjaga batasan asupan karbohidrat sebelum dilakukan uji laboratorium.
Nilai Normal Serta Interpretasi Hasil
Pemeriksaan HBA1C
Orang normal : 4,0 – 6,0 %
DM
terkontrol baik : kurang dari 7%
DM
terkontrol lumayan : 7,0 – 8,0 %
DM tidak
terkontrol : > 8,0 %
Nilai
Hasil rujukan dapat berlainan Pada setiap laboratorium tergantung dari metode
yang digunakan.
Masalah Klinis
Terjadi Peningkatan kadar : Diabetes Mellitus yang tidak terkendali, hiperglikemia,
Diabetes Mellitus yang baru terdiagnosis, ingesti alkohol, Faktor kehamilan,
hemodialisis.
Pengaruh obat seperti : asupan kortison jangka panjang, ACTH.
Penurunan kadar : adanya anemia
(pernisiosa, hemolitik, sel sabit), penyakit talasemia, kehilangan darah jangka
panjang, penyakit gagal ginjal kronis.
2, Diabetes
melitus (DM) tidak seharusnya menjadi mimpi buruk yang selalu menghantui penyandang
diabetes, atau menjadi penghambat dalam menikmati hidup bersama keluarga
tercinta. Salah satu syaratnya adalah pengendalian gula darah yang baik, dan
dapat dipantau dengan pemeriksaan HbA1c setiap 3 bulan sekali.Diabetes melitus
(DM) atau kencing manis adalah kondisi di mana konsentrasi gula (glukosa) darah
berada di atas normal dalam jangka waktu lama (kronis). Penyandang DM harus
menjaga agar konsentrasi glukosa darahnya terkendali dengan baik untuk mencegah
timbulnya komplikasi di kemudian hari. Selain dengan pengaturan pola makan,
olahraga dan pengobatan, hal lain yang perlu dilakukan adalah :
· Pemeriksaan konsentrasi glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan
· Pemeriksaan konsentrasi HbA1c setiap 3 bulan sekali untuk menilai pengendalian DM
HbA1c & Apa Manfaatnya
HbA1c adalah zat yang terbentuk dari reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah). HbA1c yang terbentuk dalam tubuh akan disimpan dalam sel darah merah dan akan terurai secara bertahap bersama dengan berakhirnya masa hidup sel darah merah (rata-rata umur sel darah merah adalah 120 hari).
HbA1c menggambarkan konsentrasi glukosa darah rata-rata selama periode 1-3 bulan. Jumlah HbA1c yang terbentuk sesuai dengan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan HbA1c digunakan untuk kontrol glukosa jangka panjang pada penyandang diabetes. Pemeriksaan HbA1c dianjurkan untuk dilakukan setiap 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun.
Perbedaan Pemeriksaan HbA1c & Glukosa Darah
Pemeriksaan glukosa darah puasa dan 2 jam setelah makan hanya dapat mencerminkan konsentrasi glukosa darah pada saat diukur saja dan sangat dipengaruhi oleh makanan, olahraga dan obat yang baru dikonsumsi. Jadi, tidak dapat menggambarkan bagaimana pengendalian konsentrasi glukosa dalam jangka panjang.
Bagi Anda yang melakukan pemeriksaan HbA1c di laboratorium klinik Prodia untuk pertama kalinya, akan diberikan Kartu Kontrol HbA1c.
Hasil setiap pemeriksaan HbA1c akan diplotkan pada kartu yang telah ditandai dengan warna merah untuk pengendalian gula darah yang buruk, warna kuning untuk pengendalian sedang dan warna hijau untuk pengendalian gula darah yang baik. Dengan memanfaatkan kartu ini, Anda dapat lebih waspada terhadap pengendalian gula darah Anda dan membantu dokter untuk menentukan penanganan yang lebih tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar