Minggu, 02 Agustus 2009

MEMBANGUN KEYAKINAN DALAM MENCARI KEPASTIAN SEBAGAI ENTREPRENEUR


PENDAHULUAN

Berpikir dalam kerangka persfektif diperlukan motivasi yang kuat dalam menumbuhkan sikap dan perilaku positip agar dapat tumbuh yang sejalan dengan satu keyakinan sebagai daya dorong agar kemampuan mengelola masa depan dengan cara yang benar.

Dengan keyakinan seorang yang memiliki kepemimpinan akan mampu pula mempengaruhi orang lain dalam mewujudkan kebersamaan dalam sikap dan perilaku untuk mewujudkan pemikiran intuitif yang telah diputuskan dalam keputusan strategik.

Salah satu kemampuan manajerial yang harus dibangun dengan keyakinan yang dapat mempengaruhi dalam perubahan bersikap dan berperilaku adalah membangun satu kebiasaan yang efektif melalui manajemen partisisifatip. Keyakinan tersebut haruslah ditopang oleh kebesaran kebesaran apa yang telah mendorong keberhasilan suatu organisasi dalam memanfaatkan alat manajemen tersebut menjadi satu kenyataan.

Kebesaran-kebesaran yang kita maksudkan sebagai daya dorong untuk kita membangun keyakinan dalam mencari kepastian melalui proses manajemen partisipatif, mencakup pemahaman hal-hal yang kita sebutkan dibawah ini :

Pertama, pemahaman atas permerdayaan sumber daya manusia
Kedua, pemahaman atas benih-benih keyakinan dalam pola berpikir
Ketiga, pemahaman menumbuh-kembangkan manajemen partisipatif
Keempat, pemahaman atas keterampilan-keterampilan dalam abad baru.

Keempat hal tersebut akan kita utarakan secara sepintas dibawah ini :

PERTAMA : PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Salah satu peran kepemimpinan akan mencakup apa yang disebut dengan pemberdayaan. Oleh karena itu pemberdayaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam pemahaman atas profesionalisme itu sendiri sehingga dengan pemberdayaan itu haruslah menjadi unsur penggeraknya.

Sejalan dengan pemikiran diatas, maka yang diartikan dengan pemberdayaan adalah menghilangkan batasan birokratis yang mengkotak-kotakkan orang dan membuat mereka menggunakan seefektif mungkin keterampilan, pengalaman, energi dan ambisinya.

Dengan menggerakkan pemahaman tersebut, ini berarti memperkenankan mereka untuk mengembangkan suatu perasaan memiliki bagian-bagian dari proses, khususnya yang berkaitan dengan tanggung jawab mereka sesuai dengan perannya, sementara pada waktu yang sama menuntut mereka menerima suatu bagian tanggung jawab dan kepemilikan yang lebih luas dari keseluruhan proses.

Kita menyadari sepenuhnya bahwa akan muncul banyak tantangan ketika sedang berubah menuju pemberdayaan dan dalam perjalanan itu sendiri menghadapi kesulitan, tetapi dibalik itu kita meyakini bahwa hasil akhirnya akan lebih berharga ketimbangan perjuangan yang dilalui dalam wujud kualitas yang lebih tinggi, layanan yang lebih baik, lebih bersaing, biaya yang lebih rendah, fleksibilitas yang lebih tinggi dalam pemenuhan akan kebutuhan pelanggan serta pihak-pihak yang memiliki kepedulian.

Oleh karena itu, dengan memiliki keyakinan yang kuat untuk mencapai permberdayaan dengan harapan dalam perjalanannya memperoleh suatu kenikmatan dari proses perubahan yang ada sebagai tempat yang indah diperlukan perubahan dalam bersikap dan berperilaku yang positip.

Bila kepemimpinan pada semua tingkat dalam unit organisasi memiliki keyakinan maka keteladanan dalam kebersamaan berpikir akan terwujud karena didukung oleh semua pihak bahwa pemberdayaan merupakan soal yang dihadapi oleh gaya kepemimpinan dari atas ke bawah (top down) dan budaya organisasi (nilai, norma, wewenang dan ganjar). Oleh karena itu kedua hal tersebut menjadi pemicu suksesnya proses pemberdayaan yang harus menjadi daya dorongnya.

Dengan memperhatikan uraian yang kita kemukakan diatas, maka sukses pemberdayaan tidaklah dipundah seorang pemimpin yang hanya berperan dalam mengelola pemberdayaan, akan tetapi semua pemimpinan dalam unit organisasi saling berkontribusi untuk mensukseskannya secara bersama.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan langkah-langkah yang dapat mendukung usaha-usaha sebagai berikut :

Pertama, membangun organisasi yang fleksibel dan mudah dikontrol dengan berbasiskan jaringan agar setiap orang mampu mengakses agar memperoleh dan berbagi informasi yang benar dan akurat. Dengan tersedia informasi yang benar dan akurat diharapkan menjadi : a) kunci memperdayakan orang dan organisasi ; b) mendorong setiap orang untuk mengidentifikasi setiap situasi yang dihadapinya ; c) membentuk adanya kebersamaan dalam sikap dan perilaku agar terciptanya kepercayaan bagi semua pihak ; d) membuat orang-orang tidak terkotak-kotak dan tidak birokratis ; e) menyadarkan orang-orang yang berperan harus bertanggung jawab.

Kedua, membangun deskripsi tugas, wewenang dan tanggung jawab yang jelas kedalam otonomi peran dalam kerangka untuk : a) menjabarkan keputusan-keputusan strategik yang ditetapkan ; b) menggerakkan budaya organisasi dalam pengelolaan ; c) mengembangkan struktur, sistem, metoda dan prosedur yang dapat mendorong terciptanya pemberdayaan orang ; d) mengingatkan kepada semua orang bahwa kita mengadakan perjalanan ke tempat pemberdayaan.

Ketiga, membangun tim manajemen partisipatif yang benar-benar mampu bekerja dalam kerangka melepaskan diri dari pemikiran hirarkis yang konvensional dengan harapan untuk : a) merumuskan budaya peran agar dapat mengelompokkan peran kedalam driver ( developer, director, innovator), panner (strategist, estimator,scheduler), enabler (resource manager, prometor, negotiator), exec (producer, coordinator, maintainer), controller ( monitor, auditor, evaluation) ; b) bekerja dalam tim berbuat lebih banyak daripada kerja individu ; c) bekerja dalam tim memungkinkan orang saling berkonstribusi ; d) pelatihan keterampilan meningkat, e) adanya komitmen dari atasan ; f) menghindari adany ketidak puasan dalam proses pemberdayaan ; g) membangun kebiasaan yang efektif untuk masa depan.

Ketiga hal yang kita kemukakan diatas merupakan kunci keberhasilan dalam proses pemberdayaan, walaupun pemikiran tersebut nampaknya sederhana namun langkah pelaksanaannya diperlukan interaksi yang dinamis, sistimatis dan berkelanjutan dengan penuh ketekunan, tanpa itu akan mudah proses pemberdayaan itu hanya merupakan mode dalam keinginan untuk berusaha membangun kebiasaan yang efektif.

KEDUA : BENIH BENIH KEYAKINAN DALAM POLA BERPIKIR

Benih-benih keyakinan yang akan kita utarakan dibawah ini merupakan daya dorong untuk kita memanfaatkan otak dalam berpikir baik secara methodis artinya disadari (unsur otak dan hati) maupun tidak methodis artinya tidak disadari (unsur hati). Jadi dengan adanya daya dorong dari kekuatan benih-benih keyakinan akan menjadi penuntun pula dalam pola berpikir.

Benih-benih keyakinan yang kita maksudkan diatas adalah :
• Kreativitas individu
• Tanggung jawab dalam peran
• Kearifan dalam bertindak
• Komunikasi
• Tujuan perjalanan hidup
• Gambaran masa depan
• Penyesuaian dalam tantangan perubahan
• Berani dan ulet dalam berkarya
• Kepribadian yang utuh
• Berserah diri dengan sang pencipta

Secara singkat dapat kita kemukakan benih-benih tersebut sebagai berikut:

KREATIVITAS INDIVIDU :

Kreativitas adalah kemampuan untuk mencipta artinya kemampuan berpikir untuk meraih hasil yang variatif dan baru. Dalam hal ini kita menyadari sepenuhnya bahwa kita diajarkan tentang apa yang harus dipikirkan dan bagaimana cara berpikir, tetapi jarang diajarkan bagaimana menemukan pemikiran baru.

Banyak orang berpikir bahwa kreativitas adalah sesuatu yang sulit untuk dibayangkan, mereka tidak menyadari bila seseorang mampu mengelola otak itu pertanda bahwa setiap orang yang mampu berbicara akan mampu untuk menulis, begitu pula setiap orang yang mampu melihat berarti ia mampu untuk memvisualisasikan, demikian pula bagi setiap orang yang mampu memaksimumkan otak berarti ia mampu berpikir secara methodis dan non methodis berarti ia mampu mengungkapkan gagasan-gasan baru yang dipkirkan, itulah satu tanda dimana kreativitas bukanlah sesuatu yang misterius keberadaannya.

Jadi sebenarnya yang menjadi masalah kita adalah bagaimana kita mampu mendorong bagi setiap orang untuk meningkatkan kebiasaan yang efektif dalam menggerakkan ide-ide baru, meramalkan dan memvisualisasikan yang belum ada, sedangkan kita telah diajarkan hanya yang berkaitan dengan a) pemahaman fungsi mengamati dan memperhatikan ; b) mengingat kembali ; c) menganalisa dan mempertimbangkan.

Oleh karena itu, hanya ada satu jalan bagi kita untuk membangun kebiasaan efektif untuk melatih kemampuan kreatif yaitu membangun wawasan dan imajinasi dengan menggerakkan otak sebelah kanan sesuai dengan fungsi sebaliknya dalam menganalisa kita gerakkan otak sebelah kiri.

Jadi pahamilah bahwa fungsi otak kiri adalah berbicara, membaca, menulis, menganalisa, mengkaitkan ide, mengikhtisarkan, mengelompokkan, logika, pertimbangan, keputusan, kemampuan matematis, ingatan verbal, menggunakan simbol, mengatur waktu.

Sedangkan fungsi otak kanan adalah kesadaran yang tak terlukiskan, melihat keseluruhan dengan sekali pandang, mengenali perasaan, intuisi, wawasan, tingkat perasaan yang dasar,, mesintesa, visualisasi, menanggapi keadaan ingatan visual, mengenai pola-pola, merasakan cara kita, menghubungkan hal-hal pada saat sekarang.

Dengan pemahaman fungsi otak dan kita mampu memaksimumkannya maka disitu akan ditemukan kekosongan kreativitas dapat ditemukannya, hanya saja diperlukan latihan secara brkelanjutan sebagai satu kebiasaan yang efektif. Oleh karena itu hilangkan anggapan seperti dibawah ini :

• Hanya para ahli dapat menciptakan sesuatu yang berarti.
• Menjadi kreatif berarti melakukan sesuatu yang baru.
• Orang kreatif karena bakat.
• Kreatif dibayangkan orang gila.
• Kreatif dikenal karena orang berbakat.
• Gagasan / ide dibayangkan adanya sifat magic.
• Berpikir kreatif dibayangkan tidak praktis.
• Kreativitas dibayang adanya kerumitan.
• Cara yang terbaik sudah ditemukan karena berpikir dalam satu arah.

TANGGUNG JAWAB DALAM PERAN :

Mengapa bangsa Indonesia sejak meredeka sampai kini masih melarat sedangkan dikatakan kita melimpah sumber daya alam tidak lain karena tanggung jawab dalam peran yang dibebankan kepadanya hanya memikirkan kepentingan individu dan kelompok.

Dengan tidak adanya tanggung jawab dalam peran kita tidak ada kesedian untuk membangun bangsa ini dengan melihat masa depan sehingga dalam pola berpikir keinginan kerja keras dan berkorban hanyalah satu bayangan mimpi belaka walaupun sering diucapkan berkarya untuk bangsa.

Itulah satu kenyataan yang kita hadapi, oleh karena itu perlu kita tumbuh dan kembangkan secara berkelanjutan dalam sikap dan perilaku mengenai apa yang kita sebut tanggung jawab dalam peran antara pimpinan dan bawahan dalam bentuk akar tanggung jawab dan sayap kebebasan,

Dengan tanggung jawab dan kebebasan itu setiap individu akan merasa terikat dalam organisasi, sehingga pikiran yang bersifat materialistik sebagai rucun dalam hidup dapat dihindari kedalam kebiasaan yang efektif.

Dengan membangun kebiasaan yang efektif itu akan tumbuh menjadi suatu realita kedalam kepercayaan kepada diri sendiri yang ditunjukkan oleh sikap dan perilaku yang dituntun oleh keberanian dengan mengambil resiko yang dapat dipredeksi agar terwujud menjadi kebiasaan yang tidak bergantung kepada orang lain. Untuk itu perlu adanya pengawasan diri sendiri dengan melangkah memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

• Menguasi konsepsi-konsepsi yang terkait dengan wawasan dan imajinasi.
• Menguasai pemanfaatan waktu dalam kerja.
• Menguasai kontak-kontak yang sejalan dengan pikiran.
• Menguasai untuk berkomunikasi.
• Menguasai atas komitmen yang kita dibuat.
• Menguasai untuk mengkomunikasikan maksud apa yang kita utarakan.
• Menguasai apa yang kita lakukan.

KEARIFAN DALAM BERTINDAK :

Kearifan tumbuh dari sikap dan perilaku bagi setiap orang yang mampu mengaktualisasikan diri dari pengungkapan kata-kata yang sangat efektif karena keterampilan yang tumbuh dari pengalaman yang bersangkutan sehingga ia mampu mengkomunikasikan suara hatinya dengan baik dan dapat diterima bagi semua pihak yang mempunyai kepentingan atas apa yang diungkapkannya.

Jadi pada dasarnya kearifan bukanlah ditentukan oleh bakat yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan kepemimpinannya melainkan tingkat kedewasaan rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersangkutan membentuk keperibadian yang selalu berusaha untuk meningkatkan secara berkelanjutan atas kebiasaan yang efektif dan konsisten dalam bersikap dan berperilaku.

KOMUNIKASI :

Bagaimana kita bersikap dan berperilaku untuk menyembunyikan perasaan kita dengan memainkan kemampuan berkomunikasi dari dalam ke luar dengan tidak membohongi siapapun, sehingga memperlihatkan percaya kepada diri sendiri seperti halnya jika kita tidak merasa enak tentang diri kita sendiri secara emosional atau mental dimana kita rupanya tidak memberikan kesan yang sangat baik dengan rupa kita, dandanan kita dan percakapan kita.

Jika kita menghadapi seorang teman potensial, prosfek bisnis atau salah satu keluarga sendiri, sikap kita adalah berorientasikan pelayanan, bukan hanya memenuhi kepentingan pribadi. Dengan mengarahkan kepada orang lain, sehingga mereka merasakan akan kehadiran anda. Inilah merupakan hasil dari manifestasi komunikasi non-verbal.

Dengan pemikiran diatas, maka kepemimpinan yang berhasil mempengaruhi orang lain karena keterampilan menjalankan komunikasi yang ditopang oleh keyakinan dan kepercayaan agar fungsi pengungkapan emosional, pesan yang disampaikan, mampu memotivasi, mengendalikan menerima dan mendengarkan atas konskwensi berkomunikasi.

TUJUAN PERJALANAN HIDUP :

Dengan memanfaatkan otak melalui proses mempergunakan alat berpikir berupa kesadaran, kecerdasan dan akal, seharusnya kita mampu akan secara teguh berpegang kepada prinsip hidup, berkerja dan belajar, dengan prinsip tersebut memiliki daya dorong yang kuat untuk menjadi seorang pribadi yang disukai dan sekali gus memiliki sikap kepemimpinan yang mampu merumuskan hal-hal yang berkaitan dengan wawasan, penyelarasan dan pemberdayaan untuk menghadapi gelombang perubahan.

Dengan merenung diri sebeum anda membuat suatu keputusan strategik atas perjalanan hidup anda dengan memperdayakan otak (memori, emosi dan naluri) yang ada dalam kekuatan berpikir anda adalah tambang emas yang ada pada diri anda, dimana anda dapat menggali sepuas hati anda dan hal-hal tersebut menjadi kebiasaan yang efektif untuk anda melangkah agar hidup ini penuh arti dengan mengungkapkan pertanyaan :

What to do it…. Berkaitan dengan kesadaran.
Why to do it …..Berkaitan dengan kecerdasan.
How to do it …. Berkaitan dengan akal.
When to do it …Berkaitan dengan niat dan hasrat.

GAMBARAN MASA DEPAN :

Berpikir masa depan menggambarkan harapan seperti gunung, harus tinggi dan dapat dilihat. Kembangkanlah kemampuan berpikir intuitif, maka disitu akan menunjukkan apa yang sebenarnya mereka harapkan. Dengan kejelasan harapan itu mereka akan selalu berada dalam posisi tanpa kegelisahan.

Harapan pula yang menggerakkan mereka untuk bekerja keras, terikat satu dengan yang lainnya dan saling bantu membantu, yang mendorong mereka menjadi jujur, selalu berbuat yang terbaik dari waktu ke waktu dan bila satu ketika mereka berbuat kesalahan, mereka harus belajar dari kesalahan itu.

Kepemimpinan dengan kejelasan keputusan strategik yang diambil serta dapat dikomunikasikan dengan baik kepada bawahannya akan memberikan daya dorong yang kuat agar segala sesuatu yang tidak terpecahkan untuk dibicarakan bersama dan bersedia mengemukakan secara terbuka bila ada keluhan yang dihadapinya.

PENYESUAIAN DALAM TANTANGAN PERUBAHAN :

Hidup dalam dunia tanpa batas dengan gelombang ketidak pastian akan ada selalu perubahan disemua aspek kehidupan, oleh karena itu diperlukan kekuatan mental yang selalu siap untuk melakukan perubahan dalam berpikir sesuai dengan tuntutan untuk menyesuaikan dengan perubahan itu sendiri.

Jadi perubahan itu sama saja dengan kemajuan, sehingga kepemimpinan dengan kepribadian yang proaktif dapat menangkap faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi sikap dan perilaku dalam menghadapi setiap terjadi perubahan.

Kepemimpinan tumbuh berkembang sejalan dengan usaha-usaha bagi setiap tingkat pemimpin untuk meningkatkan kebiasaan yang efektif dengan apa yang hendak dicapai dari pengetahuan, keterampilan dan niat agar tercipta suatu kondisi yang menyukai akan perubahan yang dapat menjadi daya dorong dalam melaksanakannya agar tingkat produktivitasnya meningkat dari sisi efesiensi, efektif dan kualitas.

BERANI DAN ULET DALAM BERKARYA :

Dengan berpegang kepada prinsip-prinsip kepemimpinan, maka seorang pemimpin, pada setiap keputusan yang diambil sudah tentu ada resikonya, tetapi dengan benih keberanian dan keuletan ia meyakini apa yang dibuatnya dimana soal keberhasilannya ia tetap berpegang teguh kepada sang pencipta.

Sikap dan perilaku tersebut diatas dituntun oleh kemampuan berpikir secara methodis dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) menetapkan prioritas apa yang harus dikerjakan terlebih dahulu ; 2) konsentrasikan dan fokuskan
Kedalam lingkungan yang sangat berpengaruh ; 3) perubahan yang benar harus mengarah kepada peningkatan produktivitas ; 4) gagalan harus mampu memotivasi untuk menghadapi kegagalan berikutnya ; 5) membangun kebiasaan yang efektif dengan secara teratur melaksanakan sumbang saran ;
6) manfaatkan otak esuai dengan fungsi dalam melaksanakan pemecahan masalah ; 7) membayangkan satu harapan yang tidak terduga ; 8) mampu memecahkan masalah yang menghadapi jalan buntu secara jujur dan logis ; 9) meningkatkan kemampuan yang lebih spesialis dalam bidang tertentu ; 10) Berikankan konstribusi dalam berkarya yang lebih banyak.

KEPRIBADIAN YANG UTUH :

Mengungkapkan benih kepribadian yang utuh yang harus diperlihatkan oleh seseorang yang memiliki kepemimpinan adalah yang menyangkut suatu kesan yang menyeluruh tentang diri seseorang, yang dilihat orang lain. Kesan itu merupakan bauran yang unik dari ciri-ciri fisik dan mental yang ada dalam diri seseorang.

Kesan yang ditarik oleh orang lain menjadi positip tentang kepribadian orang, bila yang bersangkutan menunjukkan semua kemampuan, perbuatan dan kebiasaan seseorang baik jasmani, mental, rohani, emosional maupun sosial dapat dijadikan panutan bagi orang lain.kecuali keadaan penampilan yang sebaliknya.

Kepribadian yang sehat akan sangat ditentukan oleh kemampuan seseorang untuk terus meningkatkan kedewasaannya dalam mengaktualisasikan sikap dan perilaku yang dapat diterima orang lain dilihat dari sisi rohaniah, sosial, emosional dan intelektual yang bersumber dari kepercayaan diri karena kemampuan untuk menyalurkan segala yang kita ketahui dan segala yang kita kerjakan.

BERSERAH DIRI DENGAN SANG PENCIPTA :

Bagi seorang yang memeluk agama seperti pemeluk agama islam, maka makna keberhasilan dalam masalah kesuksesan yang diajarkan dalam Al-Quran adalah satu wujud dari pikiran yang berserah diri kepada sang pencipta dalam usaha menghasilkan sesuatu yang berguna baik diri sendiri maupun orang lain.

Apaun bentuk usaha pikiran dalam mewujudkan sesuatu “kberhasilan” oleh manusia dengan memanfaatkan alat pikiran berupa kesadaran, kecerdasan dan akal yang dilaksanakan secara berurutan dan memiliki saling sifat ketergantungannya.
Keberhasilan akan menjadi kenyataan, maka galilah tambang emas yang ada pada dirimu yaitu pikiran daam bentuk lahir bathin yang berpadu erat tanpa terpisah-pisah, maka amalan lahir (syariat) dan bathin (hakikat) wajib dilaksanakan serentak daam satu masa di semua waktu dan keadaan.

KETIGA, MENGEMBANGKAN MANAJEMEN PARTISIPATIF

Manajemen partisifatif diibaratkan pedang bermata dua, disatu sisi melihat proses pengambilan keputusan dan disisi lain menggambar peran pemimpin mendorong bawahannya untuk berkontribusi dalam mempengaruhi dinamika organisasi dalam mewujudkan keputusan-keputusan yang ditetapkan.

Didalam teori manajemen partisipatif memiliki tiga dasar pemikiran sbb. :
1. Prinsip bahwa beberapa orang lebih baik dari satu orang. Partisipasi dapat memperbaiki kualitas dari keputusan terutama karena banyak dari orang-orang yang erat kaitannya dengan tindakan.
2. Prinsip bahwa suatu keputusan mufakat akan merupakan pengembangan yang lebih besar antusiasmenya. Didalam teori orang yang mempunyai satu tangan didalam membuat keputusan adaah lebih baik motivasinya untuk melakukannya.
3. Prinsip bahwa parisipasi didalam membuat keputusan adalah efektif pada latihan pekerjaan yang membantu mengembangkan bawahan.

Walaupun kita sadari bahwa dalam praktek manajemen partisipatif menjadi tidak produktif. Tapi apa yang dapat dilakukan dengan pandangan itu, maka hal-hal dibawah ini sebagai langkah jalan keluarnya sebagai berikut :
1. Janganlah menerapkan manajemen partisipatif bilamana perubahan yang radikal diperlukan dengan cepat.
2. Akan kurang menguntungkan untuk mencoba membangun suatu tim partisipatif dari orang-orang yang berinteraksi hanyalah sesekali.
3. Partisipatif hanyalah pembicaraan, kecuali hal itu menghasilkan tindakan.
4. Partisipasi pegawai yang efektif tidaklah selalu meliputi keputusan akhir.
5. Janganlah meminta untuk partisipati didalam membuat keputusan yang telah dilakukan, melainkan bagaimana caranyaagar hal itu bermanfaat.

Dengan memperhatikan hal-ha yang diungkapkan diatas, maka agar orang menjadi berpartisipasi yang efektif haruslah memperoleh informasi yang lebih baik dari pada hanya mendapatkan pekerjaan semata, sehingga mereka dengan jelas mengetahui latar belakang masalah yang akan dibahas.

Yang harus dikomunikasikan dengan baik dalam menerapkan manajemen partisipatif adalah pemimpin menyadari sepenuhnya bahwa perannya dalam proses pengambilan keputusan untuk pencapaian tujuan dan sasaran haruslah dipisahkan dengan pengembanan dari pertanggungan jawaban sebagai akibat dari pelaksanaannya yang terkait dengan pertanggungan jawabannya.

Sebagai petunjuk atas pelaksanaannya dapat diungkapkan sebagai berikut :
1. Mintalah pendapat kepada orang yang memiliki pengetahuan (informasi), keterampilan (pengelaman) dan keperibadian terhadap sesuatu masalah yang dihadapi.
2. Mulailah dengan praktek dengan partisipasi terhadap sesuatu yang kecil, yang dipili secara teliti berdasarkan suka rela.
3. Janganlah memulai dengan yang paling kritis dan masalah yang sulit.
4. Hargailah sikap orang itu yang tidak sunguh-sungguh tertarik didalam partisipasi keputusan manajemen.
5. Nilailah secara teratur kefektifan dari proses partisipasi. Temukan hal-hal yang bermanfaat dan mana yang tidak.
6. Akhirnya ingatlah bahwa partisipasi adalah bermanfaat didalam beberapa situasi dan tidak didalam yang lain-lain.

KEEMPAT, KETERAMPILAN ABAD BARU :

Tahun 1980 sampai menjelang akhir tahun 1990, visi kepemimpinan dengan pusat perhatian mencakup : * Bagaimana kita dapat menggerakkan sumber dan energi manusia secara optimal ; * Dan dalam waktu bersamaansuatu organisasi manusia yang bermutu dan terus tumbuh dapat dipertahankan ; * Dan dimana kebutuhan pribadi seperti harga diri tumbuh dan berkembang ; * Dan kepuasan bathin secara semaksimal mungkin dapat di penuhi.

Menjelang tahun 2000, visi kepemimpinan pada dsarnya sama dengan awal tahun 1990, dengan tekanan mengelola masa-masa tidak menentu sebagai dampak globalisasi dengan segala dimensinya.

Dengan memperhatikan pemikiran yang dikemukakan oleh Alfin Toffler didalam bukunya “Future Shock” (kejutan masa depan), seharusnya dapat pula menggugah kita mengenai konsepsi masa depan yang mengujutkan serta teori penyesuaiannya. Konsep itu, ia mengingatkan kita kepada :

• Bahwa kejutan masa depan bukan lagi merupakan bahaya potensial yang masih jauh, akan tetapi merupakan suatu penyakit nyata yang diderita oleh banyak manusia. Penyakit ini adalah penyakit “perubahan”.
• Keheranan kita betapa sedikitnya orang tahu tentang penyesuaian diri.

Menyadari ha tersebut diatas, maka perjuangan untuk menjalankan perubahan harus terjadipada seluruh tingkat secara serempak. Oleh karena itu dengan bekal pengetahuan (informasi), keterampilan (pengelaman) dan keperibadian (sikap dan perilaku) yang lebih jelas tentang masalahnya, serta pengendalian yang lebih cerdik atas beberapa proses kunci tertentu, maka kita dapat mengelola krisis menjadi kesempatan sehingga akan membantu orang tidak semata-mata untuk mengangkat akan tetapi juga untuk menaiki gelombang perubahan, berkembang dan memperoleh kesadaran baru bahwa kita telah berkuasa atas tujuan hidup kita sendiri.

Dengan demikian, apa yang dikemukakan oleh C.R. Hickman & M.A.Silva dalam bukunya “Creating Excellence” menyatakan :
Untuk masa depan yang dinamis para manajer harus belajar untuk lebih mementingkan masa lampau dengan apa yang kita sebut keahlian / keterampilan abad baru, dimana ia menyebutkan perlu menguasai keahlian / keterampilan berupa :
1. Wawasan kreativitas.
2. Sensitivitas.
3. Visi.
4. Kecakapan melaksanakan disemua bidang.
5. Pemusatan perhatian
6. Ketekunan.

Wawasan kreativitas merupakan landasan untuk merumuskan strategi, sedangkan sensitivitas membangun budaya organisasi yang kuat. Melalui dua keterampilan itu mendorong terbentuknya visi yang mengintergrasikan antara realita dengan harapan atas dasar ketekunan yang secara alami mengikuti kecakapan melaksanakan di semua bidang dengan pemusatan perhatian agar mampu mengadaptasi, antisipasi stimulasi dari kebutuhan masa depan dengan yang dahulu, kemudian baru penetrapan langsung usaha-usaha perubahan.

Secara singkat dapat diuraikan keterampilan tersebut diatas sebagai berikut :

WAWASAN KREATIVITAS, para eksekutif dengan wawasan kreativitas kan mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang benar, sehingga ia dapat memilah-milah mana permasalahan yang bersifat kritis, pokok, dan insidentil, bukan hanya situasi permasalahan yang bisa dilihat.
Eksekutif dengan wawasan yang terbatas akan memandang permasalahan dan paham secara terpisah, tidak pernah memandang secara menyeluruh akibatnya pemanfaatan sumber daya manusia tidak produktif.

SENSITIVITAS, dewasa ini telah diakui bahwa sumber daya manusia adalah merupakan bagian aktivitas terbesar dari suatu organisasi, oleh karena itu para eksekutif harus tahu bagaimana mengingat mereka bersama-sama dalam satu buaya agar mereka merasa betul-betul dimotivasi dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu diperlukan komunikasi tatap muka, pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan, program komputerisasi, insentif yang kreatif dan keamanan pekerjaan yang kesuanya itu memperlihatkan sensitivitas yang dapat memelihara budaya yang kuat.

VISI, eksekutif dengan analisis. Visi merupakan proses berpikir dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dalam prakteknya dapat diibaratkan suatu lukisan dimana tidak semua orang bisa melukis demikian pula melukiskan visi pribadi atau kelompok terhadap suatu kegiatan.

Dengan menciptakan masa depan dari serpihan-serpihan fakta, gambaran-gambaran, harapan, impian, bahaya dan kesempatan, ini berari memiliki kemampuan melaksanakan analisis visi melalui intergrasi keterampilan dasar dengan kesempatan adaptif.

KECAKAPAN MELAKSANAKAN DISEMUA BIDANG, menuntut adanya keterampilan yang tidak mudah dikuasai, oleh karena itu diperlukan usaha-usaha untuk menaruhkan perhatian yang menarik yang ada di luar anda,tanpa itu tidak mungkin mampu menyesuaikan dengan perubahan.

PEMUSATAN PERHATIAN, eksekutif dengan menerapkan perubahan harus mampu memelihara keharmonisan strategidan budaya, oleh karena itu dituntut untuk memusatkan perhatian atas sumber daya yang bisa didapat menuju keberhasilan dalam pemanfaatannya.

KETEKUNAN DAN KESABARAN, eksekutif harus percaya pada tujuan jangka panjang organisasinya, oleh karena itu ia dituntut melahirkan pemikiran-pemikiran dan tindakan-tindakan serta melibatkan diri mereka ke masa depan. Untuk itu, ia harus tekun dan sabar menyelaminya serta mampu untuk menciptakan lingkungan yang ideal.


November 29, 2008 by suaraatr2025

Abdul Talib Rachman
Just another WordPress.com weblog

http://suaraatr2025.wordpress.com/2008/11/29/membangun-keyakinan-dalam-mencari-kepastian-sebagai-entrepreneur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar