Sabtu, 01 Agustus 2009
Santri Jatim Tangkal Flu Babi dengan Ritual Burdah
Kalangan santri di Jawa Timur menangkal virus flu babi (H1N1) dengan ritual doa burdah. Doa ini kerap dipakai santri zaman dulu ketika dilanda wabah penyakit.
Amalan itu telah diinstruksikan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyusul terjangkitnya sejumlah santri di beberapa pondok pesantren.
"Kalau bisa setiap hari mulai pukul 09.00 hingga 23.00 WIB di pondok diadakan burdah," kata Ketua Tanfiziah PWNU Jatim Hasan Mutawakkil Alallah, di Surabaya, Kamis (30/7) seperti dikutip Antara.
Hasan menegaskan, doa itu biasa dibaca kalangan santri zaman dulu ketika dilanda wabah penyakit seperti sekarang. "Bacaannya pendek dibandingkan dengan doa lainnya. Dan, bacaan ini sudah sangat dikenal kalangan santri, sekarang perlu digalakkan," ujar dia.
Menurut Hasan, virus H1N1 yang banyak dialami kaum santri, seperti di Jombang, Probolinggo, Ponorogo, dan Surabaya, bukan merupakan bentuk ancaman terhadap pondok pesantren.
"Jadi, tidak perlu ada yang dikhawatirkan. Namun, masyarakat dan kalangan santri khususnya, tetap harus mewaspadainya," kata pengasuh Ponpes Zainul Hasan, Pajarakan, Probolinggo, yang sebelumnya beberapa santrinya dinyatakan "suspect" H1N1 tipe A.
Dia meminta bantuan pemerintah untuk membantu penanganan para santri yang diduga terjangkit virus tersebut. "Kalau tidak parah, sebaiknya tidak perlu dibawa ke rumah sakit. Cukup dirawat di dalam pondok, biar petugas Dinas Kesehatan yang datang," kata Hasan.
Selain itu, Hasan meminta pemerintah memberikan penyuluhan mengenai wabah penyakit flu babi itu.
"Santri perlu tahu, bagaimana penularan dan penanganannya, meskipun risiko kematian pada penderita penyakit itu relatif kecil," Jelas dia.
Dia menyebutkan, jumlah pondok pesantren di Jatim tercatat sekitar 7.000 unit dengan jumlah santri berkisar antara 500 dan 14.000 orang. Hingga saat ini ada tujuh santri pondok pesantren yang dinyatakan positif terkena H1N1 tipe A yang menjalani perawatan intensif di ruang isolasi khusus RSUD dr. Soetomo, Surabaya. Ketujuh santri tersebut terdiri atas enam santri Pondok Pesantren Salafiyah Alfitra, Kali Kedinding, Surabaya dan seorang santri Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang.
479 Kasus
Sementara itu, informasi dari Departemen Kesehatan menyebutkan, hingga Kamis (30/7), jumlah penderita flu babi di Indonesia mencapai 479 orang. Dari jumlah itu, 266 laki-laki dan 213 perempuan.
Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penambahan kasus terjadi pada 29 Juli. Pasien baru tersebut berasal dari 11 provinsi di Indonesia. "14 laki-laki dan 21 perempuan," kata dia.
Thermo Scanning
Deteksi terhadap potensi jangkitan flu babi juga semakin intensif. Di Istana Negara, Jakarta, misalnya, setiap tamu wajib menjalani thermo scanning. Upaya ini untuk mencegah penyebaran virus."Ini berlangsung sejak kemarin (Rabu,29/7) hingga enam bulan ke depan," kata dokter Depkes RI, dr Sahat, anggota tim deteksi suhu tubuh, kemarin.
Selain di Istana, deteksi suhu tubuh juga diadakan di kediaman pribadi Presiden SBY, di Cikeas, Kabupaten Bogor. Penggelaran deteksi suhu tubuh para tamu ini merupakan permintaan dari Sekretariat Negara dan Depkes RI. "Kalau suhunya di bawah 38 derajat celcius, itu masih aman. Di atas itu, kita akan rujuk ke RS untuk diadakan uji labaratorium," ujar dr Sahat.
Pengukuran suhu berlaku untuk siapa pun yang bertandang ke Istana Negara, tidak terkecuali para menteri dan pejabat tinggi lain. Menko Polhukam dan Kepala BIN Syamsir Siregar, misalnya, rela diukur suhu badannya dengan thermometer digital.
Bukan hanya Syamsir yang rela diperiksa, Presiden SBY pun bersikap sangat hat-hati menyikapi penyakit ini.Biasanya, usai rapat, Presiden selalu berjabat tangan dengan para peserta. Namun, kemarin Presiden SBY menolak berjabat tangan dengan para peserta rapat. Dia khawatir penyakit flu yang masih menghinggapinya menular ke orang lain.
"Tidak jabat tangan dulu ya. Saya flu, khawatir kalau jabat tangan, ini (flu) bisa malah terdistribusi," ujar SBY.
saat menutup rakor dengan jajaran pemerintah daerah plus TNI dan Polri di Istana Negara, Jakarta.
Mendengar ini para anggota kabinet dan pejabat negara yang terlanjur berdiri untuk berjabat tangan, sempat ragu-ragu. Mereka selanjutnya keluar ruangan setelah Presiden keluar terlebih dahulu.
Sejak sepekan lalu, SBY terkena flu berat. Atas perintah tim dokter kepresidenan, SBY mengurangi aktivitasnya dan bekerja di kediaman pribadinya di Cikeas, Bogor.
31/07/2009 22:13:13 WIB
Oleh Pamudji Slamet dan Novy Lumanauw
SURABAYA, INVESTOR DAILY
http://www.investorindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=66399&Itemid=
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar