Selasa, 31 Januari 2012

9 Terapi Warisan Kedokteran Islam


Kontribusi peradaban Islam dalam dunia kedokteran sungguh sangat tak ternilai. Di era keemasannya, peradaban Islam telah melahirkan sederet dokter terkemuka yang telah meletakkan dasar-dasar kedokteran modern. Dunia Islam juga tercatat sebagai peradaban pertama yang memiliki rumah sakit yang dikelola secara profesional.

Dunia kedokteran Islam di zaman kekhalifahan telah mewariskan sederet peninggalan bagi peradaban modern. Salah satu peninggalan terpenting dari kedokteran Islam adalah terapi kedokteran. Para dokter Muslim melalui kitab atau risalah yang ditulisnya telah memperkenalkan aneka terapi untuk mengobati beragam penyakit.

Para dokter Muslim di era kejayaan mencoba membuktikan hadis Rasulullah SAW yang menegaskan bahwa ''semua penyakit pasti ada obatnya.'' Lewat aneka terapi yang dikembangkannya, para dokter Muslim berhasil menemukan metode penyembuhan penyakit berdasarkan penyebabnya.

Beragam jenis terapi yang dikembangkan kedokteran Islam. Ini adalah sembilan terapi yang dikembangkan para dokter Muslim di era keemasan Islam: aromaterapi, terapi kanker, kemoterapi, kromoterapi, hirudoterapi, psikoterapi, Pitoterapi, urologi, litotomi.

Aromaterapi

Aromaterapi merupakan salah satu jenis pengobatan alternatif yang menggunakan bahan cairan tanaman yang mudah menguap, dikenal sebagai minyak esensial, dan senyawa aromatik lainnya dari tumbuhan yang bertujuan untuk mempengaruhi suasana hati atau kesehatan seseorang.

Stanley Finger dalam karyanya bertajuk Origins of Neuroscience: A History of Explorations Into Brain Function, mengungkapkan, penyulingan uap air pertama kali ditemukan dokter Muslim bernama Ibnu Sina (980 M – 1037 M). Ibnu Sina menggunakan penyulingan uap air itu untuk membuat minyak esensial yang digunakan untuk mengobati pasiennya. Metode pengobatan ini disebut aromaterapi.

''Ibnu Sina pun dijuluki sebagai orang pertama yang mengenalkan aromaterapi,'' ungkap Finger.

Terapi Kanker

Patricia Skinner dalam bukunya Unani-tibbi, Encyclopedia of Alternative Medicine, mengungkapkan, dokter pertama yang berhasil melakukan terapi kanker adalah Ibnu Sina alias Avicenna. Dalam Canon of Medicine, Ibnu Sina mengungkapkan, salah satu metode bedah yang disertai pemotongan atau pembersihan pembuluh darah.

Prof Nil Sari dari Universitas Istanbul, Cerrahpasha Medical School dalam tulisannya berjudul "Hindiba: A Drug for Cancer Treatment'', menuturkan, pada abad ke-12 M, ilmuwan Muslim bernama Ibnu al-Baitar menemukan ramuan obat kanker atau tumor bernama "Hindiba". Obat kanker warisan peradaban Islam itu dipatenkan oleh Prof Nil sari pada 1997.

Kemoterapi

Kemoterapi adalah metode perawatan penyakit dengan menggunakan zat kimia. Dalam penggunaan modernnya, istilah ini hampir merujuk secara eksklusif kepada obat sitostatik yang digunakan untuk merawat kanker. Dalam tulisan berjudul The Valuable Contribution of al-Razi (Rhazes) to the History of Pharmacy, disebutkan bahwa kemoterapi pertama kali diperkenalkan seorang dokter Muslim legendaris bernama al-Razi alias Rhazes (865 M-925 M) pada abad ke-10 M.

Al-Razi merupakan dokter yang pertama kali memperkenalkan penggunaan zat-zat kimia dan obat-obatan dalam pengobatan. Zat-zat kimia meliputi belerang, tembaga, merkuri dan garam arsenik, sal ammoniac, gold scoria, zat kapur, tanah liat, karang, mutiara, ter, aspal dan alkohol.

Kromoterapi

Kromoterapi merupakan metode perawatan penyakit dengan menggunakan warna-warna. Terapi ini merupakan terapi suportif yang dapat mendukung terapi utama. Menurut praktisi kromoterapi, penyebab dari beberapa penyakit dapat diketahui dari pengurangan warna-warna tertentu dari sistem dalam manusia.

Terapi ini ternyata juga dikembangkan Ibnu Sina. Avicenna sudah mampu menggunakan warna sebagai salah satu bagian yang paling penting dalam mendiagnosa dan perawatan. Dalam The Canon of Medicine, Ibnu Sina mengungkapkan bahwa "Warna merupakan gejala yang nampak dalam penyakit".

Ia juga telah berhasil mengembangkan grafik hubungan antara warna dengan suhu tubuh dan kondisi fisik tubuh. Bahkan, Avicenna lebih lanjut membahas kekayaan warna untuk menyembuhkan dan pertama untuk membuktikan bahwa warna yang salah yang diusulkan untuk terapi dapat menyebabkan tidak ada respons dalam penyakit yang spesifik.

Hirudoterapi

Hirudoterapi merupakan terapi penyembuhan penyakit dengan menggunakan pacet/lintah sebagai obat untuk tujuan pengobatan, yang diperkenalkan Avicenna dalam karyanya The Canon of Medicine. Ibnu Sina juga mengenalkan penggunaan lintah sebagai perawatan untuk penyakit kulit. Terapi Lintah menjadi salah satu metode yang disukai masyarakat Eropa pada abad pertengahan.

Dalam era lebih maju, pengobatan dengan lntah diperkenalkan oleh Abd-el-latif pada abad ke-12 M, yang menulis bahwa lintah dapat digunakan untuk membersihkan jaringan penyakit setelah operasi pembedahan. Dia melakukannya, walaupun ia mengerti resiko menggunakan lintah. Ia memberikan saran untuk pasien bahwa lintah harus dibersihkan sebelum digunakan dan kotoran dan debu "yang melekat pada lintah harus dihilangkan" sebelum penggunaan.

"Dia selanjutnya menulis bahwa setelah lintah menghisap darah keluar, garam harus "diteteskan dibagian tubuh manusia," jelas Nurdeen Deuraseh, dalam karyanya bertajuk "Ahadith of the Prophet on Healing in Three Things (al-Shifa’ fi Thalatha): An Interpretational", Journal of the International Society for the History of Islamic Medicine.

Fisioterapi

Fisioterapi metode penyembuhan yang menitikberatkan untuk menstabilkan atau memperbaiki gangguan fungsi alat gerak atau fungsi tubuh yang terganggu yang kemudian diikuti dengan proses/metode terapi gerak.

Dokter Muslim mengembangkan metode terapi mulai dengan diet. Jika upaya itu tidak bekerja pada pasien, dokter akan memberi resep obat dan pengobatan. Namun, jika masih tidak bekerja, dokter akan melakukan operasi bedah. Fisioterapi ditentukan oleh dokter Muslim selalu mancakup latihan fisik dan mandi.

Dokter Muslim Arab mengembangkan sistem diet secara rinci, yang terdiri atas kesadaran defisiensi makanan, dan gizi yang sesuai merupakan item yang penting dalam perawatan. Ezzat Abouleish, dalam bukunya Contributions of Islam to Medicine, menjelaskan bahwa obat-obatan dibagi dalam dua kelompok, yakni obat tunggal/sederhana dan obat jamak/campuran.

"Mereka mengetahui interaksi antara obat-obatan, mereka pertama menggunakan obat tunggal, jika gagal, kemudian obat campuran digunakan yang dibuat dari dua atau lebih campuran, dan jika metode konservatif gagal, kemudian pembedahan diambil sebagai langkah terakhir," jelasnya.




http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/30/lyljji-inilah-9-terapi-warisan-kedokteran-islam-bag1
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/30/lylpno-inilah-9-terapi-warisan-kedokteran-islam-bag2
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/01/30/lylq0b-inilah-9-terapi-warisan-kedokteran-islam-bag3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar