Minggu, 15 Januari 2012

Kelembutan hati



Pendahuluan

Sebagian orang ada yang wataknya sangat keras dan sebagian orang ada yang hatinya lembut atau peramah secara alami tanpa ia buat-buat dan Abu bakar ra. termasuk golongan orang yang kedua ini.

Abu bakar ra. telah mendengarkan wasiat dari Rasulullah saw. maka beliau menghafalnya, memahaminya dan mempraktekkannya, wasiat tersebut sebagai berikut:

Dari Abu Hurairah ra. ia berkata Rasulullah saw. bersabda: janganlah kalian saling berdengki-dengkian atau iri hati, jangan kalian saling bersaing dalam penawaran, jangan kalian saling berbenci-bencian, jangan kalian saling bermusuhan dan jangan sebagian kalian menjual di atas penjualan yang lain, jadilah hamba Allah swt. Yang saling bersaudara, seorang muslim adalah saudara bagi saudaranya yang muslim, ia tidak menzaliminya, tidak menelantarkannya dan tidak membencinya, takwa itu ada di sini (dan beliau saw. menunjuk ke dadanya sebanyak 3 kali) seorang muslim akan termasuk orang yang jahat jika ia menggangu atau menyakiti saudaranya yang muslim, setiap muslim atas muslim yang lain tidak boleh saling menggangu dalam masalah darah, harta dan kehormatan".

Kelembutan hati Abu bakar ra. tercermin dalam kehidupannya secara pribadi, tercermin di dalam interaksinya dengan orang lain, sebuah hadits yang di riwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Aisyah ra. ia mengatakan:

"Saya tidak pernah menemukan kedua orang tua saya setelah saya dewasa kecuali keduanya senantiasa berpegang teguh pada agama islam, tidak terlewatkan satu haripun kecuali Rasulullah saw. mendatangi kami di waktu pagi dan petang, dan ketika orang-orang muslim mendapatkan cobaan (yaitu ketika orang-orang muslim masih berada di Makkah dan di aniaya dengan orang-orang musyrik) maka Abu bakar ra. keluar dengan maksud akan berangkat ke Habsyah, kemudian di tengah perjalanannya yaitu di tempat Barku al Ghamaad beliau ra. di temui oleh Ibn Daginnah orang ini adalah pemimpin kampung tersebut ia berkata kepada Abu bakar ra.:

Mau kemana kamu wahai Abu bakar?

Abu bakar ra. menjawab: kaumku mengeluarkanku (dari tempatku), maka saya akan bepergian di atas muka bumi dan menyembah Tuhan-ku.

Maha suci Allah swt., beliau akan meninggalkan perinagaan, harta, masyarakat, rumah, keluarga, kampung, dan kabbah, bahkan yang lebih besar dari hal itu semua yaitu beliau akan meninggalkan Rasulullah saw., di sana terdapat sebagian orang yang suka menyembah Allah swt. Dengan cara yang mereka anggap benar, akan tetapi Abu bakar ra. menyembah Allah swt. Sesuai dengan keinginan Rasulullah saw., sebenarnya sangat memungkinkan Abu bakar ra. untuk tetap tinggal di Makkah dan menyembah Allah swt. Dengan sembunyi-sembunyi, dan tetap melaksanakan perdagangan, serta mendapatkan harta yang dapat membantu jalannya dakwah, akan tetapi Rasulullah saw. menginginkan supaya ia berhijrah karena ia tidak mempunyai perlindungan di Makkah, sebab ia berasal dari kabilah yang lemah yaitu kabilah bani Taim, maka iapun berangkat hijrah dan meninggalkan setiap yang ada menuju negeri yang sangat jauh yang bukan negeri Arab yaitu Habsyah, namun bersamaan dengan hal ini Allah swt. Berkehendak lain, Allah swt. Berkehendak supaya ia tetap tinggal di Makkah oleh karena itu Ibn Daginnah dapat menahannya sehingga ia tidak jadi berangkat atau hijrah ke Habsyah.

Ibn Daginnah mengatakan: "tidak mungkin orang seperti anda akan keluar atau terusir, anda membantu orang yang kesusahan, menyambung silaturrahim, menolong anak yatim dan fakir miskin, menghormati tamu dan anda berbuat kebaikan".

Ketika kita memperhatikan dengan seksama maka kita akan menemukan bahwa sifat-sifat yang di sebutkan oleh Ibn Daginnah tersebut terhadap Abu bakar ra. sama dengan sifat-sifat yang di sebutkan oleh Aisyah ra. mengenai sifat-sifat Rasulullah saw.

Ibn Daginnah mengatakan: saya akan melindungimu maka kembalilah dan sembahlah Tuhanmu di negerimu".

Maka iapun kembali bersama Ibn Daginnah, kemudian Ibn Daginnah berkeliing di sore hari menemui orang-orang terhormat Quraisy ia mengatakan kepada mereka:

"apakah kalian akan mengeluarkan orang yang membantu orang yang kesusahan, yang menyambung tali silaturrahim, yang menolong anak yatim dan faqir, yang memuliakan tamu dan yang berbuat kebaikan?

Orang-orang Quraisy tidak akan berani berdusta di samping Ibn Daginnah maka mereka mengatakan kepada Ibn Daginnah:

"perintahkanlah Abu bakar agar ia menyembah Tuhannya di rumahnya, ia shalat di dalamnya, dan membaca (al Qur'an) sesuai yang ia kehendaki, dan hal tersebut tidak akan menggangu kami, dan janganlah ia melakukan hal tersebut dengan terang-terangan, karena kami khawatir hal tersebut akan menjadi sebuah fitnah bagi isteri-isteri dan anak-anak kami, karena hati para wanita dan anak-anak sangat lembut dan Abu bakar ra. juga termasuk orang yang sangat lembut, perkataannya keluar dari hatinya maka perkataan tersebut akan sampai atau di terima oleh hati yang lembut yang butuh kepada pengetahuan, akan tetapi mereka (orang-orang Quraisy) tidak mengkhawatirkan para laki-laki karena hati mereka sangat keras mereka mengetahui kebenaran akan tetapi mengikuti jalan selainnya.

Hal ini di sampaikan oleh Ibn Daginnah kepada Abu bakar ra., maka Abu bakar ra. tinggal di rumahnya dan melaksanakan shalat di dalamnya tanpa memperlihatkan orang lain dan beliau tidak membaca al Qur'an selain di rumahnya (beliau tidak membacanya di Kabbah, tidak di tempat-tempat pertemuan umum dan tidak juga di pasar), kemudian Abu bakar ra. membangun sebuah mesjid di halaman rumahnya maka beliaupun shalat dan membaca al Qur'an di mesjid tersebut, hal ini terlihat oleh wanita-wanita orang-orang musyrik begitupun anak-anak mereka, mereka takjub atau kagum terhadapnya dan mereka memperhatikannya.

Abu bakar ra. tidak ingin menyembunyikan sebuah dakwah, maka semangatnya bangkit untuk memperdengarkan orang lain kalamullah, dan jiwanya sangat kasihan terhadap orang-orang yang akan berangkat menuju neraka jika mereka mati dalam keadaan kafir, usaha kerasnya akan hal tersebut sama seperti usaha Rasulullah saw. mendakwahi mereka supaya beriman, Allah swt. Berfirman:

"Boleh jadi kamu (Muhammad) akan membinasakan dirimu, karena mereka tidak beriman". (QS. Asy syu'araa': 3).

Seperti itulah pribadi Abu bakar ra.


Abu bakar as Shiddiq ra. menangis ketika membaca al Qur'an

Abu bakar ra. adalah seorang yang gampang meneteskan air mata oleh karena itu beliau ra. tidak dapat menahan air matanya ketika sedang membaca al Qur'an, hal ini membuat orang-orang terhormat Quraisy khawatir, maka mereka mengutus kepada Ibn Daginnah dan iapun berangkat menemui mereka, kemudian mereka mengatakan:

"sesungguhnya kami melindungi Abu bakar ra. dengan perlindungan anda agar ia menyembah Tuhannya di rumahnya, akan tetapi ia telah melampaui hal tersebut, ia telah membangun sebuah mesjid di halaman rumahnya, kemudian melaksanakan shalat dan membaca al Qur'an secara terang-terangan, dan kami mengkhawatirkan hal tersebut akan menjadi sebuah fitnah terhadap anak-anak dan isteri-isteri kami oleh Karena itu laranglah ia".

Hal ini adalah suatu yang alami sekali, yaitu ketika kalimat-kalimat Allah swt. Dan Rasul-Nya yang murni telah sampai kepada pendengaran manusia yang hatinya terlepas dari kemaslahatan-kemaslahatan atau kepentingan pribadi (Ikhlas dalam mendengarkannya), maka secara alami orang yang mendengarkan tersebut akan beriman dengannya:

"Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui". (QS. Ar Ruum: 30).

Dan suatu hal yang wajar jika orang-orang kafir memerangi hal tersebut, sementara mereka mengetahui bahwa hal itu adalah benar, Allah swt. Berfirman:

"Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya. Maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan". (QS. An Naml: 14).

Mereka mengatakan: jika ia senang dengan hanya menyembah Tuhannya di rumahnya maka lakukanlah, akan tetapi jika ia enggang kecuali dengan melakukannya secara terang-terangan maka mintalah kepadanya agar ia mengembalikan kepada anda jaminan anda, karena kami tidak ingin mengawasimu, dan kami tidak menginginkan Abu bakar ra. melakukan (ibadahnya) dengan terang-terangan".

Di sini Ibn Daginnah terdesak dalam suasana yang sangat sempit sekali, ia tidak ingin merugikan orang-orang Quraisy, sebagaimana juga ia bukan dari orang Makkah asli, dan kekafiran yang keras serta penganiayaan yang besar akan membuat Makkah berubah aturan dan undang-undangnya, maka akan pecah undang-undang perlindungan dan tidak akan terpakai lagi, Aisyah ra. mengatakan:

"Maka Ibn Daginnah mendatangi Abu bakar ra. lalu ia mengatakan:

"anda telah mengetahui tentang akad (perjanjian) saya dengan anda terhadapnya yaitu anda tetap beribadah menyembah Tuhanmu di rumahmu atau anda mengembalikan kepada saya tanggung jawabku, karena saya tidak senang mendengar orang arab mengatakan sesungguhnya saya membatalkan perjanjianku kepada seseorang yang aku telah membuat akad dengannya".

Di sini Abu bakar ra. sama sekali tidak goyah pendiriannya, beliau ra. lebih mementingkan dakwah islam di bandingkan yang lain bahkan lebih penting dari jiwanya atau kehidupannya, maka beliau ra. mengatakan:

"Sesungguhnya saya mengembalikan kepada anda perjanjian perlindungan atau penjagaan anda, dan saya lebih suka dengan perlindungan Allah swt.".

Demikianlah watak atau pembawaan Abu bakar ra., kita semua telah mengetahui bahwa ketika Rasulullah saw. sedang sakit keras, Rasulullah saw. bersabda:

" perintahkanlah Abu bakar ra. aga ia memimpin orang-orang shalat, maka Aisyah ra. mengatakan: sesungguhnya Abu bakar ra. adalah seorang yang berhati lembut, jika beliau membaca al Qur'an maka beliau tidak dapat menahan air matanya", maka Rasulullah saw. bersabda: perintahkanlah ia untuk memimpin shalat".

Kemudian beliaupun ra. memimpin orang-orang melaksanakan shalat, dan beliaupun tidak dapat menahan air matanya ketika membaca al Qur'an seperti kebiasaannya di hari-hari biasa sebagaimana yang di ceritakan oleh putrinya yang mulia yaitu Aisyah ra. bahwasanya ia adalah seorang yang berhati lembut.


Posisinya atau sikapnya terhadap Rabi'ah al Aslami ra.

Jiwa yang lembut ini, hati yang khusyu', jiwa yang bersih dan suci dan watak yang lemah lembut telah menafsirkan kepada kita banyak hal tentang sikap atau posisi Abu bakar ra.yang menakjubkan:

*Di keluarkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dengan sanad yang hasan dari Rabi'ah al Aslami ra. ia mengatakan:

"saya dengan Abu bakar ra. sedang berdebat, maka beliau ra. mengucapkan suatu kalimat yang aku tidak sukai maka beliaupun menyesalinya".

Mari kita perhatikan bahwasanya hal ini terjadi di Madinah, dan Abu bakar ra. adalah konsultan Rasulullah saw. yang pertama, artinya beliau adalah wakil Rasulullah saw. secara langsung, sementara Rabi'ah al Aslami ra. adalah pelayan Rasulullah saw., maka Abu bakar ra. mengatakan suatu kalimat yang tidak di senangi oleh Rabi'ah al Aslami ra., dan terlihat bahwa kesalahan terletak pada Abu bakar ra. dan beliau segera menyadari hal tersebut dan menyesalinya sebagaimana yang di katakan oleh Rabi'ah al Aslami ra. mengenai sikap beliau ra., akan tetapi apakah Abu bakar ra.hanya merasakan penyesalan di dalam hati saja? Sekali-kali tidak demikian akan tetapi dengan kelembutan jiwanya maka keluar penyesalan tersebut dan tercermin dengan perilakunya, beliau ra. sebagai wakil pemimpin mengatakan kepada Rabi'ah ra. yang hanya seorang pelayan, sebagai berikut:

Rabi'ah ra. mengatakan Abu bakar ra. berkata kepada saya: wahai Rabi'ah jawablah saya dengan kalimat yang sama (yang telah saya katakan) hal tersebut sebagai kisas.

Maka saya menjawab: saya tidak akan melakukannya.

…..

Maka Abu bakar ra. berangkat menemui Rasulullah saw. dan saya seorang diri berangkat mengikuti beliau ra., kemudian Rasulullah saw. datang, maka Abu bakar ra. menceritakan kejadian sesuai dengan kenyataannya, maka Rasulullah saw. mengangkat kepalanya dan bertanya:

"Wahai Rabi'ah apa yang terjadi antara kamu dengan Abu bakar ra..?

Maka saya menjawab: Wahai Rasulullah saw. seperti ini kejadiannya (ia menceritakan kejadian tersebut kepada Rasulullah saw.), Abu bakar ra. telah mengatakan suatu kalimat yang aku tidak menyukainya, maka beliau berkata kepada saya: katakanlah seperti yang telah aku katakan (kepadamu) agar ucapanmu adalah balasan atau kisas (terhadap apa yang telah aku ucapkan), akan tetapi aku menolak (untuk mengatakan hal tersebut).

Maka Rasulullah saw. bersabda: "benar, kamu jangan membalasnya, akan tetapi katakan: Allah swt. Telah mengampunimu wahai Abu bakar.

Sayapun mengatakan: Allah telah mengampunimu wahai Abu bakar.

Al Hasan mengatakan: maka Abu bakar ra. berpaling darinya dan menangis.

* Kemudian di antara sifat kelembutan hati Abu bakar ra. ialah beliau sangat memperhatikan orang-orang lemah yang terdapat di Makkah, Abdullah bin Zubair ra. mengatakan: Abu bakar ra. memerdekakan setiap budak yang masuk islam di Makkah.

Artinya setiap ada budak laki-laki atau perempuan yang masuk islam maka beliau membelinya dari tuannya dan memerdekakkannya, beliau ra. memerdekakan wanita-wanita dan orang-orang lemah jika mereka telah masuk islam, maka Ayahnya berkata kepadanya:

"Wahai anakku saya melihat kamu banyak memerdekakan orang-orang yang lemah, jika seandainya kamu memerdekakan orang-orang yang kuat supaya mereka dapat membantumu dan menjadi pelindungmu? Dan beliau ra. sebenarnya membutuhkan hal tersebut, karena kabilahnya yaitu bani Taim adalah termasuk kabilah yang lemah dan kecil.

Maka beliau ra. menjawab: wahai ayahku saya menginginkan apa yang terdapat di sisi Allah swt. Maka turun Ayat yang artinya, sebagai berikut:

" Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah". (QS. Al Lail: 5-7).

"Dan kelak akan dijauhkan orang yang paling takwa dari neraka itu, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkannya, padahal tidak ada seseorangpun memberikan suatu nikmat kepadanya yang harus dibalasnya, tetapi (dia memberikan itu semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya yang Maha Tinggi, Dan kelak dia benar-benar mendapat kepuasan". (QS. Al Lail: 17-21).

Mari kita sama-sama memperhatikan ketika Allah swt. Mempersiapkan dengan sendiri-Nya untuk hamba-Nya bahwa ia akan mendapatkan kepuasan, alangkah besar barang yang telah di belinya yaitu surga.


Abu bakar ra. dan tawanan perang Badar

Ketika Rasulullah saw. meminta pendapatnya mengenai tawanan perang Badar, maka bagaimanakah sikap dan pendapatnya mengenai tawanan tersebut yang telah menyiksa orang-orang muslim dan mengambil harta mereka serta telah mengusir orang-orang muslim dari rumahnya, dan senantiasa mereka ingin memerangi orang-orang muslim bahkan hampir saja mereka membunuh orang-orang muslim di perang Badar jika seandainya Allah swt. Tidak memberikan pertolongan kepada orang-orang mukmin, maka bagaimanakah pendapat beliau terhadap tawanan perang badar tersebut?

Perhatikanlah sikap beliau ra. seolah-olah beliau ra. sedang membicarakan sahabat-sahabatnya dan tidak membicarakan masalah tawanan perang, beliau ra. mengatakan:

"Wahai Rasulullah saw. mereka semua itu sebenarnya adalah masih keluarga dan saudara, saya berpendapat untuk melepaskan mereka dengan syarat membayar fidyah (di tebus), maka apa yang kita ambil (dari uang atau harta tebusan tersebut) akan menjadi kekuatan bagi kami terhadap orang-orang kafir, dan semoga Allah swt. Memberi mereka petunjuk maka mereka akan menjadi pendukung kita.

Adapun Umar bin Khattab ra. mempunyai jawaban yang berbeda dengan jawaban Abu bakar ra., Rasulullah saw. bertanya: bagaimana pendapatmu wahai Ibn Khattab? Perhatikanlah jawaban Umar ra. seorang yang di ilhami dan mempunyai pendapat yang tepat, jawabannya sangat keras terhadap orang-orang kafir, sifat keras ini adalah sangat bagus di saat-saat peperangan pada waktu itu, bahkan pendapatnya ialah pendapat yang di inginkan oleh Allah swt., beliau ra. mengatakan:

"Demi Allah swt. Saya mempunyai pendapat yang berbeda dengan pendapat Abu bakar ra. , akan tetapi perbolehkanlah saya untuk memenggal kepala si anu (orang tersebut adalah termasuk keluarga dekat Umar ra.), dan biarkanlah Ali ra. untuk membunuh 'Uqail, begitupun perkenankanlah Hamzah ra. untuk memenggal kepala si anu yang masih saudaranya, sehingga Allah swt. Mengetahui bahwa di hati kita tidak terdapat belas kasih terhadap orang-orang musyrik, dan mereka itu (yang di maksud oleh Umar ra.) adalah pemimpin mereka (orang-orang kafir atau musyrik).

Umar ra. mengatakan: akan tetapi Rasulullah saw. lebih memilih pendapat Abu bakar ra. dan tidak memilih pendapatku, dan beliau saw. mengambil dari mereka bayaran tebusan. Coba anda perhatikan dengan baik-baik bahwa watak Rasulullah saw. dengan Abu bakar ra. sangat mirip, sekalipun sebenarnya pendapat yang benar adalah pendapat Umar ra.

Umar ra. mengatakan: ke esokan harinya saya menemui Rasulullah saw. dan Abu bakar ra. dan keduanya sedang menangis, maka saya bertanya: wahai Rasulullah saw. apa yang membuat anda dan sahabat anda menangis? Jika saya menemukan tangisan maka saya akan ikut menangis, dan jika saya tidak menemukan tangisan maka saya akan ikut menangis karena kalian berdua sedang menangis.

Rasulullah saw. menjawab: yang di tawarkan oleh sahabatmu kepada saya dengan mengambil dari mereka tebusan (terhadap tawanan perang badar), Dia telah menawarkan kepada saya azab mereka di bawah pohon ini".

kenapa datang ancaman azab? Karena seolah-olah sebagian sahabat dengan pendapat tersebut (menerima tebusan) mereka menginginkan dunia, sehingga Allah swt. Menurunkan firman-Nya, yang artinya:

"Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Kalau sekiranya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Allah, niscaya kamu ditimpa siksaan yang besar karena tebusan yang kamu ambil". (QS.Al Anfaal: 67-68).

Ketetapan yang di maksud adalah firman Allah swt. Yang artinya:

"dan sesudah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan sampai perang berakhir". (QS. Muhammad: 4).

Kemudian Rasulullah saw. menyimpulkan semua hal ini dengan komentarnya yang meliputi segala hal tersebut yaitu setelah permasahan tawanan perang Badar, dan perbedaan pendapat dua sahabat senior mengenai hal itu:

"Sesungguhnya kamu wahai Abu bakar ra. seperti Ibrahim as. Allah swt. Berfirman:

"maka barangsiapa yang mengikutiku, maka sesungguhnya orang itu termasuk golonganku, dan barangsiapa yang mendurhakai aku, maka sesungguhnya Engkau, Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (QS. Ibrahim: 36).

Kamu seperti Isa as. Wahai Abu bakar ra., Allah swt. Berfirman:

"Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Maaidah: 118).

Dan kamu wahai Umar ra. seperti Nuh as. Allah swt. Berfirman:

"Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorangpun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi". (QS. Nuh: 26).

Dan kamu seperti Musa as., Allah swt. Berfirman:

"Ya Tuhan kami, binasakanlah harta benda mereka, dan kunci matilah hati mereka, maka mereka tidak beriman hingga mereka melihat siksaan yang pedih." (QS. Yunus: 88).

Satupun tidak ada yang menyalahkan Ibrahim as. Dan Isa as. Karena keduanya memberikan belas kasihan terhadap orang-orang yang berbuat dosa, begitupun tidak ada yang menyalahkan Nuh as. Dan Musa as. Dengan sikap mereka berdua yang keras terhadap orang-orang yang berbuat dosa atau sikap keduanya yang keras untuk mempertahankan kebenaran.

Oleh karena itu dari kejadian-kejadian yang telah kita paparkan di atas dan masih banyak lagi contoh-contoh kejadian yang lain, hal tersebut menandakan tentang kelembutan dan keramahan watak Abu bakar ra. dan keramahan dan kelembutan tersebut terwariskan dalam hati Abu bakar ra. sikap rendah diri atau tawaadhu'.

Mari kita bersama-sama memperhatikan ketika Abu bakar ra. mempersiapkan pasukan Usamah bin Zaid ra., dalam hal ini beliau mempunyai sikap yang sangat mengagumkan, Usamah bin Zaid ra. umurnya masih di bawah 18 tahun, akan tetapi ia sudah termasuk pasukan dari pasukan-pasukan Abu bakar ra., dan Abu bakar ra. adalah Khalifah Rasulullah saw. yang pertama setelah beliau saw. wafat, sementara umur Abu bakar ra. telah melewati 60 tahun, bersamaan dengan hal tersebut beliau sendiri yang mempersiapkan dan mengatur pasukan yang akan di pimpin oleh Usamah bin Zaid ra., beliau berjalan kaki sementara Usamah ra. sedang menunggangi kudanya, coba anda bayangkan kejadian tersebut Usamah bin Zaid ra. di atas tunggangannya sementara Khalifah Rasulullah saw. Abu bakar ra. berjalan kaki di sampingnya, maka Usamah bin Zaid ra. mengatakan: Wahai Khalifah Rasulullah saw. saya turun, dan anda menunggangi tunggangan ini, maka beliau ra. menjawab: kamu jangan turun dan saya tidak akan menunggangi (kuda itu)saya ingin menyentuhkan kedua kaki saya dengan debu di jalan Allah swt. Sesaat.

Ya Allah! Alangkah indah dan menawan akhlaknya suatu akhlak dari pendidikan yang di perolehnya dari Rasulullah saw., Abu bakar ra. melatih dirinya untuk rendah diri, dan melatih Usamah bin Zaid ra. untuk percaya diri serta melatih seluruh pasukan untuk ta'at kepada komando pasukan yang masih sangat muda tersebut (Usamah ra.).

Kemudian beliau ra. juga melatih seluruh orang mukmin untuk mempunyai tujuan yang baik, niat yang ikhlas dan berpandangan jelas, dan beliau ra. menginginkan supaya Umar bin Khattab ra. tetap bersamanya di Madinah karena Umar ra. pada saat itu termasuk dari pasukan yang di pimpin Usamah ra., sekalipun Abu bakar ra. adalah pemimpin tertinggi untuk seluruh orang mukmin akan tetapi beliau tetap meminta izin kepada Usamah bin Zaid ra. (agar Umar ra. tetap bersamanya di Madinah).

Usamah bin Zaid ra. masih berusia 18 tahun, yaitu anak yang sebaya dengan usia anak SMU sekarang, Abu bakar ra. tidak berpura-pura untuk merendahkan diri atau bersikap tawadhu', akan tetapi hal tersebut adalah sudah menjadi bagian yang tidak terpisah dari kepribadian beliau ra. dan dari Sahabat-sahabatnya, semoga shalawat dan salam serta berkah tetap tercurahkan selalu kepada orang (Rasulullah saw.) yang telah mengajari mereka akhlak yang mulia tersebut dan kemuliaan-kemuliaan perbuatan.

*wallahu a'lam bish Shawaab*


http://rasoulallah.net/v2/document.aspx?lang=indo&doc=1653

Tidak ada komentar:

Posting Komentar