Selasa, 03 Januari 2012

Adab Terhadap Buku




''Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.'' (QS Al-Alaq:1).

Membaca merupakan perintah pertama yang difirmankan Allah SWT lewat surah al-Alaq. Karenanya, Rasulullah SAW mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu hingga akhir hayat. Membaca buku atau kitab merupakan salah satu sarana menuntut ilmu yang efektif.

Sejak dulu, para ilmuwan dan ulama Muslim sangat memuliakan buku atau kitab sebagai sumber ilmu. Mereka menjaga dan merawat buku dengan sebaik-baiknya. Sehingga, peradaban Islam sempat mencapai puncak kejayaannya di era keemasan.

Islam sebagai agama yang universal bahkan mengatur tata cara atau adab terhadap buku. Syekh Abdul Azis bin Fathi as-Sayyid Nada dalam Mausuu’atul Aadaab al-Islamiyyah menjelaskan adab memiliki, merawat, serta menjaga buku sebagai sumber pengetahuan. Berikut ini adab terhadap buku yang perlu diperhatikan setiap Muslim:

Pertama, niat yang ikhlas. Menurut Syekh Sayyid Nada, seorang Muslim wajib mengikhlaskan niatnya ketika membeli buku. Menurut dia, niatkan membeli buku itu untuk mendulang faedah dari buku tersebut untuk diri dan orang lain. Sehingga, kita dapat mengetahui berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun umum dari buku itu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

‘’Dengan begitu, orang tersebut akan mendapat pahala atas uang yang digunakannya untuk membeli buku, atas waktu yang digunakannya untuk membaca, berbagi ilmu dengan orang lain, serta atas kesungguhannya menjaga dan merawat buku itu,’’ papar Syekh Sayyid Nada.

Kedua, memiliki buku bukan untuk kebanggaan dan pamer. Saat memiliki buku, kata Syekh Sayyid Nada, hendaknya diniatkan untuk membaca dan mengambil manfaatnya dan disebarkan kepada orang lain. Membeli, mengoleksi dan menyimban buku hendaknya tidak untuk bertujuan riya atau pamer.

‘’Memiliki buku dengan tujuan pamer atau riya, maka pelakunya akan mendapat dosa,’’ ungkapnya. Bahkan, kata dia, sikap pamer itu akan menghapus amalannya terkait buku-buku tersebut. Niatkan memiliki buku itu untuk mengharap ridha Allah SWT, bukan untuk mendapatkan pujian dan kenikmatan hidup dunia.

Ketiga, mulai dengan membeli buku-buku yang terpenting. Hendaknya hindari membeli buku-buku yang tak berfaedah. Utamakanlah membeli buku yang bermanfaat untuk diri, baik untuk sebuah penelitian, bahan bacaan, maupun yang lainnya. ‘’Adapun buku-buku yang tak dibutuhkan, maka tak perlu dibeli sebab tak memberi faedah baginya. Kecuali jika membeli buku ti untuk itu untuk diberikan kepada orang lain atau untuk orang yang dapat memanfaatkan dan membutuhkannya.’’

Keempat, tak boleh memiliki buku-buku yang diharamkan. Menurut Syekh Sayyid Nada, seorang Muslim hendaknya tak membeli dan memilki buku-buku yang diharamkan atau yang memudharatkan dirinya, seperti buku porno, buku yang membahayakan akidah dan moral serta buku-buku yang tak berguna lainnya.

‘’Sebab Allah SWT akan menghisab diri setiap manusia atas kepemilikan, perhatian serta harta yang dihabiskan untuk membeli buku-buku itu,’’ papar Syekh Sayyid Nada. Namun, kata dia, mereka yang sedang meneliti, menulis dan membahas boleh memiliki buku-buku yang keluar dari akidah Ahlus Sunah, tujuannya membantah pemikiran kelompok-kelompok sesat itu.

Kelima, orang yang menghubungi hendaknya memperkenalkan diri. Sesungguhnya orang yang menghubungi, kata Syekh Sayyid Nada, sama seperti orang yang mengetuk pintu. Setelah itu, hendaknya orang yang menghubungi lewat telepon mengucap salam dan memperkenalkan diri. Sehingga, orang yang menerima panggilan bisa mengenalinya.

Keenam, tak memperpanjang pembicaraan tanpa kepentingan. Ngobrol lewat telepon berlama-lama tanpa kepentingan yang jelas merupakan bentuk pemborosan dan menyia-nyiakan harta. Menurut Syekh Sayyid Nada, perbuatan seperti itu tidak diridhai Allah SWT.

Allah SWT berfirman, ‘’…Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan.’’ (QS. Al-Israa:26-27).

Ketujuh, tak menggunakan telepon terlalu lama tanpa kepentingan. Saat menggunakan telepon umum atau warung telekomunikasi hendaknya memperhatikan orang lain yang juga akan menggunakan fasilitas umum itu. Syekh Sayyid Nada mengungkapkan, sesungguhnya akhlak seorang Muslim itu tidak egois serta tak merugikan orang lain.

Kedelapan,
hendaklah orang yang menghubungi adalah orang yang mengakhiri panggilan. Ketika maksud dan tujuan pembicaraan telah tercapai, Syekh Sayyid Nada menyarankan agar orang yang menghubungi mengakhiri perbincangan. Yakni dengan cara yang baik seperti mengucapkan salam. ‘’Sebab, kedudukan orang yang menghubungi sama seperti orang yang bertamu.’’

Kesembilan
, meletakkan gagang telepon dengan lembut ketika menyudahi pembicaraan.Ketika pembicaraan telah selesai, maka setelah mengucap salam, si penelepon hendaknya meletakan gagang telepon dengan lembut. Meletakan gagang dengan keras bisa mengesankan kepada pihak lain bahwa si penelepon sedang marah.

http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/03/lx7c8s-adab-terhadap-buku-ala-islam-bag-1
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/hikmah/12/01/03/lx7co7-adab-terhadap-buku-ala-islam-bag-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar