Senin, 23 Januari 2012

Entrepreneur Indonesia Masih Rendah



Mayoritas masyarakat kita lebih senang berpikir tentang hal yang menyenangkan tanpa diimbangi dengan kemampuan, lebih senang berpikir hal-hal yang mudah tanpa berpikir bagaimana menghadapi kesulitan. Mereka selalu berpacu dengan hal-hal yang menyenangkan, tetapi lupa bahwa untuk menggapai kebahagiaan dan kesenangan itu perlu kerja keras.

Menurut Ir. Ciputra, masyarakat kita banyak yang melihat namun tidak berpikir, banyak yang berpikir namun tidak mengerti, banyak yang mengerti namun tidak berkesan, banyak yang berkesan namun tidak beraksi, banyak yang beraksi namun tidak entrepreneur, banyak yang ber-entepreneur namun tidak berhasil.

Hal ini disebabkan orang kita kebanyakan selalu melihat hal yang kecil itu sepele. Sehingga mereka beranggapan jika sekolah atau kuliah di kampus yang besar itu akan menjamin sukses, padahal kenyataanya sangat bertolak belakang. Banyak lulusan Universitas, bergelar Sarjana yang sulit mendapatkan pekerjaan, karena tidak memiliki skill atau kemampuan dan tidak memiliki jiwa wirausaha.

Jika dibandingkan dengan beberapa negara maju di dunia (penduduk Singapura yang berwirausaha mencapai 7 persen, China dan Jepang mencapai 10 persen, Amerika Serikat sebesar 11,5-12 persen), jumlah entrepreneur atau wirausahawan di Indonesia masih rendah. Terbukti, dari 231,83 juta jiwa penduduk Kita, baru 4,6 juta saja yang berwirausaha. “Jumlah itu masih sangat rendah atau jika diprosentasekan baru 2 persen dari total jumlah penduduk ” , padahal untuk menjadikan bangsa yang sejahtera dibutuhkan banyak pelaku wirausaha atau entrepreneur.

Walaupun Indonesia diakui sebagai salah satu pasar negara berkembang (emerging market) yang paling potensial di dunia, tetapi masih menghadapi berbagai macam persoalan dalam menyuburkan jumlah pengusaha, kendala di antaranya keterbatasan modal dan akses ke sumber pendanaan dan lembaga keuangan.

Dukungan Pemerintah dalam mendorong tumbuhnya entrepreneur baru sungguh sangat dibutuhkan. Peran dukungan pemerintah dalam melahirkan wirausaha baru adalah menciptakan iklim yang kondusif salah satunya dengan mempermudah akses ke Pembiayaan.

Ini adalah PR pemerintah, untuk mensejahterkan rakyatnya. Dukungan Pemerintah bukan dengan BLT tetapi dengan keahlian, dengan memberikan Pendidikan murah, system pendidikan yang mengarah keprogram kemandirian, bukan system pendidikan yang mengarah kepada politik uang dan politik gelar.

Masyarakat juga harus punya keyakinan, bahwa sesungguhnya seseorang itu tidak ada yang gagal dalam bisnisnya. Mereka yang gagal hanyalah karena dia berhenti mencoba, berhenti berusaha. Seandainya mereka berani mencoba, dan lebih tekun dan ulet, maka pasti yang namanya kegagalan itu tidak akan pernah ada. Artinya, dengan mereka mau bersusah payah dalam berusaha, tentu mereka akan menuai keberhasilan.

Untuk itu, mereka harus berani mencoba. Sebab, tidak satu pun di dunia ini, termasuk di dalam dunia entrepreneur yang dapat mengantikan keberanian mencoba.

Apakah mereka harus punya bakat bisnis?

Jawabannya Tidak, sebab orang berbakat yang tidak berhasil meraih sukses banyak kita jumpai. Bagaimana dengan kejeniusan seseorang? Juga tidak. Sebab kejeniusan yang hanya dipendam saja, itu sama saja dengan omong-kosong. Tergantung pendidikannya juga tidak. Sebab di dunia ini sudah penuh dengan pengangguran yang berijazah sarjana. Dan ternyata, hanya dengan keberanian mencoba dan mencoba itulah yang dapat menentukan kesuksesan bisnis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar