Tentu saja karena banyaknya manfaat
yang bisa diperoleh melalui reuni tersebut, misalnya menjadi ajang
bersosialisasi guna merekatkan tali persahabatan.
Bisa juga menjadi ajang aktualisasi
diri, terutama mereka yang sudah pensiun dari pekerjaan. Hehehe…. Jangan marah
ya bro
Selain itu, bagi beberapa orang, reuni
bisa dijadikan ajang untuk memperbarui citra diri. Tentunya ini berlaku bagi
mereka yang semasa sekolah atau kuliah tidak menonjol atau sering disebut
antara ada dan tiada. Saat kembali berkumpul, mungkin aja dia sudah berhasil
dalam karir atau secara ekonomi sehingga keberadaannya menonjol dalam acara
reuni.
Namun, hal sebaliknya dapat terjadi
pada mereka yang sebelumnya menjadi “bintang” di sekolah atau kampus, setelah
35 tahun tidak menjadi “apa-apa.” Sering kali mereka urung datang pada acara
reuni. Inilah yang menjadi salah satu kendala seseorang untuk menghadiri acara
reuni selain masalah fisik…. InsyaAllah ITB 77 bisa datang semua
Reuni 35 tahun ITB 77 akan selalu
menjadi hal yang menyenangkan. Apapun format acaranya; sekedar kumpul, nginep
bareng di luar kota, sampai acara resmi dengan rundown yang padat, reuni ITB 77
akan selalu menjadi suatu hal yang akan selalu ingin dilakukan.
Memang yang membuat pertemuan menjadi
lebih berwarna, adalah ketika kita mengumpulkan kembali kenangan-kenangan yang
pernah ada untuk kemudian dibagi bersama. Kenangan-kenangan yang lucu, konyol,
sampe yang memalukan, kadang menjadi topik pembicaran yang selalu menghangatkan
suasana.
Dan akhirnya salut untuk Boz Anto,
Katua Hengki, Djasli dkk, dibalik suksesnya acara REUNI nanti, ternyata masih
banyak teman-teman yang pada awalnya memilii kepedulian dan akhirnya membuahkan
ide untuk mengadakan reuni 35 tahun ITB 77. Di tengah kesibukan aktivitas
masing-masing, ternyata teman-teman itu masih memiliki kerinduan yang luar
biasa, dan ingin menyatukannya dalam sebuah acara yang KEREN
Malaikat adalah mahluk langit yang mengabdi semata-mata kepada
Allah swt., bersifat ghaib, diciptakan dari nur (cahaya). Mereka melaksanakan
kewajibannya masing-masing dengan penuh ketaatan, mulai dari mencatat amal
manusia, mencabut nyawa hingga mengelilingi arasy. Islam mengajarkan tidak ada
satu malaikatpun yang dapat menjadi perantara atau mencampuri hubungan manusia
dengan Allah swt.
Jumlah malaikat banyak sekali, tidak dapat
diketahui secara pasti, seperti malaikat yang diturunkan pada bulan Ramadhan
dan malaikat yang hadir pada majelis saat berkumpulnya sekumpulan orang yang
menuntut ilmu, tidak disebutkan jumlahnya.
Dan orang-orang yang bertakwa, mukminin dan
mukminat mendapat sambutan penuh kebahagiaan oleh Malaikat penjaga pintu sorga,
sesuai bunyi surat Az Zummar ayat 73 dan 74:
“Dan digiringlah orng-orang yng
bertakwa kepada TuhanNya ke sorga berbondong-bondong, sehingga apabila mereka
sampai ke sorga itu dan dibukalah pintu-pintunya, dan berkatalah
penjaga-penjaganya kepada mereka: Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu,
berbahagialah kamu, maka masukilah sorga itu dalam keadaan kekal”. “Dan mereka
berkata: ‘Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janjiNya kepada kami, dan
telah mewariskan bumi ini kepada kami, kami menempati sorga dimana saja yng
kami kehendaki. Maka (sorga itulah) sebik-baik balasan orang-orang yang
beramal”.
Allah swt. pasti akan memenuhi janjiNya kepada
hamba-hamba yang beriman dan mentaati perintahNya, maka segala do’a nya akan
dikabulkan, sesuai dengan firmanNya dalam Surat Al Baqarah ayat 186:
“Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka
(katakanlah) bahwasanya Aku adalah dekat. Aku kabulkan permohonan yang mendo’a
apabila dia berdo’a kepadaKu. Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala
perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar mereka selalu dalam
kebenaran”.
Sungguh beruntung hamba-hamba Allah yang selalu berusaha
meningkatkan ketakwaannya dengan menjahui larangan dan memenuhi perintahNya,
senantiasa berikhtiar memelihara dan memperkuat keimanannya. Semuanya demi
kepentingan dan keberuntungan manusia sendiri, bila dia berdo’a dan berdzikir
itu adalah untuk kebaikannya sendiri, bila dia beramal soleh yang membawa
manfaat bagi dirinyaatau orang lain, hakekatnya adalah untuk membawanya pada
kehidupan yang tenang, tenteram serta bahagia di dunia dan balasan
keberuntungan diakhirat kelak.
Malaikat-Malaikat yang memikul ‘Arsy dan Malaikat
yang di sekelilingnya, mereka bertasbih dengan memuji Tuhan mereka dan mereka beriman
kepadaNya, dan mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman (dengan
mengucapkan): “ Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu(Mu) meliputi segala sesuatu, mak
ampunilah orang-orang yang bertaubat dan mengikuti jalanMu dan peliharalah
mereka dari azab neraka yang menyala-nyala ”. (Surat Al Mukmin ayat 7).
“Ya Tuhan kami, masukkanlah mereka ke dalam sorga
‘Adn yang telah Engkau janjikan kepada mereka dan orang-orang yang saleh di
antara bapak-bapak mereka dan isteri-isteri mereka dan keturunan mereka. Sesungguhnya
Engkaulah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”. (Surat Al Mukmin ayat 8).
“Dan peliharalah mereka dari kejahatan-kejahatan,
dan orang yang Engkau pelihara dari kejahatan-kejahatan pada hari itu, maka
sesungguhnya Engkau telah merahmatinya, dan demikian itulah keuntungan yang
besar”. (Surat Al Mukmin ayat 9).
Dalam Islam, makna keberuntungan bukan hanya bersifat duniawi,
tetapi juga ukhrawi. Keberuntungan ukhrawi selalu menjadi prioritas orang
beriman, yang hanya diperoleh dengan cara mengingat Allah sebanyak-banyaknya.
{QS al-Jumu'ah (62):10}.
Sebaliknya, orang yang tak mengingat Allah akan
selalu diganggu setan. Mereka yang tidak mau mengingat Allah, berarti mengikut
hawa nafsunya. Siapa yang mengikut hawa nafsunya, berarti mengikuti
langkah-langkah setan dalam kehidupannya.
Orang-orang yang betul-betul beriman senantiasa
mengingat Allah dalam keadaan apa pun. Kesibukan duniawi tak akan melalaikannya
dari tetap berzikir kepada Allah. (QS an-Nur (24): 37). Mereka juga yakin
sepenuh hati bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan segala amal perbuatan
hambanya serta tak akan menyalahi janji-Nya.
Dengan berzikir, dosa-dosa seorang hamba akan digugurkan oleh
Allah dan akan diberi rahmat oleh-Nya. Salah satu bentuk zikir adalah
beristighfar atau meminta ampun kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat
mencinta hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta ampun kepada-Nya. (QS Nuh (71)
:10-12).
Sesungguhnya orang2 yg beriman itu adalah mereka yg apabila
disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kpd mereka
ayat2t-Nya bertambahlah iman mereka dan kpd Tuhan-lah mereka bertawakal
(Al-Anfaal : 2).
Doa Imam Ali bin Abi Thalib (sa), utk menenteramkan hati yg
sedang duka
Dibaca sesudah shalat Subuh dalam keadaan sujud (di luar
shalat). ‘
Ilahî Qalbî mahjûb wa nafsî ma`yûb Wa `aqlî maghlûb wa hawâî ghâlib Wa thâ`athî qalîl wa ma`shiyatî katsîr Wa lisânî muqirrun/m bidz dzunûb Fakayfa hîlatî? Yâ Sattâral `uyûb wa yâ `Allâmal ghuyûb wa yâ
Kâsyifal kurûb Ighfir dzunûbî kullahâ bihurmati Muhammadin wa âli
Muhammad Yâ Ghaffâr yâ Ghaffâr yâ Ghaffâr birahmatika yâ Arhamar râhimîn
Ilahi, Tuhanku Hatiku penuh hijab (tirai), jiwaku penuh aib Akalku terkalahkan, hawa nafsuku mengalahkan Ketaatanku sedikit, maksiatku banyak Sedangkan lisanku mengakui dosa-dosa, bagaimana
dayaku? Wahai Yang Maha Menutupi segala aib Wahai Yang Maha Mengetahui segala yang ghaib Wahai Yang Menghilangkan segala duka Ampuni semua dosa-dosaku dengan kemuliaan Muhammad dan keluarga Muhammad Ya Ghafar Ya Ghaffar Duhai Yang Maha Pengampun dengan rahmat-Mu wahai Yang Mahakasih dari segala
yang mengasihi
Rasulullah SAW adlh figur manusia yg paling mulia dan sempurna.
Beliau dicintai oleh semua orang. Kenapa demikian ?
Karena tingkah laku dan seluruh anggota tubuhnya seolah menebarkan cahaya. Hatinya tdk pernah ada setitik pun noda keburukan. Lisannya pun tdk pernah mengeluarkan kata2 buruk. Pandangannya tdk pernah mengarah pd keburukan, begitu pula pendengarannya. Pendeknya, seluruh anggota tubuhnya memancarkan cahaya. Tdk hanya itu, bahkan kondisi lingkungan sekitarnya pun ikut benderang karena cahaya beliau.
Betapa bahagianya, bila hati kita bisa mendapatkan cahaya spt itu. Kita ingin sekali agar hati ini memancarkan cahaya, lisan memancarkan cahaya, begitu pula dgn pandangan dan pendengaran.
Rasulullah SAW mengajarkan doa di bawah ini kpd kita utk dibaca ketika hendak menuju masjid. Akan tetapi bisa juga dibaca kapan pun saat ada kesempatan.
Bacaan Doa Mohon Cahaya
“Allaahummaj’al fii qalbii nuuran, wa fii lisaanii nuuran, waj’al fii sam’ii nuuran, waj’al fii basarii nuuran, waj’al min khalfii nuuran, wa min ammamii nuuran, waj’al min fauqii nuuran, wa min tahtii nuuran, allaahumma aatinii nuuran”
“Ya Allah, berikanlah cahaya pd hatiku, cahaya pd lisanku, berikanlah cahaya pd pendengaranku, berikanlah cahaya pd penglihatanku, berikanlah cahaya dari arah belakangku, cahaya dari arah depanku, berikanlah cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku. Ya Allah, berikanlah cahaya padaku. (H.R. Bukhari)”
1.Mulia tidaknya seseorang TDK dilihat
dari tampilan lahiriah nya, melainkan dari performa BATINIAH atau HATI nya.
“Sesungguhnya, Allah tdk melihat rupa dan harta2 kamu, tapi melihat hati dan
perbuatanmu.” (HR Muslim).
Ali bin Abi Thalib RA menceritakan bhw Rasulullah bersabda, ''Tiada satu hati
pun kecuali memiliki awan spt awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya,
karena hati nya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir,
ia pun kembali bersinar.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Hati manusia sesungguhnya bersih atau bersinar, namun kerap tertutupi oleh awan
kemaksiatan hingga sinarnya menjadi tdk tampak. Oleh sebab itu, kita harus
berusaha menghilangkan awan yg menutupi cahaya hati kita.
Bagaimana caranya ?
Pertama, introspeksi diri
Kedua, perbaiki diri atau yg populer disebut taubat.
Ketiga, Menelaah isi Alquran lalu menghayati dan mengamalkannya.
Keempat, menjaga kelangsungan amal saleh.
''Ya Allah, jadikanlah di kpd hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di
pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di
hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan
kepadaku cahaya.'' (HR Muslim).
2.Allah Mahasuci dari
segala sifat yg dapat dijangkau oleh indera manusia, yg dikhayalkan oleh
imajinasi manusia, jauh dari dugaan dan lintasan dalan nurani dan pikiran
manusia. Orang yg disifati dgn sifat ini, hanya akan merindukan bertemu
dengan-Nya dan yg membuatnya bahagia hanya apabila dekat dengan-Nya. Meskipun
Surga dgn segala kebahagiaannya ditawarkan kepadanya, dia tdk akan memalingkan
harapan (aspirasinya) kearah-Nya.
“Dialah Allah Yg Maha Tiada Tuhan selain
Dia, Raja Yg Maha Suci, MahaSejahtera, Yg Maha Memelihara, Yg Maha Perkasa, Yg Maha Kuasa Yg
Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yg mereka persekutukan.”
(QS. Al-Hasyr: 23)
Maha
Suci Allah yg tdk terikat ruang dan waktu. Maha Suci Allah yg tdk terbelenggu
oleh batas dan ukuran. Kesucian-Nya selalu melimpah, luas dan dalam. Siapapun
dari makhluk-Nya yg mengharap kesucian, tak akan pernah kekurangan. Siapapun
dari makhluk-Nya yg mendamba kesucian tak akan pernah kehabisan.
“Senantiasa bertasbih kpd Allah apa yg ada di langit dan apa yg ada di bumi.
Raja, Yg Maha Suci, Yg Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS al-Jumu'ah: 1)
Bacalah
al-Quddus, disaat ramai, dikala sunyi, insya Allah, yg Maha Suci akan mengingat
kita disaat kita ditinggalkan manusia atau ketika kita di keliling manusia.
Jadikan namanya ini, al Quddus menjadi hiasan dzikir lidah dan hati kita. Insya
Allah, Allah Yg Maha Suci akan mencabut pikiran yg membuat kita khawatir. Dia
akan menjaga kita dari kesulitan dan penderitaan yg tanpa sadar telah kita
hasilkan sendiri.
3.Saat
Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, Dia juga
memberikan manualnya melalui kitab suci.
Allah
SWT menciptakan manusia, dan melengkapinya dgn ‘manual book’ juga, yaitu
Al-Qur’an.
Berbagai
aturan Allah SWT telah dibuat dan direvisi hingga versi Rasul terakhir. Aturan
utk kita jadikan pedoman hidup di dunia, agar sesuai dgn tujuan penciptaan
manusia.
Namun sayang sebagian kita banyak yg tdk membaca dan mengamalkan apa yg ada di
kitab suci. Apa yg tejadi ? Kerusakan baik alam maupun mental, korupsi,
ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kedengkian dan saling menjatuhkan
merajalela di dunia.
Kitab suci seolah-olah hanya utk acara kerohanian, pernikahan, kematian dan utk
pelengkap sumpah para pejabat. Kitab suci seolah tak boleh terlibat aktif kpd
urusan bisnis, karir, politik dan kegiatan dunia lainnya. Padahal disana banyak
panduan dan pedoman yg bisa digunakan utk semua aspek kehidupan.
Kitab suci tempatnya seharusnya bukan di almari. Kitab suci seharusnya
tempatnya di pikiran dan hati kita. Ia harus selalu kita bawa kemanapun pergi.
Sebagai manual kehidupan seharusnya kita mempelajari dan kemudian
menjalankannya kpd kehidupan nyata. Dgn cara ini kehidupan kita akan tertata.
Pikiran kita terarah, hati tdk gundah, harga diri kitapun terjaga.
Saatnya merenung… Bila Anda sering resah dan gelisah, bingung menentukan arah
kehidupan. Bila hati Anda terasa hampa dan gersang mungkin itu karena Anda tak
pernah tuntas membaca dan memahami manual kehidupan Anda.
Percayalah kpd Sang Maha Tahu, karena Dialah yg menciptakan kita. Dia tak
mungkin menciptakan manual yg menjerumuskan kita. Ayo segera baca dan pahami
kitab sucimu. Saat ini, kitab sucimu merindukan sentuhan tanganmu. Ia juga
merindukan suaramu melantunkan ayat-ayat dari Sang Maha Pencipta.
4.Tekad dan
Kesungguhan, akan memberikan kpd kita sebuah hasil yg luar biasa menakjubkan
spt yg diungkapkan kpd pepatah arab MAN JADDA WAJADA barangsiapa yg
bersungguh-sungguh maka dia akan akan mendapatkannya. Dgn kesungguhan, spt yg
Allah firmankan :
“Sungguh Allah, tdk akan mengubah keadaan
suatu kaum tanpa adanya kesungguhan dari kaum tsb utk mengubah keadaannya
sendiri”
(QS
Ar Rad : 11 ).
Dgn
kesungguhan kita mampu mengerjakan banyak hal yg bisa kita jangkau. Kita
terkenal dgn kemampuan kita utk berbuat sesuatu yg baik. Kita bayangkan apa yg
akan terjadi seandainya kita tdk mampu berbuat sesuatu tanpa maksud apa pun. Yg
kita kerjakan adlh mendidik diri kita utk mampu mengerjakan hal-hal lain di
luar jangkauan kita.
Kesungguhan
kita kpd bekerja dan berusaha telah menjadikan kita mampu meraih hal-hal lain
yg bisa kita jangkau. Kita sanggup utk berbuat sesuatu yg melebihi kemampuan
kita. Yg kita butuhkan adlh tanggung jawab utk membangun bangunan jiwa yg utuh
dan tumbuh dgn baik. Kita membutuhkan keberanian utk melangkah lebih maju. Yg
kita tuntut adlh pengalaman jiwa yg utuh dan berkembang.
Dgn
kesungguhan kita bisa terhindar dari kegagalkan. Dgn kesungguhan kita harapkan
banyak harapan utk berhasil membuat perubahan atas pekerjaan yg kita lakukan.
Yg terpenting utk dikerjakan adlh mampu membawa perubahan demi perubahan. Yg
penting ammpu mengarahkan jalan petunjuk manakah yg semestinya ditempuh.
5.Kala
bencana tiba, tak ada yg dapat dipertahankan. Rumah mewah, harta benda, emas
dan permata, anak dan isteri, atau apa pun, tanpa kecuali, harus diikhlaskan!
Hasil keringat dan jeripayah berpuluh tahun berubah menjadi abu kpd sekejap
mata.
Menangis, menjerit, tak berguna. Walaupun tak relah harus direlahkan. Tak
ikhlas harus diikhlaskan. Sesakit apapun harus diterima.
Apa yg mau kita sombongkan? Adakah harta abadi? Adakah kemilikan sejati?
Jangankan harta benda, jiwa kita saja tak ada jaminan! Jangankan anak isteri,
keselamatan sendiri saja tak mampu kita jaga.
Kala menyaksikan bencana melanda saudara kita, tersentak perih sanubari yg
tertidur lelap selama ini. Kita dipaksa utk menyadari sebuah kebenaran:
Bhw sungguh lemah dan tak berdaya kita manusia.
Tak ada kuasa dan kekuatan apapun dari kita yg mampu menghadang kekuatan alam
yg maha dasyat. Kita hanya bisa pasrah atau terpuruk kpd ketakutan dan keputus
asaan.
Keringat dan air mata, jeritan dan tangisan, lenyap ditelan gemuruh dan
gelegarnya amukan alam.
Pergulatan dan pegumulan sia-sia, hilang tak berbekas bagai debu yg melayg
diterpa angin badai!
Apa yg mau kita sombongkan dgn hidup yg lemah dan rapuh ini?
Kesombongan tdk membuat kita menjadi kuat, malah membuat kita yg rapuh menjadi
semakin rapuh dan lemah
6.Seorang lelaki bertanya
kpd Albarra’ bin Azib ra ,
“ Apakah wajah Rasul saw spt pedang ? ”
(bukankah beliau banyak berperang, apakah wajahnya bengis bak
penguasa kejam?),
maka menjawablah Albarra’ bin Azib ra :
“Tidak.. tapi bahkan wajah beliau bagai Bulan Purnama..”,
Dari Abi Jahiifah ra :
“Para sahabat berebutan mengambil telapak tangan beliau dan
mengusapkannya di wajah mereka, ketika kutaruh telapak tangan beliau saw
diwajahku ternyata telapak tangan beliau saw lebih sejuk dari es dan lebih
wangi dari misik” (Shahih Bukhari hadits no.3360)
Berkata Anas ra :
“Tak kutemukan sutra atau kain apapun yg lebih lembut dari
telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yg lebih wangi dari
keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368).
Shalat merupakan Ibadah yg paling dicintai oleh beliau saw, dan
“Shalat adlh Cahaya”, demikian sabda beliau saw pula mengenalkan Indahnya
shalat, suatu ibadah yg diawali dgn Takbiratul Ihram yg membuka gerbang
penghadapan dgn Rabbul ‘alamin, lalu lantunan kalimat-kalimat surat Alfatihah yg
bila dibaca dgn khusyu maka setiap kalimat itu dijawab oleh Raja Alam Semesta,
lalu lantunan kalimatullah itu menerangi seluruh alam sanubarinya, meruntuhkan
dosa-dosanya, lalu ia ruku’, bertasbih kpd Nya, bertakbir, bertahmid, lalu
bersujud dibawah Naungan Kelembutan dan Kasih Sayg Nya, alangkah indahnya
ibadah yg satu ini, suatu ibadah yg terangkai dari hampir seluruh bentuk
Ibadah, Wudhu, Niat Mulia, Doa, Alqur’an, Takbir, Tasbih, Tahmid, Tahlil,
Istighfar, Ruku’, Sujud, khusyu, Tuma’ninah….., itulah shalat.., Ibadah yg
paling sempurna.
“SUNGGUH ALLAH DAN PARA MALAIKAT
MELIMPAHKAN SHALAWAT ATAS NABI SAW. WAHAI ORANG2 YG BERIMAN, BERSHALAWATLAH
KALIAN KEPADANYA DAN BERSALAMLAH DGN SEMULIA-MULIA SALAM”(QS Al Ahzab-56)
7.Rasulullah SAW adlh figur manusia yg paling mulia
dan sempurna.
Beliau dicintai oleh semua orang. Kenapa demikian? Karena tingkah laku dan
seluruh anggota tubuhnya seolah menebarkan cahaya. Kpd hatinya tdk pernah ada
setitik pun noda keburukan. Lisannya pun tdk pernah mengeluarkan kata-kata
buruk. Hanya mutiara dan cahaya yg keluar dari lisannya. Pandangannya tdk
pernah mengarah pd keburukan, begitu pula pendengarannya. Pendeknya, seluruh
anggota tubuhnya memancarkan cahaya. Tdk hanya itu, bahkan kondisi lingkungan
sekitarnya pun ikut benderang karena cahaya beliau.
Betapa bahagia hati ini bila kita bisa mendapatkan cahaya spt itu. Kita ingin
sekali agar hati ini memancarkan cahaya, lisan memancarkan cahaya, begitu pula
dgn pandangan dan pendengaran. Dari arah depan, belakang, atas, bawah,
seluruhnya memancarkan cahaya. Utk maksud tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan
doa di bawah ini kpd kita. Dianjurkan agar doa ini dibaca ketika hendak menuju
masjid. Akan tetapi bisa juga dibaca kapan pun saat ada kesempatan.
Bacaan Doa Mohon Cahaya
“Allaahummaj’al fii qalbii nuuran,
wa fii lisaanii nuuran, waj’al fii sam’ii nuuran, waj’al fii basarii nuuran,
waj’al min khalfii nuuran, wa min ammamii nuuran, waj’al min fauqii nuuran, wa
min tahtii nuuran, allaahumma aatinii nuuran”
“Ya Allah, berikanlah cahaya pd
hatiku, cahaya pd lisanku, berikanlah cahaya pd pendengaranku, berikanlah
cahaya pd penglihatanku, berikanlah cahaya dari arah belakangku, cahaya dari
arah depanku, berikanlah cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku. Ya Allah,
berikanlah cahaya padaku. (H.R. Bukhari)”
8.Utk meraih hidayah
Allah, setiap Muslim harus memiliki naluri spiritual, menggunakan akal dan
pancaindera, yg sesuai dgn ajaran Islam. Tiga hal tsb akan lebih lengkap jika
kita kembali pd Alquran, hadis Nabi SAW, dan memakmurkan masjid.
Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adlh dgn memakmurkan masjid. Bukan
sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yg
terpancar dari masjid.
"Hanya yg memakmurkan masjid2 Allah ialah orang2 yg beriman kpd Allah dan
hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tdk takut
(kpd siapa pun) selain kpd Allah, maka merekalah orang2 yg diharapkan termasuk
golongan orang2 yg mendapat petunjuk." (QS At-Taubah [9]: 18).
Masjid
adlh pancaran Nur Ilahi. Allah adlh sumber dan pemberi cahaya.
Kalau
kita ingin pengetahuan, ingin hidayah, maka gunakan naluri kita, gunakan
pancaindera dan akal kita. Akal saja tdk cukup, dia memerlukan minyak utk
menyalakan api itu. Kalau minyaknya kotor, akan lahir asap yg memburamkan
cahaya. Dan minyak yg bersih akan melahirkan cahaya yg bersih pula.
Peliharalah
cahaya itu agar senantiasa bersinar dan menerangi hati kita. Gunakanlah hati,
pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tdk padam. Dan dari
masjid kiranya hal tsb bisa kita dapatkan. Sebab, orang yg memakmurkan masjid,
berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yg berada di jalan cahaya
Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan
limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid.
9.Seorang guru pernah
mengajukan pertanyaan ringan kpd murid-muridnya, sang guru bertanya “Apa yg
akan kalian lakukan jika seandainya hendak mengunjungi rumah tetangga namun ada
Anjing penjaga yg galak dan hobi menggigit ?”.
Banyak
jawaban yg muncul dari pertanyaan tersebut. Seseorang bisa saja tetap nekat
masuk dgn resiko digigit, ataupun mengurungkan niatnya utk mengunjungi
tetangganya itu. Lalu bagaimana dgn jawaban sang guru? Beliau mengatakan bhw
cara terbaik adlh dgn meminta bantuan kpd si pemilik anjing tersebut. Seekor
anjing penjaga seberapapun galaknya tetap akan menuruti perintah pemiliknya.
Lalu adakah hubungan antara analogi anjing penjaga di atas dgn hati manusia?
Jawabannya
tentu saja ada. Pertanyaan yg harus kita renungkan sebelumnya adalah, kpd siapa
kita meminta pertolongan ketika hati kita mulai kehilangan cahayanya? Tentu
saja kpd Sang Pemilik Hati Manusia yg mampu membolak-balikan hati makhluk
ciptaanNya. Allah yg mampu menerangi hati dari kekelamannya, memberikan cahaya
utk keluar dari kegelapan hati. Karena itu, jika cahaya hati kpd dirimu terasa
mulai padam maka minta lah kpd Sang Pemilik Hati utk menyalakan kembali cahaya
hati tersebut.
“Allah (pemberi) cahaya (kepada)
langit dan bumi. Permumpamaan cahaya-Nya, spt sebuah lubang yg tdk tembus yg di
dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di kpd tabung kaca, (dan) tabung kaca itu
bagaikan bintang yg berkilauan, yg dinyalakan dgn minyak dari pohon yg diberkahi,
(yaitu) pohon zaitun yg tumbuh tdk di timur dan tdk pula di barat, yg minyaknya
saja hampir-hampir menerangi, walaupun tdk di sentuh api. Cahaya di atas
cahaya, Allah memberi petunjuk kpd cahaya-Nya bagi orang yg dia kehendaki, dan
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu.” (QS.An-Nur: 35)
Apapun yang terjadi, hidup harus kita lanjutkan. Karena berhenti berjuang di tengah jalan sama dengan mundur yang artinya kalah sebelum bertarung. Meski masalah menumpuk, cobaan menanti, kita tak boleh menyerah. Kita harus senantiasa menghiasi hari dengan penuh semangat, semangat para mukminin untuk menyambut janji suci dari Sang Maha Suci, Allah Subhanahu wa Ta’alaa. Semangat hidup, harus kita kobarkan, selamanya. Karena hidup, tak mengenal siaran tunda.
Perlahan namun pasti, waktu berlalu dengan setiap kesannya. Ia berlalu begitu cepat, tanpa terasa. Ia menipu siapa saja yang tak pernah memperhatikannya. Benarlah apa yang difirmankanNya. “ Demi Masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian.” ( Al Ashr: 1-2 ). Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa semua manusia berada dalam kerugian. Rugi dalam berbagai batasnya, rugi dalam berbagai bentuknya.
Ada yang rugi karena bisnisnya bangkrut. Ada yang rugi karena ditinggal pasangan hidupnya. Adapula yang rugi karena kehilangan kesempatan berbuat kebaikan. Ada juga yang merugi lantaran melewatkan kesempatan emas untuk memberikan yang terbaik bagi teman hidupnya. Singkatnya,“Mereka yang hari ini sama dengan hari kemarin,” sebagaimana sabda Nabi, “Adalah orang yang merugi.”
Adalah tidak adil jika Allah hanya menciptakan rugi tanpa pasangan. Karena sunnahNya berlaku dalam setiap kondisi. Ada benar, pastinya ada salah. Ada laki-laki, pastinya ada wanita. Begitupun seterusnya. Maka, ada rugi pastinya ada pula untung. Lalu , siapakah yang beruntung?
“Kecuali orang yang beriman, dan beramal shalih, saling nasihat menasihati dalam kebenaran, dan saling nasihat menasihati dalam kesabaran.” (Al Ashr: 3). Ya. Empat hal itulah yang akan membuat kita beruntung. Empat hal inilah yang merupakan konsep keberuntungan dalam Al Qur’an. Ia adalahmanhaj yang sangat jelas. Sebuah panduan yang tidak mungkin keliru. Mereka yang beriman, beramal shalih, saling meningatkan dalam kebenaran dan kesabaran, adalah mereka yang beruntung. Selainnya? “MERUGI!”
Pertama, iman.
Iman adalah yakin. Yakin yang berlanjut dengan koma, bukan titik. Maka, iman adalah meyakini yang diringi dengan amal. Iman yang tak berujung pada amal, adalah bohong. Ia palsu dan tak bermakna. Masih jelas dalam ingatan kita, betapa berimannya para penentang dakwah Rasulullah. Sebut saja Abu Jahal, Abu Lahab, juga Paman Sang Nabi, Abu Thalib. Mereka beriman akan kebenaran risalah Nabi. Bahkan Abu Jahal dan Abu Lahab, pernah dipergoki mendengarkan bacaan Al Qur’an Rasulullah secara sembunyi-sembunyi. Hati mereka menerima kebenaran asasi itu. Sayangnya, mereka tak beramal. Iman mereka berujung pada titik, padahal seharusnya koma. Kitapun mendapati ending-nya, keduanya termasuk yang diganjar dengan siksa. Mereka gagal mengamalkan apa yang diimaninya. Na’udzubillah.
Lain Abu Lahab dan Abu Jahal, lain pula Abu Thalib. Bapak dari khalifah keempat dalam Islam ini gagal pula mengejawantahkan iman. Ia gengsi dengan para pemuka Quraisy lainnya. Ia memilih untuk menuruti gengsinya daripada menuruti apa kata hatinya. Dengan tidak mengurangi rasa hormat sedikitpun atas jasa beliau dalam membantu dakwah Rasulullah, kita patut bersedih dan menyesal sedalam-dalamnya, karena sampai akhir hayatnya, Abu Thalib keukeuh dalam kekafirannya. Sekali lagi, ia gagal mengamalkan apa yang di-imaninya.
Kedua, amal shalih.
Amal shalih adalah buah ranum dari tumbuhan bernama iman. Amal shalih yang tak dilandasi dengan iman adalah palsu. Ia bagai fatamorgana di tengah Sahara. Dikira ada, padahal tiada. Ingat dengan Thomas Alfa Edison? Ia adalah penemu bola lampu pijar. Karena penemuannya itu, dunia berhasil berada dalam terang. Temuannya menyinari segenap penjuru dunia. Karena kegigihannya, Ia berhasil menyalakan lampu dalam percobaannya yang ke-1000. Sebuah karya yang monumental. Layak dicatat sejarah sebagai tinta emas. Lantas, apa mau dikata? Penemunya adalah orang kafir. Ia berhasil membuktikan kebenaran ilmu pengetahuan, namun gagal meyakini suatu hal yang asasi. Ia gagal meyakini adanya penciptanya sendiri. Maka, ia berakhir dalam kekafiran. Dengan tidak mengurangi jasa besarnya, mari mengambil pelajaran, bahwa amal akan sia-sia jika pelakunya tidak beriman akan ke-Esaan Allah. Semoga Allah membungkus kita dengan tauhid yang bersih, sampai ajal menjumpai, “Dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan berislam.” Insya Allah. Amin.
Ketiga, saling nasihat menasihati dalam kebenaran.
Ini adalah tangga ketiga. Ia berlaku secara kesinambungan. Ia berdiri atas benarnya iman dan amal shalih. Karena iman dan amal yang benar, pastilah melahirkan sebuah kesadaran: mengajak orang lain untuk menapaki jalan yang sama.
Teringat dalam benak penulis, sebuah perkataan dari sahabat diskusi. Katanya suatu ketika, “ Surga itu luas. Jangan memasukinya sendirian. Ajaklah orang sekitar untuk bersama masuk ke dalamnya.” Sebuah pesan bijak yang maknanya adalah peduli. Kepedulian kita terhadap sekitar. Bahwa shalih bukanlah sendiri. Bahwa baik bukanlah egois. Baik, shalih adalah berjama’ah. Ia harus terus digalakkan hingga kemenangan Islam benar-benar mengejawantah. Hingga kebenaran hakiki benar-benar membumi, termanifestasi dalam kehidupan sehari-hari. Maka, ketika ada yang enjoydengan keshalihan diri sementara tidak pernah peduli dengan sekitar, keshalihannya perlu dipertanyakan. Boleh jadi, setan telah mengiming-iminginya dengan kebahagiaan semu. Kita berlindung kepada Allah dari sikap demikian.
Keempat, saling menasihati dalam kesabaran.
Sabar maknanya tahan uji, pantang menyerah. Sabar bukan hanya pasif. Ia juga bermakna aktif dan terus bergerak. Ia adalah sebuah sikap yang tidak puas dengan realita. Sabar adalah bertahan untuk terus menjadi baik. Agar ia tidak terjerumus dalam lubang keburukan.
Sabar bukanlah hal yang mudah. Apalagi bersabar untuk tetap beriman, bersabar untuk tetap beramal shalih dan bersabar untuk tetap berdakwah. Ia lebih sulit dari sekedar meraih. Karena setelah berada di puncak, angin akan semakin kencang. Kesadaran yang awalnya penuh pun, bisa berkurang. Karena setan memang tidak pernah diam ketika kita berada dalam kebenaran. Setan akan tetap menggoda hinga kita mengikuti mereka. Ia akan terus mencari cela untuk memasuki diri dan kemudian menjatuhkan kita ke dalam lubang kebinasaan terendah. Oleh karena itu, ketika sudah memasuki tahap ini, kita perlu semakin menghinakan diri kepada Allah. Meminta pertolongan padaNya. Karena bagaimanapun, Dialah yang menguasai segalanya. Harap Kita, semoga Dia menjaga kita dalam keistiqamahan, hingga ajal menjelang. Semoga Allah senantiasa membimbing Kita untuk terus menapaki jalan kebenaran ini. Amin.
Terakhir, kita bersepakat untuk saling berpelukan dalam keimanan. Kita bersepakat untuk saling bergandengan tangan dalam ketaqwaan. Kitapun bersepakat untuk saling menuntun dalam jalan kebenaran.
Kitapun bersepakat untuk berlari bersama, menuju Allah. Siapa saja yang lebih dulu sampai, dialah yang terbaik. Karena jalan ini, tidak mengenal toleransi dalam kebenaran. Kebenaran haruslah diperlombakan. Kebenaran, haruslah didahulukan, meski terhadap saudara sendiri. Dan kita, bersepakat untuk berlomba dalam kebaikan. Berlomba dalam menggapai surga. Yang sampai lebih dulu, tuntun saudaranya untuk menapaki jalan yang sama. Jika di tengah jalan kalian kehilangan satu diantara kami, maka carilah! Karena bisa jadi ada yang salah arah. Lalu, ingatkan dan tuntun Ia untuk kembali ke jalan yang benar, jalannya orang-orang yang beriman, bukan jalannya orang yang dimurkai (Yahudi) atau jalannya orang yang sesat (Nasrani) …
Semoga Allah membimbing kita untuk mendapatkan kemenangan yang hakiki …
Makna ‘Cinta Sejati’ terus dicari dan digali. Manusia dari zaman
ke zaman seakan tidak pernah bosan membicarakannya. Sebenarnya? apa itu ‘Cinta
Sejati’ dan bagaimana pandangan Islam terhadapnya?
Alhamdulillah, sholawat dan salam semoga terlimpahkan kepada
nabi Muhammad, keluarga dan sahabatnya.
Masyarakat
di belahan bumi manapun saat ini sedang diusik oleh mitos ‘Cinta Sejati‘, dan
dibuai oleh impian ‘Cinta Suci’. Karenanya, rame-rame, mereka mempersiapkan diri untuk
merayakan hari cinta “Valentine’s Day”.
Pada
kesempatan ini, saya tidak ingin mengajak saudara menelusuri sejarah dan
kronologi adanya peringatan ini. Dan tidak juga ingin membicarakan hukum mengikuti
perayaan hari ini. Karena saya yakin, anda telah banyak mendengar dan membaca
tentang itu semua. Hanya saja, saya ingin mengajak saudara untuk sedikit
menyelami: apa itu cinta? Adakah cinta sejati dan cinta suci? Dan cinta model
apa yang selama ini menghiasi hati anda?
Seorang peneliti dari Researchers at National Autonomous
University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan.
Menurutnya: Sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya
karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang
mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada
seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun,
cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Menurutnya, rasa tergila-gila muncul pada awal jatuh cinta
disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak,
berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang
membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi
seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika
kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
Wah, gimana tuh nasib cinta yang selama ini anda dambakan dari
pasangan anda? Dan bagaimana nasib cinta anda kepada pasangan anda?
Jangan-jangan sudah lenyap dan terkubur jauh-jauh hari.
Anda ingin sengsara karena tidak lagi merasakan indahnya cinta
pasangan anda dan tidak lagi menikmati lembutnya buaian cinta kepadanya?
Ataukah anda ingin tetap merasakan betapa indahnya cinta pasangan anda dan juga
betapa bahagianya mencintai pasangan anda?
Saudaraku, bila anda mencintai pasangan anda karena kecantikan
atau ketampanannya, maka saat ini saya yakin anggapan bahwa ia adalah orang
tercantik dan tertampan, telah luntur.
Bila dahulu rasa cinta anda kepadanya tumbuh karena ia adalah
orang yang kaya, maka saya yakin saat ini, kekayaannya tidak lagi spektakuler
di mata anda.
Bila rasa cinta anda bersemi karena ia adalah orang yang
berkedudukan tinggi dan terpandang di masyarakat, maka saat ini kedudukan itu
tidak lagi berkilau secerah yang dahulu menyilaukan pandangan anda.
Saudaraku! bila anda terlanjur terbelenggu cinta kepada seseorang,
padahal ia bukan suami atau istri anda, ada baiknya bila anda menguji kadar
cinta anda. Kenalilah sejauh mana kesucian dan ketulusan cinta anda kepadanya.
Coba anda duduk sejenak, membayangkan kekasih anda dalam keadaan ompong peyot,
pakaiannya compang-camping sedang duduk di rumah gubuk yang reot. Akankah rasa
cinta anda masih menggemuruh sedahsyat yang anda rasakan saat ini?
Para ulama’
sejarah mengisahkan, pada suatu hari Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu ‘anhu bepergian
ke Syam untuk berniaga. Di tengah jalan, ia melihat seorang wanita berbadan
semampai, cantik nan rupawan bernama Laila bintu Al Judi. Tanpa diduga dan
dikira, panah asmara Laila melesat dan menghujam hati Abdurrahman bin Abi Bakarradhiallahu ‘anhu. Maka sejak
hari itu, Abdurrahman radhiallahu
‘anhu mabok kepayang karenanya, tak kuasa menahan badai asmara
kepada Laila bintu Al Judi. Sehingga Abdurrahman radhiallahu ‘anhu sering
kali merangkaikan bair-bait syair, untuk mengungkapkan jeritan hatinya.
Berikut di
antara bait-bait syair yang pernah ia rangkai:
Aku
senantiasa teringat Laila yang berada di seberang negeri Samawah Duhai, apa urusan Laila bintu Al
Judi dengan diriku? Hatiku senantiasa diselimuti oleh
bayang-bayang sang wanita Paras wajahnya slalu membayangi
mataku dan menghuni batinku. Duhai, kapankah aku dapat
berjumpa dengannya, Semoga bersama kafilah haji, ia
datang dan akupun bertemu.
Karena
begitu sering ia menyebut nama Laila, sampai-sampai Khalifah Umar bin Al
Khattabradhiallahu ‘anhu merasa
iba kepadanya. Sehingga tatkala beliau mengutus pasukan perang untuk
menundukkan negeri Syam, ia berpesan kepada panglima perangnya: bila Laila
bintu Al Judi termasuk salah satu tawanan perangmu (sehingga menjadi budak),
maka berikanlah kepada Abdurrahman radhiallahu
‘anhu.
Dan subhanallah, taqdir Allah
setelah kaum muslimin berhasil menguasai negeri Syam, didapatkan Laila termasuk
salah satu tawanan perang. Maka impian Abdurrahmanpun segera terwujud. Mematuhi
pesan Khalifah Umar radhiallahu
‘anhu, maka Laila yang telah menjadi tawanan perangpun segera
diberikan kepada Abdurrahman radhiallahu
‘anhu.
Anda bisa
bayangkan, betapa girangnya Abdurrahman, pucuk cinta ulam tiba, impiannya
benar-benar kesampaian. Begitu cintanya Abdurrahman radhiallahu ‘anhu kepada
Laila, sampai-sampai ia melupakan istri-istrinya yang lain. Merasa tidak
mendapatkan perlakuan yang sewajarnya, maka istri-istrinya yang lainpun
mengadukan perilaku Abdurrahman kepada ‘Aisyah istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang
merupakan saudari kandungnya.
Akan tetapi
tidak begitu lama Laila mengobati asmara Abdurrahman, ia ditimpa penyakit yang
menyebabkan bibirnya “memble” (jatuh, sehingga giginya selalu nampak). Sejak
itulah, cinta Abdurrahman luntur dan bahkan sirna. Bila dahulu ia sampai
melupakan istri-istrinya yang lain, maka sekarang iapun bersikap ekstrim.
Abdurrahman tidak lagi sudi memandang Laila dan selalu bersikap kasar
kepadanya.
Tak kuasa
menerima perlakuan ini, Lailapun mengadukan sikap suaminya ini kepada
‘Aisyah radhiallahu
‘anha. Mendapat pengaduan Laila ini, maka ‘Aisyahpun segera
menegur saudaranya dengan berkata:
“Wahai Abdurrahman, dahulu engkau mencintai
Laila dan berlebihan dalam mencintainya. Sekarang engkau membencinya dan
berlebihan dalam membencinya. Sekarang, hendaknya engkau pilih: Engkau berlaku
adil kepadanya atau engkau mengembalikannya kepada keluarganya. Karena
didesak oleh saudarinya demikian, maka akhirnya Abdurrahmanpun memulangkan
Laila kepada keluarganya. (Tarikh
Damaskus oleh Ibnu ‘Asakir 35/34 & Tahzibul Kamal oleh Al
Mizzi 16/559)
Bagaimana
saudaraku! Anda ingin merasakan betapa pahitnya nasib yang dialami oleh Laila
bintu Al Judi? Ataukah anda mengimpikan nasib serupa dengan yang dialami oleh
Abdurrahman bin Abi Bakar radhiallahu
‘anhu?(1)
Tidak heran
bila nenek moyang anda telah mewanti-wanti anda agar senantiasa waspada dari
kenyataan ini. Mereka mengungkapkan fakta ini dalam ungkapan yang cukup unik:Rumput tetangga terlihat lebih hijau
dibanding rumput sendiri.
Anda penasaran ingin tahu, mengapa kenyataan ini bisa terjadi?
Temukan
rahasianya pada sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam berikut ini:
“Wanita itu adalah aurat (harus ditutupi),
bila ia ia keluar dari rumahnya, maka setan akan mengesankannya begitu cantik
(di mata lelaki yang bukan mahramnya).” (Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Orang-orang Arab mengungkapkan fenomena ini dengan berkata:
Setiap yang
terlarang itu menarik (memikat).
Dahulu,
tatkala hubungan antara anda dengannya terlarang dalam agama, maka setan
berusaha sekuat tenaga untuk mengaburkan pandangan dan akal sehat anda,
sehingga anda hanyut oleh badai asmara. Karena anda hanyut dalam badai asmara
haram, maka mata anda menjadi buta dan telinga anda menjadi tuli, sehingga
andapun bersemboyan:Cinta itu
buta. Dalam pepatah arab dinyatakan:
Cintamu
kepada sesuatu, menjadikanmu buta dan tuli.
Akan tetapi setelah hubungan antara anda berdua telah halal,
maka spontan setan menyibak tabirnya, dan berbalik arah. Setan tidak lagi
membentangkan tabir di mata anda, setan malah berusaha membendung badai asmara
yang telah menggelora dalam jiwa anda. Saat itulah, anda mulai menemukan jati
diri pasangan anda seperti apa adanya. Saat itu anda mulai menyadari bahwa
hubungan dengan pasangan anda tidak hanya sebatas urusan paras wajah, kedudukan
sosial, harta benda. Anda mulai menyadari bahwa hubungan suami-istri ternyata
lebih luas dari sekedar paras wajah atau kedudukan dan harta kekayaan. Terlebih
lagi, setan telah berbalik arah, dan berusaha sekuat tenaga untuk memisahkan
antara anda berdua dengan perceraian:
“Maka mereka mempelajari dari Harut dan Marut
(nama dua setan) itu apa yang dengannya mereka dapat menceraikan (memisahkan)
antara seorang (suami) dari istrinya.” (Qs. Al Baqarah: 102)
Mungkin anda bertanya, lalu bagaimana saya harus bersikap?
Bersikaplah sewajarnya dan senantiasa gunakan nalar sehat dan
hati nurani anda. Dengan demikian, tabir asmara tidak menjadikan pandangan anda
kabur dan anda tidak mudah hanyut oleh bualan dusta dan janji-janji palsu.
Mungkin anda kembali bertanya: Bila demikian adanya, siapakah
yang sebenarnya layak untuk mendapatkan cinta suci saya? Kepada siapakah saya
harus menambatkan tali cinta saya?
Simaklah
jawabannya dari Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
“Biasanya,
seorang wanita itu dinikahi karena empat alasan: karena harta kekayaannya,
kedudukannya, kecantikannya dan karena agamanya. Hendaknya engkau menikahi
wanita yang taat beragama, niscaya engkau akan bahagia dan beruntung.” (Muttafaqun
‘alaih)
Dan pada hadits lain beliau bersabda:
“Bila ada
seorang yang agama dan akhlaqnya telah engkau sukai, datang kepadamu melamar,
maka terimalah lamarannya. Bila tidak, niscaya akan terjadi kekacauan dan
kerusakan besar di muka bumi.” (Riwayat At Tirmizy dan
lainnya)
Cinta yang tumbuh karena iman, amal sholeh, dan akhlaq yang
mulia, akan senantiasa bersemi. Tidak akan lekang karena sinar matahari, dan
tidak pula luntur karena hujan, dan tidak akan putus walaupun ajal telah
menjemput.
“Orang-orang yang (semasa di dunia) saling
mencintai pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain
kecuali orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Az Zukhruf: 67)
Saudaraku!
Cintailah kekasihmu karena iman, amal sholeh serta akhlaqnya, agar cintamu
abadi. Tidakkah anda mendambakan cinta yang
senantiasa menghiasi dirimu walaupun anda telah masuk ke dalam alam kubur dan
kelak dibangkitkan di hari kiamat? Tidakkah anda mengharapkan agar kekasihmu
senantiasa setia dan mencintaimu walaupun engkau telah tua renta dan bahkan
telah menghuni liang lahat?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Tiga hal, bila ketiganya ada pada diri
seseorang, niscaya ia merasakan betapa manisnya iman: Bila Allah dan Rasul-Nya
lebih ia cintai dibanding selain dari keduanya, ia mencintai seseorang,
tidaklah ia mencintainya kecuali karena Allah, dan ia benci untuk kembali
kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya, bagaikan kebenciannya
bila hendak diceburkan ke dalam kobaran api.” (Muttafaqun
‘alaih)
Saudaraku! hanya cinta yang bersemi karena iman dan akhlaq yang
mulialah yang suci dan sejati. Cinta ini akan abadi, tak lekang diterpa angin
atau sinar matahari, dan tidak pula luntur karena guyuran air hujan.
Yahya bin
Mu’az berkata: “Cinta karena
Allah tidak akan bertambah hanya karena orang yang engkau cintai berbuat baik
kepadamu, dan tidak akan berkurang karena ia berlaku kasar kepadamu.”Yang demikian itu
karena cinta anda tumbuh bersemi karena adanya iman, amal sholeh dan akhlaq
mulia, sehingga bila iman orang yang anda cintai tidak bertambah, maka cinta
andapun tidak akan bertambah. Dan sebaliknya, bila iman orang yang anda cintai
berkurang, maka cinta andapun turut berkurang. Anda cinta kepadanya bukan
karena materi, pangkat kedudukan atau wajah yang rupawan, akan tetapi karena ia
beriman dan berakhlaq mulia. Inilah cinta suci yang abadi saudaraku.
Saudaraku!
setelah anda membaca tulisan sederhana ini, perkenankan saya bertanya: Benarkah
cinta anda suci? Benarkah cinta anda adalah cinta sejati? Buktikan saudaraku…
Wallahu
a’alam bisshowab, mohon maaf bila ada kata-kata yang kurang berkenan atau
menyinggung perasaan.