Jumat, 31 Agustus 2012

Bahan-bahan Renungan BB



1.   Mulia tidaknya seseorang TDK dilihat dari tampilan lahiriah nya, melainkan dari performa BATINIAH atau HATI nya.
“Sesungguhnya, Allah tdk melihat rupa dan harta2 kamu, tapi melihat hati dan perbuatanmu.” (HR Muslim).

Ali bin Abi Thalib RA menceritakan bhw Rasulullah bersabda, ''Tiada satu hati pun kecuali memiliki awan spt awan menutupi bulan. Walaupun bulan bercahaya, karena hati nya ditutup oleh awan, ia menjadi gelap. Ketika awannya menyingkir, ia pun kembali bersinar.'' (HR Bukhari dan Muslim).

Hati manusia sesungguhnya bersih atau bersinar, namun kerap tertutupi oleh awan kemaksiatan hingga sinarnya menjadi tdk tampak. Oleh sebab itu, kita harus berusaha menghilangkan awan yg menutupi cahaya hati kita.

Bagaimana caranya ?

Pertama, introspeksi diri
Kedua, perbaiki diri atau yg populer disebut taubat.
Ketiga, Menelaah isi Alquran lalu menghayati dan mengamalkannya.
Keempat, menjaga kelangsungan amal saleh.


''Ya Allah, jadikanlah di kpd hatiku cahaya, di lidahku cahaya, di pendengaranku cahaya, di penglihatanku cahaya. Jadikan di belakangku cahaya, di hadapanku cahaya, dari atasku cahaya, dan dari bawahku cahaya. Ya Allah berikan kepadaku cahaya.'' (HR Muslim).


2.  Allah Mahasuci dari segala sifat yg dapat dijangkau oleh indera manusia, yg dikhayalkan oleh imajinasi manusia, jauh dari dugaan dan lintasan dalan nurani dan pikiran manusia. Orang yg disifati dgn sifat ini, hanya akan merindukan bertemu dengan-Nya dan yg membuatnya bahagia hanya apabila dekat dengan-Nya. Meskipun Surga dgn segala kebahagiaannya ditawarkan kepadanya, dia tdk akan memalingkan harapan (aspirasinya) kearah-Nya.

“Dialah Allah Yg Maha Tiada Tuhan selain Dia, Raja Yg Maha Suci, Maha Sejahtera, Yg Maha Memelihara, Yg Maha Perkasa, Yg Maha Kuasa Yg Memiliki Segala Keagungan. Maha Suci Allah dari apa yg mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr: 23)

Maha Suci Allah yg tdk terikat ruang dan waktu. Maha Suci Allah yg tdk terbelenggu oleh batas dan ukuran. Kesucian-Nya selalu melimpah, luas dan dalam. Siapapun dari makhluk-Nya yg mengharap kesucian, tak akan pernah kekurangan. Siapapun dari makhluk-Nya yg mendamba kesucian tak akan pernah kehabisan.

“Senantiasa bertasbih kpd Allah apa yg ada di langit dan apa yg ada di bumi. Raja, Yg Maha Suci, Yg Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(QS al-Jumu'ah: 1)

Bacalah al-Quddus, disaat ramai, dikala sunyi, insya Allah, yg Maha Suci akan mengingat kita disaat kita ditinggalkan manusia atau ketika kita di keliling manusia. Jadikan namanya ini, al Quddus menjadi hiasan dzikir lidah dan hati kita. 

Insya Allah, Allah Yg Maha Suci akan mencabut pikiran yg membuat kita khawatir. Dia akan menjaga kita dari kesulitan dan penderitaan yg tanpa sadar telah kita hasilkan sendiri.


3.    Saat Sang Maha Pencipta menciptakan alam semesta, manusia dan kehidupan, Dia juga memberikan manualnya melalui kitab suci.
Allah SWT menciptakan manusia, dan melengkapinya dgn ‘manual book’ juga, yaitu Al-Qur’an.
Berbagai aturan Allah SWT telah dibuat dan direvisi hingga versi Rasul terakhir. Aturan utk kita jadikan pedoman hidup di dunia, agar sesuai dgn tujuan penciptaan manusia.

Namun sayang sebagian kita banyak yg tdk membaca dan mengamalkan apa yg ada di kitab suci. Apa yg tejadi ? Kerusakan baik alam maupun mental, korupsi, ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kedengkian dan saling menjatuhkan merajalela di dunia.

Kitab suci seolah-olah hanya utk acara kerohanian, pernikahan, kematian dan utk pelengkap sumpah para pejabat. Kitab suci seolah tak boleh terlibat aktif kpd urusan bisnis, karir, politik dan kegiatan dunia lainnya. Padahal disana banyak panduan dan pedoman yg bisa digunakan utk semua aspek kehidupan.

Kitab suci tempatnya seharusnya bukan di almari. Kitab suci seharusnya tempatnya di pikiran dan hati kita. Ia harus selalu kita bawa kemanapun pergi. Sebagai manual kehidupan seharusnya kita mempelajari dan kemudian menjalankannya kpd kehidupan nyata. Dgn cara ini kehidupan kita akan tertata. Pikiran kita terarah, hati tdk gundah, harga diri kitapun terjaga.

Saatnya merenung… Bila Anda sering resah dan gelisah, bingung menentukan arah kehidupan. Bila hati Anda terasa hampa dan gersang mungkin itu karena Anda tak pernah tuntas membaca dan memahami manual kehidupan Anda.

Percayalah kpd Sang Maha Tahu, karena Dialah yg menciptakan kita. Dia tak mungkin menciptakan manual yg menjerumuskan kita. Ayo segera baca dan pahami kitab sucimu. Saat ini, kitab sucimu merindukan sentuhan tanganmu. Ia juga merindukan suaramu melantunkan ayat-ayat dari Sang Maha Pencipta.


4.   Tekad dan Kesungguhan, akan memberikan kpd kita sebuah hasil yg luar biasa menakjubkan spt yg diungkapkan kpd pepatah arab MAN JADDA WAJADA barangsiapa yg bersungguh-sungguh maka dia akan akan mendapatkannya. 
     Dgn kesungguhan, spt yg Allah firmankan :
 “Sungguh Allah, tdk akan mengubah keadaan suatu kaum tanpa adanya kesungguhan dari kaum tsb utk mengubah keadaannya sendiri”
(QS Ar Rad : 11 ).

Dgn kesungguhan kita mampu mengerjakan banyak hal yg bisa kita jangkau. Kita terkenal dgn kemampuan kita utk berbuat sesuatu yg baik. Kita bayangkan apa yg akan terjadi seandainya kita tdk mampu berbuat sesuatu tanpa maksud apa pun. Yg kita kerjakan adlh mendidik diri kita utk mampu mengerjakan hal-hal lain di luar jangkauan kita.

Kesungguhan kita kpd bekerja dan berusaha telah menjadikan kita mampu meraih hal-hal lain yg bisa kita jangkau. Kita sanggup utk berbuat sesuatu yg melebihi kemampuan kita. Yg kita butuhkan adlh tanggung jawab utk membangun bangunan jiwa yg utuh dan tumbuh dgn baik. Kita membutuhkan keberanian utk melangkah lebih maju. Yg kita tuntut adlh pengalaman jiwa yg utuh dan berkembang.

Dgn kesungguhan kita bisa terhindar dari kegagalkan. Dgn kesungguhan kita harapkan banyak harapan utk berhasil membuat perubahan atas pekerjaan yg kita lakukan. Yg terpenting utk dikerjakan adlh mampu membawa perubahan demi perubahan. Yg penting ammpu mengarahkan jalan petunjuk manakah yg semestinya ditempuh.

5.    Kala bencana tiba, tak ada yg dapat dipertahankan. Rumah mewah, harta benda, emas dan permata, anak dan isteri, atau apa pun, tanpa kecuali, harus diikhlaskan!
Hasil keringat dan jeripayah berpuluh tahun berubah menjadi abu kpd sekejap mata.

Menangis, menjerit, tak berguna. Walaupun tak relah harus direlahkan. Tak ikhlas harus diikhlaskan. Sesakit apapun harus diterima.

Apa yg mau kita sombongkan? Adakah harta abadi? Adakah kemilikan sejati?
Jangankan harta benda, jiwa kita saja tak ada jaminan! Jangankan anak isteri,
keselamatan sendiri saja tak mampu kita jaga.

Kala menyaksikan bencana melanda saudara kita, tersentak perih sanubari yg tertidur lelap selama ini. Kita dipaksa utk menyadari sebuah kebenaran:

Bhw sungguh lemah dan tak berdaya kita manusia.
Tak ada kuasa dan kekuatan apapun dari kita yg mampu menghadang kekuatan alam yg maha dasyat. Kita hanya bisa pasrah atau terpuruk kpd ketakutan dan keputus asaan.

Keringat dan air mata, jeritan dan tangisan, lenyap ditelan gemuruh dan gelegarnya amukan alam.
Pergulatan dan pegumulan sia-sia, hilang tak berbekas bagai debu yg melayg diterpa angin badai!

Apa yg mau kita sombongkan dgn hidup yg lemah dan rapuh ini?

Kesombongan tdk membuat kita menjadi kuat, malah membuat kita yg rapuh menjadi semakin rapuh dan lemah


6.    Seorang lelaki bertanya kpd Albarra’ bin Azib ra ,
“ Apakah wajah Rasul saw spt pedang ? ”
(bukankah beliau banyak berperang, apakah wajahnya bengis bak penguasa kejam?),
maka menjawablah Albarra’ bin Azib ra :
“Tidak.. tapi bahkan wajah beliau bagai Bulan Purnama..”,

Dari Abi Jahiifah ra :
“Para sahabat berebutan mengambil telapak tangan beliau dan mengusapkannya di wajah mereka, ketika kutaruh telapak tangan beliau saw diwajahku ternyata telapak tangan beliau saw lebih sejuk dari es dan lebih wangi dari misik” (Shahih Bukhari hadits no.3360)

Berkata Anas ra :
 “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yg lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yg lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasul saw” (Shahih Bukhari hadits no.3368).

Shalat merupakan Ibadah yg paling dicintai oleh beliau saw, dan “Shalat adlh Cahaya”, demikian sabda beliau saw pula mengenalkan Indahnya shalat, suatu ibadah yg diawali dgn Takbiratul Ihram yg membuka gerbang penghadapan dgn Rabbul ‘alamin, lalu lantunan kalimat-kalimat surat Alfatihah yg bila dibaca dgn khusyu maka setiap kalimat itu dijawab oleh Raja Alam Semesta, lalu lantunan kalimatullah itu menerangi seluruh alam sanubarinya, meruntuhkan dosa-dosanya, lalu ia ruku’, bertasbih kpd Nya, bertakbir, bertahmid, lalu bersujud dibawah Naungan Kelembutan dan Kasih Sayg Nya, alangkah indahnya ibadah yg satu ini, suatu ibadah yg terangkai dari hampir seluruh bentuk Ibadah, Wudhu, Niat Mulia, Doa, Alqur’an, Takbir, Tasbih, Tahmid, Tahlil, Istighfar, Ruku’, Sujud, khusyu, Tuma’ninah….., itulah shalat.., Ibadah yg paling sempurna.

“SUNGGUH ALLAH DAN PARA MALAIKAT MELIMPAHKAN SHALAWAT ATAS NABI SAW. WAHAI ORANG2 YG BERIMAN, BERSHALAWATLAH KALIAN KEPADANYA DAN BERSALAMLAH DGN SEMULIA-MULIA SALAM”   (QS Al Ahzab-56)


7.    Rasulullah SAW adlh figur manusia yg paling mulia dan sempurna. Beliau dicintai oleh semua orang. Kenapa demikian? Karena tingkah laku dan seluruh anggota tubuhnya seolah menebarkan cahaya. Kpd hatinya tdk pernah ada setitik pun noda keburukan. Lisannya pun tdk pernah mengeluarkan kata-kata buruk. Hanya mutiara dan cahaya yg keluar dari lisannya. Pandangannya tdk pernah mengarah pd keburukan, begitu pula pendengarannya. Pendeknya, seluruh anggota tubuhnya memancarkan cahaya. Tdk hanya itu, bahkan kondisi lingkungan sekitarnya pun ikut benderang karena cahaya beliau.

Betapa bahagia hati ini bila kita bisa mendapatkan cahaya spt itu. Kita ingin sekali agar hati ini memancarkan cahaya, lisan memancarkan cahaya, begitu pula dgn pandangan dan pendengaran. Dari arah depan, belakang, atas, bawah, seluruhnya memancarkan cahaya. Utk maksud tersebut, Rasulullah SAW mengajarkan doa di bawah ini kpd kita. Dianjurkan agar doa ini dibaca ketika hendak menuju masjid. Akan tetapi bisa juga dibaca kapan pun saat ada kesempatan.

Bacaan Doa Mohon Cahaya

Allaahummaj’al fii qalbii nuuran, wa fii lisaanii nuuran, waj’al fii sam’ii nuuran, waj’al fii basarii nuuran, waj’al min khalfii nuuran, wa min ammamii nuuran, waj’al min fauqii nuuran, wa min tahtii nuuran, allaahumma aatinii nuuran

Ya Allah, berikanlah cahaya pd hatiku, cahaya pd lisanku, berikanlah cahaya pd pendengaranku, berikanlah cahaya pd penglihatanku, berikanlah cahaya dari arah belakangku, cahaya dari arah depanku, berikanlah cahaya dari atasku, dan cahaya dari bawahku. Ya Allah, berikanlah cahaya padaku. (H.R. Bukhari)”


8.    Utk meraih hidayah Allah, setiap Muslim harus memiliki naluri spiritual, menggunakan akal dan pancaindera, yg sesuai dgn ajaran Islam. Tiga hal tsb akan lebih lengkap jika kita kembali pd Alquran, hadis Nabi SAW, dan memakmurkan masjid.

Salah satu cara meraih hidayah Allah SWT adlh dgn memakmurkan masjid. Bukan sekadar menghadiri shalat, tetapi bagaimana menangkap cahaya hidayah yg terpancar dari masjid.

"Hanya yg memakmurkan masjid2 Allah ialah orang2 yg beriman kpd Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan tdk takut (kpd siapa pun) selain kpd Allah, maka merekalah orang2 yg diharapkan termasuk golongan orang2 yg mendapat petunjuk." (QS At-Taubah [9]: 18).
Masjid adlh pancaran Nur Ilahi. Allah adlh sumber dan pemberi cahaya.
Kalau kita ingin pengetahuan, ingin hidayah, maka gunakan naluri kita, gunakan pancaindera dan akal kita. Akal saja tdk cukup, dia memerlukan minyak utk menyalakan api itu. Kalau minyaknya kotor, akan lahir asap yg memburamkan cahaya. Dan minyak yg bersih akan melahirkan cahaya yg bersih pula.

Peliharalah cahaya itu agar senantiasa bersinar dan menerangi hati kita. Gunakanlah hati, pikiran, dan seluruh pancaindera, agar api dan cahaya itu tdk padam. Dan dari masjid kiranya hal tsb bisa kita dapatkan. Sebab, orang yg memakmurkan masjid, berarti telah memancarkan cahaya Ilahi. Dan siapa yg berada di jalan cahaya Ilahi, niscaya dia akan selalu diterangi. Mudah-mudahan kita selalu mendapatkan limpahan hidayah Allah karena aktivitas kita selalu terpaut ke masjid.

9.    Seorang guru pernah mengajukan pertanyaan ringan kpd murid-muridnya, sang guru bertanya “Apa yg akan kalian lakukan jika seandainya hendak mengunjungi rumah tetangga namun ada Anjing penjaga yg galak dan hobi menggigit ?”.
Banyak jawaban yg muncul dari pertanyaan tersebut. Seseorang bisa saja tetap nekat masuk dgn resiko digigit, ataupun mengurungkan niatnya utk mengunjungi tetangganya itu. Lalu bagaimana dgn jawaban sang guru? Beliau mengatakan bhw cara terbaik adlh dgn meminta bantuan kpd si pemilik anjing tersebut. Seekor anjing penjaga seberapapun galaknya tetap akan menuruti perintah pemiliknya.

Lalu adakah hubungan antara analogi anjing penjaga di atas dgn hati manusia?
Jawabannya tentu saja ada. Pertanyaan yg harus kita renungkan sebelumnya adalah, kpd siapa kita meminta pertolongan ketika hati kita mulai kehilangan cahayanya? Tentu saja kpd Sang Pemilik Hati Manusia yg mampu membolak-balikan hati makhluk ciptaanNya. Allah yg mampu menerangi hati dari kekelamannya, memberikan cahaya utk keluar dari kegelapan hati. Karena itu, jika cahaya hati kpd dirimu terasa mulai padam maka minta lah kpd Sang Pemilik Hati utk menyalakan kembali cahaya hati tersebut.

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Permumpamaan cahaya-Nya, spt sebuah lubang yg tdk tembus yg di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di kpd tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yg berkilauan, yg dinyalakan dgn minyak dari pohon yg diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yg tumbuh tdk di timur dan tdk pula di barat, yg minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tdk di sentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk kpd cahaya-Nya bagi orang yg dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS.An-Nur: 35)


1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar