Sabtu, 25 Agustus 2012

Berlomba Dalam Kebajikan (1)



Kehidupan yang sedang kita jalani di dunia ini hanyalah sebagai tempat persinggahan sementara untuk menuju kehidupan yang hakiki, hidup yang kekal abadi, yaitu kehidupan di akhirat kelak.

Tentu setiap kita menginginkan keselamatan dan kebahagiaan dalam kehidupan di negeri kekekalan tersebut. Keselamatan yang dimaksud adalah selamat dari siksa api neraka dan dapat menghuni negeri karamah, surga Allah yang seluas langit-langit dan bumi.

Agar selamat tentu tidak bisa dengan sekedar angan-angan dan khayalan tanpa amalan karena surga tidak bisa dibeli dengan apa pun. Dengan harta yang paling mahal sekalipun. Akan tetapi surga hanya bisa diraih dengan rahmat Allah. Dan rahmat Allah itu dekat dengan orang-orang beriman yang berbuat kebajikan. 

Allah berfirman:
“Sesungguhnya rahmat Allah itu dekat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan.” (al A’raf: 56)

Namun dalam kehidupan ini kita menemukan banyak orang yang tidak menyegerakan kepada kebaikan bahkan kebanyakan terburu-buru dalam kemaksiatan, dan saat seperti itulah peran setan bermain yaitu menghalang-halangi manusia berbuat baik dan terburu-buru dalam berbuat keburukan dalam sebuah Hadist Nabi bersabda :

“Sesungguhnya suatu kebaikan yang menuju pintu surga itu dipagari oleh kesenangan yang menipu”

“Maka berlomba-lombalah kalian kepada amalan-amalan kebaikan.”
(al-Baqarah: 148)

“Bersegeralah kalian kepada ampunan dari Rabb kalian dan kepada surga yang seluas langit-langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (Ali Imran: 133)

Sebelum manusia diciptakan, Allah swt. telah menciptakan banyak makhluk sebelumnya. Bahkan, sudah ada para malaikat yang bertugas beribadah, bertasbih dan memuji-Nya. Akan tetapi, kenapa Allah swt. tidak mengutus salah satu dari mereka untuk menjadi khalifah yang bertugas memakmurkan bumi? 

Jawabannya adalah bahwa para malaikat tidak memiliki daya saing dan jiwa kompetisi. Para malaikat tidak memiliki kemauan untuk berlomba dan bersaing. Sementara, manusia diutus oleh Allah ke bumi menjadi khalifah dan ditugaskan memakmurkan bumi, karena manusia adalah makhluk yang memiliki potensi bersaing dan berlomba.

Itulah yang diisyaratkan Allah dalam bantahan para malikat, ketika Allah memberitahukan mereka akan penciptaan Adam. Sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Baqarah [2]: 30


Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi".

Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?"

Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui".
Bumi sengaja diserahkan kepada manusia, agar manusia menjalani kehidupan padanya dengan persiangan dan perlombaan. Akan tetapi, Allah swt. juga memberikan aturan bagaimana manusia seharusnya bersaing dan berlomba dalam kehidupan dunia.

Pertama, hendaklah manusia berlomba dan bersaing menjadi yang tercepat dan terdepan. Seperti disebutkan dalam surat Ali ‘Imran [3]: 133

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.”


Perintah yang sama juga Allah sebutkan dalam surat al-Hadid [57]: 21


Artinya: “Berlomba-lombalah kamu kepada (mendapatkan) ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-rasul-Nya. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.”


Kedua, manusia diperintahkan bukan hanya berlomba menjadi yang tercepat dan terdepan, namun juga juga berlomba menjadi yang terbaik. Perlombaan bukan hanya menjadi yang tercepat, namun juga harus bermutu dan berkualitas. Begiluah isyarat Allah dalam surat al-Baqarah [2]: 148

Artinya: “….Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan…”
Perintah yang sama juga disebutkan dalam surat al-Ma’idah [5]: 48
Artinya: “….maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.”


Tercepat dan terdepan adalah salah stau bentuk perlombaan, namun harus mempertimbangkan unsur mutu, bobot dan kualitas. Apalah artinya tercepat dan terdepan, jika tidak memiliki nilai dan kuliatas. Maka berlombalah menusia menjadi yang tercepat dan menjadi yang terbaik. 

Ketiga, berlomba menjadi yang tercepat dan terbaik, juga harus dibarengi dengan perlombaan mencari jalan yang benar. 
Seperti disebutkan dalam surat Ya Sin [36]: 66

Artinya: “…. lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya).”

Tercepat dan terbaik dalam perlombaan, jika tidak didapatkan dengan menempuh jalan yang benar juga tidak dibenarkan oleh Allah. Misalnya, seorang murid yang paling cepat mengumpulkan tugas, mendapatkan nilai tertinggi, namun mesti juga dia dapatkan dengan menempuh jalan yang benar, tidak dengan mencontek karya orang lain.

Keempat, berlomba untuk menjadi yang tercepat, menjadi yang terbaik, menempuh jalan yang benar belum juga cukup, kalau tidak dilakukan dengan cara yang benar. Begitulah isyarat Allah dalam surat Fathir [35]: 32

Artinya: “….dan di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.”


Begitulah perlombaan, yang sekalipun sudah berhasil menjadi yang tercepat, terbaik dan menempuh jalan yang benar, namun mesti dilakukan dengan cara yang baik dan benar.

Perlombaan tidak boleh dilakukan dengan cara menipu, curang, “menohok” kawan dan seterusnya. Berlombalah dengan cara yang paling sehat.

Ibarat kata pepatah, “Jika anda ingin cahaya lampu anda dilihat orang, jangan padamkan lampu orang lain. Namun, “pompa” lampu anda sekuatnya, sehingga nyala dan cahayanya menjadi yang paling terang. Niscaya, orang lain akan melirik cahaya lampu anda.”








Tidak ada komentar:

Posting Komentar