Kebahagiaan yang sejati itu adalah keridhoan dan lapangnya hati
dalam menerima segala ketentuan Allah Subhanahu wa Ta’ala, Menjalani
takdir-takdir yang telah digariskan-Nya dengan hati yang
bersabar dan bersyukur, Qonaah, dan ridho menerima
semua itu, bebasnya hati dari kecemasan akan semua itu, dan rasa penuh arti
terhadap segala kenikmatan yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Inilah
gambaran kehidupan yang selalu berada dalam kebaikan, kehidupan yang halaalan,
thoyyibatan. Bahwa makna kebahagiaan yang dipahami sebagian
besar orang dimana mereka menyangka bahagia itu identik dengan kesenangan
jasadiyah adalah tidak kena pada esensi kebahagiaan yang hakiki.
Lihat saja
seorang yang jasadnya nampak mewah belum tentu ia bahagia karena boleh jadi
hidupnya selalu gundah. Seorang yang setiap hari jasadnya ditemani istri yang
cantik bak diva belum tentu bahagia karena ternyata istrinya tidak setia.
Seorang yang berkedudukan tinggi belum tentu bahagia karena jabatan yang ia
sandang boleh jadi membuat ia terpenjara. Justru sebagian dari mereka inilah
yang hidupnya paling jauh dari kebahagiaan. Yang jiwanya paling hampa dan
kering. Yang hatinya paling merindukan ketentraman.
Sungguh benar sebuah ucapan
“kebahagiaan tidaklah diukur dari apa yang tampak pada lahir para raja, karena
kebahagiaan itu biangnya bersembunyi didalam hati manusia”
Rasululloh ShalAllahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“bukanlah yang disebut kaya itu dengan banyaknya harta, akan tetapi kaya adalah yang kaya jiwanya” (Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim)
Allah Berfirman dalam surah Al-Ashr (103) ayat 1 – 3
Demi masa.
Rasululloh ShalAllahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“bukanlah yang disebut kaya itu dengan banyaknya harta, akan tetapi kaya adalah yang kaya jiwanya” (Hadist Riwayat Bukhori dan Muslim)
Allah Berfirman dalam surah Al-Ashr (103) ayat 1 – 3
Demi masa.
Sungguh manusia itu benar-benar dalam kerugian,
kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat Al-Ashr diatas mengandung pokok-pokok kebahagiaan. Maka sesuai dengan kandungan surat tersebut dan diperkuat dengan surat An-Nahl diatas, maka diketahui ada 4 pokok penyebab kebahagiaan. Yakni Iman, Amal Sholeh, Ahsanul-Lisaan, dan Sabar.
kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.
Surat Al-Ashr diatas mengandung pokok-pokok kebahagiaan. Maka sesuai dengan kandungan surat tersebut dan diperkuat dengan surat An-Nahl diatas, maka diketahui ada 4 pokok penyebab kebahagiaan. Yakni Iman, Amal Sholeh, Ahsanul-Lisaan, dan Sabar.
Inilah jalan yang haq untuk meraih kebahagiaan. Inilah
sebab-sebab kebahagiaan. Dengan mengumpulkan semua ini didalam diri kita maka
kebahagiaan yang sempurna dapat dicapai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar