Sabtu, 11 Agustus 2012

Akrab Dengan Cucu



"Abu Qatadah Al-Ansari berkata, Nabi SAW pernah melakukan shalat sambil menggendong Umamah, cucu beliau. Menurut keterangan Abdul 'Ash, jika Rasulullah sujud, Umamah diletakkannya, dan jika beliau berdiri, Umamah digendongnya." 
(H.R. Al-Bukhari, no. 516, kitab Abwab Satr Musalli, Bab Idza Hamal Jariyah Shagirah; dan Muslim, no. 1240)


Keteladanan Nabi memang tidak ada habis-habisnya. Pada dasarnya, Beliau adalah sumber dari segala sumber teladan bagi seluruh umat manusia, terlebih-lebih bagi umat Islam. Baik keteladanan sebagai penyeru kebenaran, pemimpin umat, pemimpin negeri, panglima perang, dan sebagai kepala keluarga.

Kusus dalam ruang keluarga, beliau telah menunjukan karakter agungnya sebagai seorang suami, ayah, dan sebagai mertua. Kita akan menyinggung kemuliaan Nabi SAW. sebagai seorang Kakek. Kakek yang kasih sayangnya luas tak terukur, dan dalamnya yang tak terselami. Beliau benar-benar seorang kakek yang teramat menyayangi cucu-cucunya.


Hangat Dan Akrab

Dalam ranah keluarga, Nabi SAW merupakan figur yang menjadi panutan bagi seluruh anggota keluarga, tidak terkecuali bagi cucu-cucu beliau. Itu karena ketulusannya yang begitu besar dalam mencurahkan kasih-sayang beliau kepada mereka. 

Di antara kasih-sayang yang Nabi SAW tunjukkan kepada cucu-cucunya adalah menjalin hubungan yang hangat dan akrab, serta melakukan hal-hal yang mereka inginkan selama tidak menyalahi syariat.

Dengan penuh rasa sayang, Nabi SAW kerap memeluk, menciumi, menggendong dan bermain-main degan cucu-cucu tersayang. Mengingat begitu besarnya kasih-sayang Nabi SAW terhadap mereka, saat melaksanakan shalat pun beliau tetap membiarkan si cucu menggelayutinya. Bahkan, lebih dari itu, Nabi SAW sendiri yang sengaja menggendongnya. Sungguh, suatu perwujudan rasa sayang yang amat mendalam.

Penuh Perhatian Nabi SAW dikenal pula sebagai kakek yang penuh perhatian kepada para cucunya. Saat mengetahui kelahiran sang cucu, beliau menyempatkan diri untuk segera menemuinya.
Wujud perhatian Nabi SAW kepada para cucunya memang besar. Suatu kali, Nabi SAW diberi hadiah sebuah kalung manik-manik marjan dari Yaman. Indah sekali kalung manik-manik itu hingga beliau terkesan. Beliau langsung terpikir untuk memberikan kalung tersebut kepada salah seorang cucu perempuannya. 

Suatu kali. Zainab, putri Nabi SAW, mengutus seseorang untuk memanggil Nabi SAW karena anaknya tengah sakaratul maut. Mengingat begitu besar perhatian beliau kepada cucunya, tanpa menungu-nunggu, Nabi SAW bergegas menuju rumah zainab beserta beberapa sahabat.

Setibanya di tempat tujuan, didapatinya si cucu tengah tersengal-sengal nafasnya karena sekarat. Dengan perasaan iba yang mendalam, beliau kemudian mengangkat cucu yang amat disayanginya itu. Seiring dengan itu, air matanya berlinang menahan rasa sedih.

Kesedihan beliau kian memuncak karena sesaat kemudian, cucunya tersayang meninggal dunia dalam pangkuannya. Hati beliau menangis pedih menyaksikan cucunya itu tak bernyawa lagi.

Sepertinya, hanya Nabi Muhammad SAW satu-satunya Nabi dan Rasul, yang kasih sayang  dan perhatiannya kepada cucu terekan sangat jelas. 
Gelar kenabian dan kerasulan, tingginya status sosial, mulia dan terhormatnya kedudukan, samasekali tidak menghalangi beliau untuk mengakrabkan diri dengan para cucunya itu: bermain, bercanda, serta memanjakan mereka dengan penuh ketulusan dan rasa senang.

Siapa yang tidak bangga memiliki garis keturunan langsung dengan Nabi, orang yang begitu besar perhatian, kepedulian, serta kasih-sayangnya kepada keluarga. Padahal, beliau adalah seorang Nabi dan Rasul yang kesehariannya disibukkan dengan mengurusi umat dan permasalahannya. Masihkah ada di antara kita yang merasa tidak memiliki waktu untuk memberikan perhatian kepada keluarga dengan alasan sibuk bekerja?
"Rasulullah pernah mengambilku, lalu mendudukan aku di atas paha beliau, serta mendudukan Hasandi atas paha yang lain. Kami dipeluk lalu dido'akan 'Ya Allah, sayangilah keduanya karena aku menyayangi keduanya'." 
(H.R. Al-Bukhari, no. 2122, kitab al-Buyu, Bab Ma Dzukira fi al-Aswaq.)   

Artikel : www.kabarhati.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar