Rabu, 23 Januari 2013

Renungan Maulid Nabi Muhammad SAW



Kenal Allah? Orang yang beriman pasti percaya kepada Allah.
Nah kalo Anda kenal dan percaya pada Allah dan percaya bahwa Allah itu menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan Anda.
Maukah Anda mengetahui apa yang disukai dan tidak disukai-Nya? Mau, kalau memang Anda percaya bahwa Dia adalah Wujud. Kalau orang yang beriman pasti percaya bahwa Dia yang mencipta dan mengatur alam semesta ini, lalu bagaimana berhubungan dengan Beliau?
Apa sajakah yang Dia sukai dan apa sajakah yang tidak Dia sukai?
Di sini perlu ada yang menjelaskan kepada kita. Ada tidak yang menurut Anda orang yang lengah/salah? Pasti ada, perlukah orang tersebut diingatkan? Kalau kita sayang orang tersebut maka kita perlu mengingatkan. Ada tidak diantara manusia yang lengah? Banyak. Perlukah diingatkan? Perlu. Siapa yang memberitahu tentang Allah? Siapa yang mengingatkan yang lengah? Siapa yang menjelaskan apa yang Dia sukai dan tidak Dia sukai? Rasul. Allah menyampaikan pada Rasul. Rasul yang menyampaikan pada umatnya. Kita manusia, hati kita kotor, kecerdasan terbatas, tidak bisa langsung kepada Allah. Maka Allah memilih beberapa orang untuk menjadi rasul untuk dapat menyampaikannya kepada kita.
Itu yang disebut Allah dalam surat Al-Bayyinah ayat 1 :”Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata”. Maka Allah mengutus Rasul-Nya, seperti yang disebutkan dalam ayat 2: ”(yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Quran)”.

Jadi Rasul merupakan bukti kebenaran. Sebagai contoh: Ada orang mengaku dokter, percaya atau tidak? belum, mungkin dia pembohong, saya perlu bukti bahwa dia
seorang dokter. Cara membuktikan dia seorang dokter bisa dengan melihat ada yang berobat padanya dan diberi obat lalu dia sembuh. Ok deh, dia memang dokter. Bisa juga dengan melihat ijasahnya sebagai jalan pintasnya.

Nah, Nabi Muhammad saw diutus, dikatakan oleh ayat tersebut diatas bahwa Rasul adalah sebagai bukti yang nyata. Di surat An-Nisa “Hai seluruh manusia, telah datang kepada kamu bukti yang nyata, dan kami menurunkan kepada kamu cahaya Al-Quran”. Bukti yang nyata adalah Rasulullah saw. Kalau ada satu orang lahir di pedalaman yang tidak memiliki peradaban, miskin, yatim, tidak pandai membaca dan menulis. Mungkinkah secara logika orang tersebut menjadi orang yang hebat ? Sangat tidak mungkin. Nabi Muhammad saw lahir di Mekkah yang tidak berperadaban, yatim, miskin, tidak pandai membaca dan menulis. Tapi menyampaikan hal-hal yang luar biasa, berhasil meruntuhkan dua emperium Romawi dan Persia hanya dalam waktu 20 tahun lebih. Dipelajari sejarahnya, ternyata beliau adalah orang yang paling hebat. Bukankah itu bukti?

Kenapa sih Nabi Muhammad saw lahir yatim? Kenapa Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis? Kenapa Nabi Muhammad saw begitu lahir diasingkan ke pedalaman menjauhi ibunya? Itu semua diatur Tuhan. Karena Tuhan yang berkehendak mendidik langsung Nabi Muhammad saw. Seandainya bapaknya masih hidup, maka bapaknya yang akan mendidiknya, akan terpengaruh oleh bapaknya. Kalo dengan ibunya, ibunya bisa mempengaruhinya. Kalau dia pandai membaca, bacaan akan mempengaruhinya.
Karena itu, di Surat Al-A’raaf : “Wahai Nabi Muhammad, katakanlah aku ini pesuruh Allah kepadamu semua, Allah pemilik penguasa langit dan bumi, tidak ada Tuhan, tidak ada yang menguasai alam raya ini kecuali Dia, Allah yang menghidupkan dan mematikan”. “Maka percayalah kepada Allah, dan percaya juga kepada RasulNya, Nabi yang ummiy (yang tidak pandai membaca dan menulis).” Karena kalo Nabi pandai membaca dan menulis, orang lain akan mengira bahwa Nabi kita tahu dari bacaan-bacaannya. Jadi kita tidak perlu malu untuk berkata Nabi Muhammad saw tidak pandai membaca dan menulis.
Lanjutan surat tersebut: ”Yang percaya pada Allah”. Jadi jangan duga dia menyuruh orang untuk percaya padahal dirinya tidak percaya. “Maka ikutilah dia, supaya kamu mendapat petunjuk”. Apakah cukup kita percaya kepada Nabi bahwa dia memang Nabi? Tidak cukup, perhatikan ayat di atas tersebut, “Ikuti Nabi”. Tetapi “mengikuti Nabi” juga harus cerdas. Tidak semua yang dilakukan Nabi itu, harus diikuti. Nabi kawin dengan 9 perempuan sekaligus, kita tidak bisa begitu. Nabi kalo tidur, tidak batal wudhunya. Jadi tidak bisa semua diikuti. Ada yang perlu diikuti, ada yang tidak boleh diikuti. Harus cerdas pilih-pilih.
Kita lihat ayat lain, “Hai seluruh manusia, telah datang kepadamu, seorang Rasul.” Apakah kita yang datang kepadanya atau dia yang datang kepada kita? Dia yang datang. Jangan minta orang datang. Dia begitu besar perhatiannya kepada kita, sehingga dia datang kepada kita. “dari diri kamu”. Rasul yang datang ini sejiwa dengan kamu. Dia tahu yang maslahat buat kita. Seperti suami isteri sejiwa. Sebelum suami bicara, isteri sudah tahu. Jadi apa yang disampaikan Rasul pasti kebaikan buat kamu.
“Terasa sangat berat apa yang menyusahkan kamu”. Rasul seperti seorang yang menyalakan api/lampu. Ada laron datang kesana, laron ini kalo dibiarkan akan terbakar. Rasul ini sangat-sangat kasih dan rahmat. “Raufur rahiim”. Rauf itu adalah memberikan rahmat sesuai dengan apa yang dimilikinya. Rahim adalah memberikan rahmat sesuai apa yang dibutuhkan oleh yang diberi.
Mana yang lebih baik antara Rauf dan Rahim? Dua-duanya baik, tapi mana yang lebih baik? Semisal saya kasih contoh: Kalo Anda punya uang 10 juta. Ada seorang peminta-minta datang kepada Anda. Kalau Anda Rauf, maka apa yang Anda miliki diserahkan kepadanya, tapi kalau Rahim, pengemis itu butuh berapa sih dari Anda ? paling 100 ribu, Anda beri 100 ribu.
Jadi Rahim adalah memberikan sesuai dengan kebutuhan, Rafa atau Rauf itu memberikan sesuai yang Anda miliki. Nabi Muhammad saw itu Raufun, karena dia mempunyai hubungan yang akrab dengan kamu. Inti dari sini, adalah Nabi Muhammad saw itu sangat kasih kepada umatnya dan lebih kasih lagi kepada umatnya yang taat kepada Allah dan RasulNya.

Pertanyaan:

1. Sampai sekarang kita sebagai umat Nabi Muhammad saw belum melihat lukisan wajah Rasulullah, sebagai pelukis bolehkah saya melukis atau memvisualisasikan wajah beliau dan begitu juga dengan wajah-wajah Nabi yang lain?

Ada dua sisi yang ingin saya jelaskan. Dari segi teori, kita bisa melukiskan bagaimana perawakan dan wajah Nabi Muhammad saw. Kenapa? Karena riwayat-riwayat yang sampai kepada kita yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad saw sangat sempurna. Dahinya lebar, alisnya tebal hitam, rambutnya terurai sampai ke telinganya. Giginya sedikit jarang, gigi depannya ada yang patah kena tombak. Itu tergambar semua. Bagaimana kalo berbicara? Beliau kalo berbicara sering memukul telapak tangan kirinya dengan jari telunjuknya, gigit-gigit bibirnya. Dari segi teori tidak ada masalah.

Tapi dalam ajaran agama, ada yang dinamakan “Sadd adz-Dzara’i/menutup kemungkinan”. Kalau itu dibiarkan, banyak orang yang akan melukis, bisa terbuang-buang di jalan. Tersinggungkah kita? Daripada tersinggung dan daripada salah, dilarang. Juga tidak boleh difilmkan, nanti khawatir setelah difilmkan pemeran yang sebagai Nabi sedang foya-foya di tempat lain. Itu jalan untuk mencegah kejadian yang tidak diinginkan terhadap gambaran terhadap Nabi. Termasuk juga supaya Nabi tidak dikultuskan. Bisa juga nanti gambaran terhadap Nabi juga bisa dihina. Kalau mau tahu Nabi, pelajari saja kehidupan dan akhlak beliau.

2. Ada 2 riwayat yang mengatakan Nabi pernah dibelah dadanya, pertama ketika masih kecil dan ketika beliau Mi’raj. Apakah itu kisah simbolik saja dan apakah tujuannya?

Betul, memang ada riwayat seperti itu. Riwayat itu bahkan ada yang menguatkannya dengan firman Allah “Alam Nasrah laka Shadraka”, yang mereka artikan dengan “Bukankah Kami telah membelah dadamu ?”. Tetapi penafsiran ayat tersebut tidak kuat, tidak disepakati ulama. Riwayatnya juga mengatakan begitu, ada yg mengatakan ketika beliau muda kecil dan ketika hendak Mi’raj. Riwayat ini ada yang menerimanya dan ada juga yang menolaknya. Hal demikian tersebut, bukanlah sesuatu yang wajib kita percayai. Mau percaya silakan, tidak percaya juga tidak apa-apa.
Sekarang ditanya, apa tujuannya?
Bagi mereka yang berkata, dada beliau dibelah, supaya dikeluarkan kotorannya. Tapi ada yang berkata tidak, itu terdapat dalam satu bacaan maulid yang populer, “Para malaikat itu tidak mengeluarkan sesuatu yang buruk dari dadanya, tapi ditambah cahaya diatas cahaya ke dalam dada beliau”. Jadi beda-beda pendapat. Saya (Quraish Shihab) kalo ditanya, saya tidak percaya ada sesuatu yang buruk yang terdapat dalam diri Nabi Muhammad saw. Allah sudah ciptakan beliau sempurna untuk jadi tauladan, jadi tidak ada yang buruk. Kalaupun riwayat itu akan kita terima, kita akan berkata, itu akan menambah cahaya di atas cahaya ke dalam diri beliau.

3. Bagaimana pendapat Bapak, tradisi membaca shalawat kepada Nabi dalam bahasa Arab?

Saya (Quraish Shihab) mau bertanya terlebih dahulu, siapa yang paling berjasa kepada kita? Orang yang paling berjasa adalah orang yang menyelematkan kita dunia akhirat. Bagi kita, adalah Nabi Muhammad saw. Bisakah kita berterima kasih kepada beliau? Bisakah kita membalas budinya tersebut? Tidak bisa. Allah pernah memerintah, kalau ada orang yang ingin menghadap Rasul harus membayar sesuatu supaya Nabi bisa bersedekah dari uang tersebut. Tapi baru satu orang yang melaksanakan, lantas Allah membatalkan perintah tersebut, karena orang tidak bisa membalas budi baik Nabi. Jadi bagaimana cara membalas budi baiknya? Karena kita manusia tidak bisa, maka kita minta kepada Allah, “Ya Allah balas budinya”. Itulah shalawat. Allahumma shalli ala Muhammad, Ya Allah curahkan rahmat kepada Nabi Muhammad saw. Kenapa saya minta kepadaMu ya Allah ? Karena saya tidak bisa membalasnya. Nah, shalawat ini ada yang diajarkan Nabi, ada pula yang disusun ulama, tetapi selama intinya menggambarkan penghormatan kepada Nabi, atau intinya selama menggambarkan kesyukuran kepada Nabi, maka boleh-boleh saja. Tidak harus dalam bahasa Arab, dalam bahasa Indonesiapun boleh selama ingin mengagungkan beliau, itu baik.

Pemberian shalawatpun ada perintah. Tidak ada perintah Allah yang didahului Allah melakukannya selain shalawat. Innallaha wa malaaikatahu yushalluna alan Nabii. “Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi, wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kepada Nabi”. Siapa yang lebih dulu bershalawat? Allah.
Itu sebabnya orang dianggap sangat kikir jika tidak mau shalawat kepada Nabi. Hanya disuruh bershalawat saja tidak mau. Anda tidak rugi diminta untuk bershalawat (meminta pada Allah agar memberi kepada Nabi rahmat). Itupun kata Allah, kalau kamu minta/bershalawat, maka akan Aku beri juga kepadamu. Itu sebabnya orang yang tidak bershalawat itu sangat kikir, sangat tidak tahu budi.


4. Ada orang seseorang yang mengaku bermimpi bertemu dengan Rasulullah, bagaimana pandangan Islam mengenai hal ini?

Mimpi itu bermacam-macam, ada mimpi karena terdapat keinginan yang meluap, tidak terwujud di dunia nyata masuk ke dunia mimpi. Ada mimpi akibat keadaan yang sedang dialami oleh orang yang sedang tidur. Misal ada tali di lehernya, dia mimpi tercekik. Ada yang mimpi sudah berada di kamar mandi, dan dia merasa sudah ingin buang air kecil, ternyata setelah tersadar dia mengompol. Ada mimpi yang dibuat oleh syetan. Ada syetan yang memang khusus buat Anda bermimpi buruk. Jadi itu mimpi bohong. Ada mimpi yang benar. Diantara mimpi yang benar adalah yang memimpikan Nabi Muhammad saw. “Siapa yang memimpikan saya waktu tidur, maka betul-betul sudah mimpi saya, karena syetan tidak bisa menyerupai saya walau dalam mimpi”, sabda Rasulullah saw.

Ada orang mimpi seorang Nabi bahkan mimpi ketemu Tuhan, itu syetan yang bikin. Itu menyerupai dan bohong. Tapi kalau mimpi Nabi Muhammad saw, itu benar. Orang bermimpi Nabi Muhammad saw itu suatu hal yang istimewa. Bagaimana rasanya orang yang Anda hormati berkunjung pada Anda walaupun dalam mimpi?
5. Dari sekian banyak Nabi yang diutus, maka bagaimana posisi Rasulullah? Kemudian ajaran yang datang sebelumnya apakah belum lengkap atau bagaimana?

Masyarakat manusia berkembang terus. Ambil contoh anak kecil. Anak kecil waktu masih bayi belum dikasih nasi, makanannya hanya ASI. Setelah sekian bulan, baru ditambah ASI dengan makanan lain. Setelah itu, dia boleh makan nasi dan seterusnya, tapi masih disuapi. Setelah dewasa, dia makan sendiri.

Perkembangan masyarakat seperti itu juga. Setiap nabi membawa ajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat saat itu juga. Setelah umat manusia mencapai tahap kedewasaan, maka datanglah Nabi Muhammad saw menyempurnakan semua yang masih kurang. Nabi Isa as, ajarannya sesuai dengan masyarakat ketika itu. Nabi Nuh demikian juga. Ajaran Nabi Muhammad saw kepada umat manusia ketika umat manusia mencapai kedewasaannya.

Itulah sebabnya, ajaran nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad saw sangat rinci, tapi ajaran Nabi Muhammad saw tidak rinci. Ajaran Nabi Muhammad saw yang rinci adalah hal-hal yang tidak diketahui oleh nalar. Seperti tentang hari kemudian, itu rinci. Dan yang rinci itu adalah yang tidak bisa berubah lagi. Tapi yang bisa berubah, yang mengalami perkembangan diserahkan kepada akal manusia untuk menyusunnya tetapi yang diberikan hanya nilai-nilainya. Jadi bagaimana kalau ditanya posisi nabi-nabi yang lalu ? Mereka telah melaksanakan tugasnya untuk masyarakatnya masing-masing, kalau setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya maka diutuslah Nabi Muhammad saw membawa ajaran itu.

Kesimpulan

1. Umat manusia membutuhkan Rasul. Karena sekian banyak yang tidak dapat dijangkau oleh nalar manusia.

2. Rasul yang diutus Allah ini selalu sesuai dengan perkembangan masyarakat, tetapi setelah masyarakat manusia telah mencapai kedewasaannya diutuslah Nabi Muhammad saw. Dan Nabi Muhammad saw itu dijadikan bukti kebenaran, sosoknya adalah bukti kebenaran, ajarannya Al-Quran adalah bukti kebenaran pula.

3. Kita tidak hanya dituntut untuk percaya pada Nabi Muhammad saw, tapi juga dituntut untuk mengikuti/meneladani beliau, hanya saja yang perlu digarisbawahi harus meneladani secara cerdas.

4. Sifat Nabi Muhammad saw yang menonjol adalah kasih kepada umatnya, rahmat kepada seluruh makhluk dan selalu menginginkan kebaikan kepada umat manusia.


Oleh Prof. Dr. M. Quraisy Shihab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar