Rabu, 27 Mei 2009
Jangan Sepelekan Dispepsia
Sindrom dispepsia alias gangguan maag, sering dikeluhkan anggota masyarakat yang datang ke praktik dokter. Bila keluhan sering kambuh, dokter sering disalahkan karena tak pintar mengobati. Sebenarnya apa sih dispepsia itu?
Hasil penelitian penduduk di perkotaan, khususnya di DKI Jakarta, tahun 2007, didapatkan prevalensi dispepsia sebesar 58,1 persen. Data tersebut mengemuka dalam seminar tentang gangguan abdominal dispepsia yang diadakan Pathlab dan Pengembangan Pendidikan Keprofesian Berkelanjutan (P2KB) di Jakarta, pekan lalu.
Survei lain yang dilakukan sebuah perusahaan obat, lima dari sepuluh orang atau satu dari dua orang profesional di kota besar, berpotensi menderita gangguan saluran pencernaan. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, jarak tempuh rumah dan kantor yang jauh, serta persaingan ketat, kerap menjadi alasan para profesional menunda bahkan lupa makan.
Hal itu masih diperparah dengan gaya hidup di kota besar yang kurang sehat. Akibatnya, potensi terserang penyakit gangguan saluran pencernaan semakin tinggi.
Menurut Dr. R. Marcellus Simadibrata, Sp.PD, KGEH, Ph.D, staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI, selama ini masyakarat keliru memahami penyakit maag. Sebenarnya istilah itu berhubungan dengan lambung.
Padahal, yang terkena bukan hanya lambung, melainkan organ saluran cerna yang lain. Istilah yang tepat adalah sindroma dispepsia.
Akut dan kronis
Sindroma dispepsia merupakan keluhan saluran cerna bagian atas berupa rasa nyeri atau tidak enak. Rasa tak enak di abdo men mencakup distensi, anoreksia, cepat kenyang, dan nausea.
Dikatakan Dr. Marcellus, dispepsia dapat diklasifikasikan atas beberapa sebab, yakni dispepsia tipe ulkus dan nonulkus (ada tidaknya ulkus di lambung), juga dispepsia tipe organik dan fungsional (ada tidaknya kelainan organik di lambung atau organ sekitar).
"Yang termasuk kelainan organik lambung antara lain ulkus lambung, tumor jinak-ganas dari lambung, dan gastritis berat," kata pria yang mendapat gelar Ph.D dari Universitas Amsterdam ini.
Menurut lamanya keluhan dapat dibagi atas dispepsia akut dan kronis. Dispepsia akut bila keluhan berlangsung kurang dari tiga bulan, sedangkan kronis bila berlangsung lebih dari tiga bulan.
Klasifikasi terakhir menurut jenis keluhan dan patofisiologisnya dapat dibagi atas tiga tipe, yakni dispepsia tipe dismotilitas, dispepsia seperti ulkus, dan dispepsia nonspesifik.
Didominasi mual
Gejala yang menyertai sindrom dispepsia tak hanya nyeri di ulu hati, tetapi didominasi rasa mual, kembung, perut terasa penuh, muntah, cepat kenyang, sering bersendawa, serta diare. Keluhan yang merupakan gejala sindroma dispepsia adalah nyeri di dada.
Keluhan ini muncul bukan sebagai gejala sakit jantung, meski penderita mungkin menyangkanya seperti itu. Keluhan nyeri dada sering dirasakan di malam hari, tidak jarang di siang hari. Ketika kita enak-enak duduk, tiba-tiba dada terasa sakit atau panas.
Untuk membedakan nyeri dada akibat dispepsia dengan nyeri akibat gangguan jantung, cukup dengan minum air putih. "Bila setelah minum air putih serangan hilang, kemungkinan besar disebabkan asam lambung," ungkapnya.
Bila Anda termasuk jarang sarapan pagi, berisiko terserang sindroma dispepsia. Di pagi hari kebutuhan kalori cukup banyak. Bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi asam.
Stres yang meningkat dan terlalu banyak pekerjaan juga dapat mencetuskan dispepsia. "Stres membuat tubuh mengeluarkan hormon endoktrin yang merangsang produksi asam lambung, jadi pencetusnya bukan langsung dari stresnya," tuturnya.
Dr. Marcellus menyarankan untuk menghindari kopi sebagai pengganti sarapan. Kafein juga bisa menjadi pencetus dispepsia. Begitu pula obat batuk dan obat sakit kepala yang mengandung kafein. Waspadai penggunaan obat antinyeri serta obat lain berisi asam befenamat atau asam asetilsalisilat. Hindari makanan pedas, asam, dan bersantan. Bagi yang diserang maag, jangan makan cokelat karena akan menambah nyeri.
Perlu endoskopi
Untuk mengetahui gangguan dispepsia, pemeriksaan laboratorium terdiri atas pemeriksaan tinja (telur cacing, parasit lain), darah perifer lengkap (Hb, Ht, leukosit dan trombosit), kimia darah (fungsi hati, gula darah), elektrolit darah, fungsi gondok (TSH, T4 dan T3 serum), infeksi Helicobacterpylori (serum IgG H.pylori, urea breath test), serta histopatologi (mukosa lambung).
Perlu juga pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas, kerena endoskopi memiliki sensitivitas dan spesifikasi tinggi dalam mendeteksi kelainan di lambung.
"Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya grastritis, tumor, dan ulkus di lambung," ujarnya.
Indikasi pemeriksaan endoskopi saluran cerna atas, antara lain bila penderita berusia di atas 45 tahun, punya riwayat kanker dalam keluarga dan tanda bahaya (alarm symptoms), antara lain anemia, demam, berat badan turun, muntah berat dan persisten, buang air besar disertai darah hitam.
Pemeriksaan penunjang lain adalah ultrasonografi, CT scan atau MRI abdomen, elektrogastrogafi, manometri, Ph-metri 24 jam. Ultrasonografi atau CT scan atau MRI abdomen memiliki sensitivitas dan spesifikasi tinggi dalam mendeteksi kelainan di luar saluran cerna, antara lain batu kandung empedu, masa tumor rongga abdomen. Elektrogastrografi untuk menilai gangguan motilitas lambung, sedangkan manometri menilai adanya refluks gastroesofageal.
Lakukan Pencegahan
Untuk menghindari gangguan dispepsia berikut komplikasinya, lakukan hal sederhana ini:
1. Biasakan hidup sehat dan makan teratur, hindari makanan yang dapat memicu produksi asam lambung berlebihan, kelola stres agar hormon yang terbentuk tidak merangsang produksi asam lambung, lalu sediakan obat-obat yang lengkap agar tak terjadi serangan.
2. Netralkan asam lambung dengan pengobatan antasida.
3. Kurangi produksi asam lambung dengan mengonsumsi golongan obat acid blocker.
4. Perkuat pertahanan mukosa lambung.
Catatannya: keempat pengobatan ini biasanya dilakukan pada penderita sindroma dispepsia cukup parah. Artinya, keluhannya sudah terlalu sering, sehingga mengganggu aktivitas, termasuk muntah-muntah. Dalam kondisi ini, harus dilakukan kombinasi yang cukup baik dan tidak bisa hanya dengan satu macam pengobatan.
Karena Suara Bising
Menurut Dr. R. Marcellus Simadibrata, Sp.PD, KGEH, Ph.D, peran stres karena suara bising pada pekerja pabrik berperan terhadap makin banyaknya sindrom dispepsia.
Beherapa penyebab dispepsia, yakni:
1. Dispepsia organik:
- Kelainan di lambung atau duodenum, seperti ulkus, tumor jinak/ganas, gastritis/duodenitis berat.
- Hati, seperti hepatitis, tumor jinak/ganas, abses.
- Pankreas, seperti pankreatisia akut/kronis, tumor jinak/ganas.
- Kandung empedu, seperti tumor, batu, infeksi.
- Saluran empedu, seperti tumor, batu, infeksi.
2. Dispepsia dismotilitas:
- Stres.
- Kelainan endokrin, seperti hipotiroid, diabetes melitus.
- Obat, seperti zat besi, theofilin, antibiotika.
- Gangguan metabolisme, seperti hipokalemia.
Sumber: Senior
Senin, 25 Mei 2009
Gerakan shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis penyakit.
Shalat ternyata tidak hanya menjadi amalan utama di akhirat nanti, tetapi gerakan-gerakan shalat paling proporsional bagi anatomi tubuh manusia. Bahkan dari sudut medis, shalat adalah gudang obat dari berbagai jenis pnyakit.
Allah, Sang Maha Pencipta, tahu persis apa yang sangat dibutuhkan oleh ciptaanNya, khususnya manusia. Semua perintahNya tidak hanya bernilai ketakwaan, tetapi juga mempunyai manfaat besar bagi tubuh manusia itu sendiri. Misalnya, puasa, perintah Allah di rukun Islam ketiga ini sangat diakui manfaatnya oleh para medis dan ilmuwan dunia barat. Mereka pun serta merta ikut berpuasa untuk kesehatan diri dan pasien mereka.
Begitu pula dengan shalat. Ibadah shalat merupakan ibadah yang paling tepat untuk metabolisme dan tekstur tubuh manusia. Gerakan-gerakan di dalam shalat pun mempunyai manfaat masing-masing. Misalnya:
Takbiratul Ihram
Berdiri tegak, mengangkat kedua tangan sejajar tlinga, lalu melipatnya di depan perut atau dada bagian bawah. Gerakan ini bermanfaat untuk melancarkan aliran darah, getah bening (limfe), dan kekuatan otot lengan. Posisi jantung di bawah otak memungkinkan darah mengalir lancer ke seluruh tubuh. Saat mengangkat kedua tangan, otot bahu meregang sehingga aliran darah kaya oksigen menjadi lancer. Kemudian kedua tangan didekapkan di depan perut atau dada bagian bawah. Sikap ini menghindarkan dari berbagai gangguan persendian, khususnya pada tubuh bagian atas.
Ruku’
Ruku’ yang sempurna ditandai tulang belakang yang lurus sehingga bila diletakkan segelas air di atas punggung tersebut tak akan tumpah. Posisi kepala lurus dengan tulang belakang. Gerakan ini bermanfaat untuk menjaga kesempurnaan posisi serta fungsi tulang belakang (corpus vertebrae) sebagai penyangga tubuh dan pusat saraf. Posisi jantung sejajar dengan otak, maka aliran darah maksimal pada tubuh bagian tengah. Tangan yang bertumpu di lutut berfungsi untuk merelaksasikan otot-otot bahu hingga ke bawah. Selain itu, rukuk adalah sarana latihan bagi kemih sehingga gangguan prostate dapat dicegah.
I’tidal
Bangun dari ruku’, tubuh kembali tegak setelah mengangkat kedua tangan setinggi telinga. I’tidal merupakan variasi dari postur setelah ruku’ dan sebelum sujud. Gerakan ini bermanfaat sebagai latihan yang baik bagi organ-organ pencernaan. Pada saat I’tidal dilakukan, organ-organ pencernaan di dalam perut mengalami pemijatan dan pelonggaran secara bergantian. Tentu memberi efek melancarkan pencernaan.
Sujud
Menungging dengan meletakkan kedua tangan, lutut, ujung kaki, dan dahi pada lantai. Posisi sujud berguna untuk memompa getah bening ke bagian leher dan ketiak. Posis jantung di atas otak menyebabkan daerah kaya oksigen bisa mengalir maksimal ke otak. Aliran ini berpengaruh pada daya pikir seseorang. Oleh karena itu, sebaiknya lakukan sujud dengan tuma’ninah, tidak tergesa-gesa agar darah mencukupi kapasitasnya di otak. Posisi seperti ini menghindarkan seseorang dari gangguan wasir. Khusus bagi wanita, baik ruku’ maupun sujud memiliki manfaat luar biasa bagi kesuburan dan kesehatan organ kewanitaan.
Duduk di antara sujud
Duduk setelah sujud terdiri dari dua macam yaitu iftirosy (tahiyat awal) dan tawarru’ (tahiyat akhir). Perbedaan terletak pada posisi telapak kaki. pada saat iftirosy, tubuh bertumpu pada pangkal paha yang terhubung dengan saraf nervus Ischiadius. Posisi ini mampu menghindarkan nyeri pada pangkal paha yang sering menyebabkan penderitanya tak mampu berjalan. Duduk tawarru’ sangat baik bagi pria sebab tumit menekan aliran kandung kemih (uretra), kelenjar kelamin pria (prostate) dan saluran vas deferens. Jika dilakukan dengan benar, posisi seperti ini mampu mencegah impotensi. Variasi posisi telapak kaki pada iftirosy dan tawarru’ menyebabkan seluruh otot tungkai turut meregang dan kemudian relaks kembali. Gerak dan tekanan harmonis inilah yang menjaga kelenturan dan kekuatan organ-organ gerak kita.
Salam
Gerakan memutar kepala ke kanan dank e kiri secara maksimal. Salam bermanfaat untuk bermanfaat untuk merelaksasikan otot sekitar leher dan kepala menyempurnakan aliran darah di kepala sehingga mencegah sakit kepala serta menjaga kekencangan kulit wajah.
Gerakan sujud tergolong unik. Sujud memiliki falsafah bahwa manusia meneundukkan diri serendah-rendahnya, bahkan lebih rendah dari pantatnya sendiri. Dari sudut pandang ilmu psikoneuroimunologi (ilmu mengenai kekebalan tubuh dari sudut pandang psikologis) yang di dalami Prof. Soleh, gerakan ini mengantarkan manusia pada derajat setinggi-tingginya. Mengapa?
Dengan melakukan gerakan sujud secara rutin, pembuluh darah di otak terlatih untuk menerima banyak pasokan oksigen. Pada saat sujud, posisi jantung berada di atas kepala yang memungkinkan darah mengalir maksimal ke otak. Artinya, otak mendapatkan pasokan darah kaya oksigen yang memacu kerja sel-selnya. Dengan kata lain, sujud yang tuma’ninah dan kontinu dapat memicu peningkatan kecerdasan seseorang.
Setiap inci otak manusia memerlukan darah yang cukup untuk berfungsi secara normal. Darah tidk akan memasuki urat saraf di dalam otak melainkan ketika seseorang sujud dalam shalat. Urat saraf tersebut memerlukan darah untuk beberapa saat tertentu saja. Ini berarti, darah akan memasuki bagian urat tersebut mengikuti waktu shalat, sebagaimana yang telah diwajibkan dalam Islam.
Riset di atas telah mendapat pengakuan dari Harvard University, Amerika Serikat. Bahkan seorang dokter berkebangsaan Amerika yang tak dikenalnya menyatakan diri masuk Islam setelah diamdiam melakukan riset pengembangan khusus mengenai gerakan sujud. Di samping itu, gerakan-gerakan dalam shalat sekilas mirip gerakan yoga ataupun peregangan (stretching). Intinya, berguna untuk melenturkan tubuh dan melancarkan peredaran darah. Keunggulan shalat dibandingkan gerakan lainnya adalah di dalam shalat kita lebih banyak menggerakkan anggota tubuh, termasuk jari-jari kaki dan tangan.
Sujud adalah latihan kekuatan otot tertentu, termasuk otot dada. Saat sujud, beban tubuh bagian atas ditumpukan pada lengan hingga telapak tangan. Saat inilah kontraksi terjadi pada otot dada, bagian tubuh yang menjadi kebanggan wanita. Payudara tak hanya menjadi lebih indah bentuknya tetapi juga memperbaiki fungsi kelenjar air susu di dalamnya.
Masih dalam posisi sujud, manfaat lain yang bisa dinikmati kaum hawa adalah otot-otot perut (rectus abdominis dan obliqus abdominis externus) berkontraksi penuh saat pinggul serta pinggang terangkat melampaui kepala dan dada. Kondisi ini melatih organ di sekitar perut untuk mengejan lebih dalam dan lebih lama yang membantu dalam proses persalinan. Karena di dalam persalinan dibutuhkan pernapasan yang baik dan kemampuan mengejan yang mencukupi. Bila otot perut telah berkembang menjadi lebih besar dan kuat, maka secara alami, otot ini justru menjadi elastis. Kebiasaan sujud menyebabkan tubuh dapat mengembalikan dan mempertahankan organ-organ perut pada tempatnya kembali (fiksasi).
Setelah melakukan sujud, kita melakukan gerakan duduk. Dalam shalat terdapat dua jenis duduk: iftirosy (tahiyat awal) dan tawaru’ (tahiyat akhir). Hal terpenting adalah turut berkontraksinya otot-otot daerah perineum. Bagi wanita, di daerah ini terdapat tiga liang yaitu liang persenggamaan, dubur untuk melepas kotoran, dan saluran kemih. Saat tawarru’, tumit kaki kiri harus menekan daerah perineum. Punggung kaki harus diletakkan di atas telapak kaki kiri dan tumit kaki kanan harus menekan pangkal paha kanan. Pada posisi ini tumit kaki kiri akan memijit dan menekan daerah perineum. Tekanan lembut inilah yang memperbaiki organ reproduksi di daerah perineum.
Pada dasarnya, seluruh gerakan shalat bertujuan meremajakan tubuh. Jika tubuh lentur, kerusakan sel dan kulit sedikit terjadi. Apalagi jika dilakukan secara rutin, maka sel-sel yang rusak dapat segera tergantikan. Regenerasi pun berlangsung dengan lancar. Alhasil, tubuh senantiasa bugar.
Menuru penelitian Prof. Dr. Muhammad Soleh dalam desertasinya yang berjudul “Pengaruh Shalat Tahajud terhadap Peningkatan Perubahan Respon Ketahanan Tubuh Imonologik: Suatu Pendekatan Neuroimunologi” dengan desertasi itu, Soleh berhasil meraih gelar doctor dalam bidang ilmu kedokteran pada program pasca sarjana Universitas Surabaya yang dipertahankannya beberapa waktu lalu.
Shalat tahajud ternyata bukan hanya sekedar shalat tambahan (sunah muakkad), tetapi jika dilakukan secara rutin dan ikhlas akan bisa mengatasi penyakit kanker. Secara medis, shalat tahajud mampu menumbuhkan respons ketahanan tubuh (imunologi) khususnya pada imunoglobin M, G, A, dan limfositnya yang berupa persepsi serta motivasi positif. Selain itu, juga dapat mengefektifkan kemampuan individu untuk menanggulangi masalah yang dihadapi.
Selama ini, ulama melihat ikhlas hanya sebagai persoalan mental psikis. Namun, sebetulnya permasalahan ini dapat dibuktikan dengan teknologi kedokteran. Ikhlas yang selama ini dipandang sebagai misteri dapat dibuktikan secara kuantitatif melalui sekresi hormon kortisol dengan parameter kondisi tubuh. Pada kondisi normal, jumlah kortisol pada pagi hari normalnya antra 38-690 nmol/liter. Sedangkan pada malam hari atau setelah pukul 24.00, jumlah ini meningkat menjadi 69-345 nmol/liter.
“Kalau jumlah hormone kortisolnya normal, dapat diindikasikan bahwa orang tersebut tidak ikhlas karena merasa tertekan. Demikian juga sebaliknya,” ujarnya seraya menegaskan temuannya ini membantah paradigma lama yang menganggap ajaran agama Islam semata-mata dogma atau doktrin.
Menurut Dr. Soleh, orang stress biasanya rentan sekali terhadap penyakit kanker dan infeksi. Dengan melakukan tahajud secara rutin dan disertai perasaan ihklas serta tidak terpaksa, seseorang akan memiliki respon imun yang baik serta besar kemungkinan terhindar dari penyakit infeksi dan kanker. Berdasarkan perhitungan medis, shalat tahajud yang demikian menyebabkan seseorang memiliki ketahanan tubuh yang baik.
Sumber: Eramuslim
Minggu, 24 Mei 2009
6 Janji yang Bikin Hubungan Makin Erat
Sepuluh tahun pernikahan, seringkali menjadi tantangan tersendiri. Karir yang mulai mapan, ditambah anak-anak yang semakin besar, membuat kita lupa bagaimana indahnya mendengar sweet promise atau janji manis dari pasangan.
Padahal janji manis adalah medium untuk membuat kita selalu jatuh cinta pada pasangan. Karena janji manis merupakan blueprint dari rasa cinta yang dilakoni setiap harinya. Psikolog John Gottman, PhD, bahkan menyakini, janji manis yang diucapkan setiap hari akan mengkristal dalam hati. "Kristalisasi inilah yang nantinya menjadi wujud nyata dari cinta."
Lalu janji manis seperti apa yang dapat melanggengkan komitmen berbagi hidup bersama pasangan?
"I vow to not go to bed angry"
Memberikan punggung pada pasangan usai bertengkar, ternyata bukan reaksi yang bijak. Penelitian yang dilakukan University of Washington mengungkapkan, pertengkaran yang dibawa tidur hanya akan meningkatkan gengsi ketimbang rasa sayang kita terhadap pasangan. Maka penelitian yang dilakukan pada Love Lab ini, mendorong setiap pasangan menyelesaikan masalah sebelum tidur. Tujuannya hanya satu, menyelesaikan permasalahan yang menguntungkan kedua belah pihak.
"I vow to keep our romance going -even when I'm not feeling romantic"
Kerja yang menumpuk yang dibayangi dengan acara rutin keluarga besar, sering kali membuat kita lupa akan kesenangan yang dilakukan sebelum menikah. Menonton film atau makan di restoran romantis, misalnya. Padahal momen berdua ini akan membuat kita dapat saling memperhatikan secara utuh. Habiskanlah waktu bersama di akhir pekan, untuk menyadari bahwa pasangan yang ada di samping kita adalah yang terbaik bagi kita.
"I vow to be honest"
Berapa kali kita rela menemani pasangan menonton siaran langsung sepak bola yang sebenarnya tidak kita sukai? Mencoba untuk menikmati, sebenarnya hanyalah menyiapkan bom waktu. Karena di dalam hati kita marah dan jenuh. Berjanji untuk menemani pasangan dalam keadaan suka dan duka, bukan berarti menyembunyikan kejujuran. Justru definisi cinta sejati adalah saat kita bisa jujur mengekspresikan apa yang kita rasa dalam kebersamaan.
"I vow to stay faithful -even if I'm tempted
Polling mengungkapkan 28 persen laki-laki yang sudah menikah, akan mengalami affair pada usia 50 tahun. Dan 17 persen perempuan yang sudah menikah, juga mengalami hal yang sama. Memiliki ketertarikan terhadap lawan jenis adalah hal yang wajar. Tapi yang membuat komitmen kita berbagi hidup selamanya lebih memiliki makna adalah ketika kita tidak ingin menguji diri kita sendiri.
"I vow to take care of myself"
Tanpa disadari menjaga dan merawat diri adalah cara untuk membuat pasangan kita selalu jatuh cinta. Kesehatan fisik dan emosi adalah modal utama untuk dapat mendampingi pasangan. Apabila kita sakit, pasangan kita pasti akan merasa kurang bersemangat menjalani rutinitas. Alhasil, hari-hari yang dijalani pun terasa lebih berat dari biasanya karena tidak ada kesenangan yang dapat dinikmati bersama.
"I vow to cultivate intimacy"
Tidak ada salahnya untuk menyediakan waktu untuk bermesraan. Waktu bermesraan ini, adalah cara untuk memperdalam ikatan dengan pasangan. Kita mendengarkan apa yang menjadi masalah terbesarnya, tanpa harus menggurui. Posisikan diri sebagai seorang pendangar yang baik. Kadang kala, memiliki pendengar yang baik adalah terapi terbaik untuk melepaskan stres.
Minggu, 24 Mei 2009 | 00:04 WIB
KOMPAS.com
Rabu, 20 Mei 2009
Ketika Cinta Terurai Menjadi Perbuatan
Kulitnya hitam. Wajahnya jelek. Usianya tua.
Waktu pertama kali masuk ke rumah wanita itu, hampir saja ia percaya kalau ia berada di rumah hantu. Lelaki kaya dan tampan itu sejenak ragu kembali. Sanggupkah ia menjalani keputusannya? Tapi ia segera kembali pada tekadnya. Ia sudah memutuskan untuk menikahi dan mencintai perempuan itu. Apapun resikonya.
Suatu saat perempuan itu berkata padanya, "Ini emas-emasku yang sudah lama kutabung, pakailah ini untuk mencari wanita idamanmu, aku hanya membutuhkan status bahwa aku pernah menikah dan menjadi seorang istri."
Tapi lelaki itu malah menjawab, "Aku sudah memutuskan untuk mencintaimu. Aku takkan menikah lagi."
Semua orang terheran-heran. Keluarga itu tetap utuh sepanjang hidup mereka. Bahkan mereka dikaruniai anak-anak dengan kecantikan dan ketampanan yang luar biasa. Bertahun-tahun kemudian orang-orang menanyakan rahasia ini padanya. Lelaki itu menjawab enteng, "Aku memutuskan untuk mencintainya. Aku berusaha melakukan yang terbaik. Tapi perempuan itu melakukan semua kebaikan yang bisa ia lakukan untukku. Sampai aku bahkan tak pernah merasakan kulit hitam dan wajah jeleknya dalam kesadaranku. Yang kurasakan adalah kenyamanan jiwa yang melupakan aku pada fisik."
Begitulah cinta ketika ia terurai jadi perbuatan. Ukuran integritas cinta adalah ketika ia bersemi dalam hati... terkembang dalam kata... terurai dalam perbuatan...
Kalau hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya.
Kalau hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan
dan tidak nyata...
Kalau cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon;
akarnya terhunjam dalam hati, batangnya tegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan.
Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh perbuatan.
Semakin dalam kita merenungi makna cinta, semakin kita temukan fakta besar ini, bahwa cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.
Rahasia dari sebuah hubungan yang sukses bertahan dalam waktu lama adalah pembuktian cinta terus menerus. Yang dilakukan para pecinta sejati disini adalah memberi tanpa henti. Hubungan bertahan lama bukan karena perasaan cinta yang bersemi di dalam hati, tapi karena kebaikan tiada henti yang dilahirkan oleh perasaan cinta itu. Seperti lelaki itu, yang terus membahagiakan istrinya, begitu ia memutuskan untuk mencintainya. Dan istrinya, yang terus menerus melahirkan kebajikan dari cinta tanpa henti.
Cinta yang tidak terurai jadi perbuatan adalah jawaban atas angka-angka perceraian yang semakin menganga lebar dalam masyarakat kita
Dudung Abdussomad Toha
Sifat-sifat Orang yang Mendapat Amalan Batin
Telah kita katakan bahwa kita mesti beribadah kepada Allah lahir dan batin. Ibadah lahir disebut syariat. Ibadah batin disebut hakikat. Orang yang sudah melaksanakan syariat akan terlihat oleh kita tandanya yaitu mengucap dua kalimah syahadah, shalat, puasa, zakat, haji, membaca Al Quran, selawat, zikrullah, menutup aurat, menuntut ilmu, bersilaturrahim dan cara hidup lainnya yang diperintahkan oleh Allah SWT dengan meninggalkan (tidak melakukan) segala sesuatu yang dilarang oleh Allah.
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati yang masih durhaka.
Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah sudah taat atau masih durhaka, akan ditunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan ibadah batin:
A. SYARIATNYA KUAT
Orang yang kuat beribadah batin pasti akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat). Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat ibadah batinnya.
Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja. Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak akan melangkah pergi.
Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya : Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." (Dan mereka berdoa), "Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat kembali" (Al Baqarah : 285)
Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan. Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan letih karena perjuangan.
Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan di luar jemaah.
Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan Allah.
Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan lain-lain.
Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep 'hati baik' itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ''Tidak shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak apa, asal hati kita baik.''
Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka pada Allah.
Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita akan kuat bersyariat.
B. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN
Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya (batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)
Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)
Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar Raad : 22)
: (Yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu masuk. (Ar Raad: 23)
(Sambil mengucapkan) "Salam sejahtera karena kesabaran kamu", maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)
Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah. Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup sebagai hamba dan rela menerima apa saja qada dan qadar Allah tanpa mempertanyakan lagi atau resah gelisah.
Untuk lebih jelas akan saya paparkan sifat-sifat hati yang saya maksudkan:
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya'.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga atau Neraka.
Duniadakwah.com
Begitu juga orang yang melakukan ibadah batin, terlihat juga tanda-tandanya. Tanda-tanda itu tidak dapat dilihat oleh mata lahir kita, sebab tersembunyi di dalam hati.
Hal itu hanya dapat dilihat oleh orang itu sendiri dengan merasakan gerak dan arah perjalanan hati kita. Hati yang sudah melakukan ibadah berbeda dengan hati yang masih durhaka.
Untuk mengetahui perbedaan itu supaya kita dapat mengenal hati kita, apakah sudah taat atau masih durhaka, akan ditunjukkan tanda-tanda atau sifat-sifat hati yang tinggi kedudukannya, yang dimiliki oleh orang-orang yang melakukan ibadah batin:
A. SYARIATNYA KUAT
Orang yang kuat beribadah batin pasti akan kuat pula ibadah lahirnya (syariat). Tetapi perlu diingat bahwa orang yang kuat syariat lahir saja belum tentu kuat ibadah batinnya.
Hal itu disebabkan pada diri kita, hati (jasad batin) adalah pemimpin sedangkan anggota-anggota lain (jasad lahir) sebagai pekerja. Kita makan karena hati kita menyuruh kita makan. Kaki dan tangan pun bekerja untuk mencari makanan. Kita hendak ke masjid adalah karena amalan hati kita. Kaki kita hanya menurut saja. Tetapi kalau hati tidak mau pergi walau masjid di sebelah rumah pun, kaki tidak akan melangkah pergi.
Begitu besarnya kuasa dan peranan hati dalam menentukan corak hidup kita. Sebab itu kalau hati sudah baik, taat menghambakan diri pada Allah, hati akan mengarahkan semua anggota lahir untuk tunduk menyembah kepada Allah SWT. Semua perintah Allah akan ditaati tanpa tanya jawab lagi. Semua larangan Allah akan ditinggalkan tanpa ragu-ragu.
Firman Allah : Terjemahannya : Dan mereka berkata, "Kami dengar dan kami taat." (Dan mereka berdoa), "Tuhan, kami mohon keampunanMu, dan kepadaMulah tempat kembali" (Al Baqarah : 285)
Shalat fardhunya baik, shalat sunat hajat dan lain-lain tidak ditinggalkan. Puasa sunat dianggap penting dan selalu dilakukan dengan senang hati. Membaca Al Quran, selawat, wirid, zikir, tahlil, tasbih dan tahmid dan lain-lain telah menjadi nyanyian rutin yang mengasyikkan. Berjuang untuk menyebarkan agama Allah terasa satu kewajiban yang mesti dilakukan sehingga tidak pernah jemu dan letih karena perjuangan.
Kuat berkorban harta, fikiran, waktu dan tenaga untuk membantu Islam dan umat Islam. Tidak bermewahan dengan rezeki pemberian Allah sekalipun halal dan hanya diambil sesuai keperluan saja. Kelebihannya diserahkan untuk jihad. Sebab itu rumahnya sederhana, pakaian, dan makan minum juga sederhana. Karena hatinya menyuruh tutup aurat maka ia akan melakukannya tanpa peduli apa yang dikatakan orang. Hatinya menyuruh berderma dan bersedekah maka ia akan melakukannya tanpa takut miskin dan bimbang pada hari depan. Hatinya menyuruh ia berjemaah sesama kaum muslimin maka ia pun ikut berjemaah tanpa ragu meninggalkan alam dan kawan di luar jemaah.
Karena hatinya menyuruh menghentikan pergaulan bebas maka ia akan berhenti tanpa takut kehilangan jodoh. Dan apa saja yang disuruh oleh hatinya, ia akan taat.
Hati yang taat dan takut pada Allah akan menyuruh kita mengikuti semua suruhan Allah. Tidak pernah terlintas dalam hati orang-orang soleh satu keinginan untuk durhaka pada Allah. Hatinya tidak pernah berencana untuk melakukan larangan Allah.
Sebab itu orang yang kuat ibadah batinnya, cukup kuat meninggalkan hal-hal yang haram, makruh dan syubhat. Tidak melakukan zina, tidak menipu, tidak minum arak, tidak berjudi, tidak mengambil pinjaman riba (bank) untuk membeli rumah atau mobil, tidak terlibat dengan suap, tidak berkhianat, tidak merokok, tidak mengumpat, tidak memfitnah, tidak bergaul bebas lelaki dan perempuan, tidak mubazir dan bermewah-mewah, tidak berfoya-foya, tidak terlibat dengan musik-musik haram, tidak bercintaan antara lelaki perempuan secara haram dan lain-lain.
Hati yang kuat dengan Allah akan melarang keras untuk terlibat dengan pekerjaan yang dikutuk oleh Allah. Hati yang sempurna ibadahnya akan menolak semua perkara yang dibenci Allah.
Tegasnya hanya hati kita yang bisa membetulkan diri kita dan hati juga yang bisa menjahanamkan kita. Kalau hati baik, tindakan kita akan baik. Dan kalau hati jahat, tindakan kita akan jahat juga.
Konsep 'hati baik' itu pun jangan disalah artikan. Jangan kita katakan, ''Tidak shalat pun tidak apa-apa, asalkan hati kita baik. Tidak menutup aurat pun tak apa, asal hati kita baik.''
Kalau kita katakan begitu, maka kita telah membuat dua kejahatan. Pertama kita telah berani membantah suruhan Allah karena shalat dan tutup aurat itu suruhan Allah. Kedua, kita menganggap hati kita baik, padahal hati kita masih durhaka pada Allah.
Hati yang tidak mau shalat atau tutup aurat itu adalah hati yang durhaka pada Allah. Hati yang baik adalah hati yang taat dan takut pada Allah. Bila hati taat maka kita akan mentaati seluruh perintah Allah. Bila hati kita baik kita akan kuat bersyariat.
B. MENDAPAT KEJERNIHAN ATAU KERINGANAN BATIN
Apabila seseorang hamba itu sudah mendapat kerohanian yang tinggi, hatinya (batinnya) akan menjadi suci dan ringan. Allah SWT berfirman :
Yaitu mereka yang memenuhi janji Allah dan tidak pula merusakkan perjanjian.(Ar Raad : 20)
Dan mereka menghubungi apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan (silaturrahim) dan mereka takut pada Tuhan mereka dan takut pada hisab yang buruk. (Ar Raad : 21)
Dan mereka juga bersabar dalam mencari keredhaan Tuhannya, mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan pada mereka secara sembunyi atau secara terang-terangan. Dan mereka menutupi kejahatan dengan kebaikan. Mereka itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).(Ar Raad : 22)
: (Yaitu) syurga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang soleh di kalangan bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedangkan malaikat-malaikat masuk menemui mereka di semua pintu masuk. (Ar Raad: 23)
(Sambil mengucapkan) "Salam sejahtera karena kesabaran kamu", maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (Ar Raad : 24)
Apabila ruh sudah suci dan ringan maka hati terasa ringan untuk mentaati Allah. Nafsu kita akan berubah dari nafsu yang rendah kepada nafsu mutmainnah. Di waktu itu kita akan senantiasa merasa kita adalah hamba Allah, ingin hidup sebagai hamba dan rela menerima apa saja qada dan qadar Allah tanpa mempertanyakan lagi atau resah gelisah.
Untuk lebih jelas akan saya paparkan sifat-sifat hati yang saya maksudkan:
1. Rasa malu kepada Allah karena senantiasa merasa diawasi oleh Allah SWT.
2. Rasa takut dan hebat pada Allah karena terasa diri selalu berada dalam kuasa Allah, sehingga Allah bisa berbuat apa saja seperti sakit, miskin, mati dan lain-lain.
3. Selalu merasa berdosa pada Allah, bukan hanya di depan manusia karena ada kesalahan tersembunyi yang tidak dapat diketahui seperti dosa-dosa hati. Sebab itu dia selalu menangis seorang diri, bukan di depan orang, karena takut dosanya tidak terampuni.
4. Tidak menunda-nunda urusan dengan Allah karena hati selalu merasa kedatangan maut itu bisa terjadi kapan saja.
5. Setiap kali membuat kesalahan yang kecil hatinya merasa takut dan terhina di depan Allah, sehingga cepat-cepat meminta ampun kepada Allah SWT.
6. Setiap kali selesai beramal, hati merasa itu adalah karunia Allah, bukan kemampuan dirinya. Dia tidak merasa bangga karena merasa amalannya tidak sempurna. Karena itu ia mengharapkan belas kasihan dari Allah agar menerima amalannya.
7. Kalau Allah menentukan satu peristiwa terjadi pada dirinya, hatinya akan redha dengan apa yang terjadi tanpa kesal dan keluh-kesah. Dia sadar dirinya yang rendah layak menerima apa pun takdir Allah.
8. Setiap kali melihat pemandangan alam yang indah, hati segera merasakan kebesaran Allah.
9. Kalau dia mendapat kejayaan atau nikmat, hatinya segera merasakan bahwa itu adalah pemberian dari Allah bukan kemampuan sendiri. Karena itu dia merasa takut pada Allah, karena menyalahgunakan atau kurang mensyukuri nikmat yang diperoleh.
10. Kalau dia menderita kemiskinan atau tidak memperoleh nikmat, hatinya terasa tentram karena dia merasa bebas dari tanggungjawab untuk menjaga amanah Allah.
11. Kalau mendapat musibah seperti sakit, hati bisa merasa tenang karena merasakan bahwa bencana (musibah) adalah kifaraf (balasan) dosanya. Dia merasa lebih baik dihukum di dunia daripada dihukum di akhirat. Penderitaan di dunia adalah pengampunan dosa di akhirat.
12. Bila mendapat pujian, hati merasa tidak senang sebab pujian itu tidak layak baginya dan bisa merusak rasa kehambaannya.
13. Kalau dikeji atau dihina orang, hatinya merasa kasihan pada orang yang menghinanya dan segera memaafkan orang itu tanpa diminta. Dia merasa bahwa dosanya telah menyebabkan dia dihukum seperti itu. Kalau tidak begitu dia tidak akan mendapat pahala dari penghinaan itu. Sebab itu dia tidak berniat sama sekali untuk membalas perbuatan orang itu.
14. Dia selalu berlapang dada berhadapan dengan aneka ragam manusia dan kesusahan yang manusia timpakan ke atasnya.
15. Dia tidak bangga dengan nikmat, tidak gelisah dengan musibah, tidak merasa tenang dengan pujian dan tidak menderita dengan cacian. Hatinya selalu merasa sebagai hamba yang serba kekurangan dan sangat memerlukan Allah SWT dalam setiap keadaan.
16. Kalau dia melihat atau mengetahui orang membuat maksiat, dia bersyukur pada Allah karena dirinya selamat dari maksiat. Sebab itu dia tidak menghina orang itu bahkan dia merasa kasihan, ingin menolong dengan memberi nasihat. Bahkan dia tidak menaruh sangka jahat pada orang itu. Dia menganggap kesalahan itu adalah karena tidak tahu, lupa ataupun tidak sengaja.
17. Ketika berhadapan dengan orang yang memarahinya, dia tidak ikut marah dan tidak melawan berdebat sekalipun dia benar.
18. Bila berhadapan dengan kepandaian orang lain, dia akan menerima ilmu atau kebenaran sekalipun dari seorang kanak-kanak. Kalau bermuzakarah dia tidak memperlihatkan bahwa dirinya pandai sehingga tidak merasa bangga diri Kalau ada yang memuji orang lain di hadapannya dia tidak sakit hati sebab dia faham bahwa kuasa hak Allah yang melebihkan dan mengurangkan nikmat pada hamba-hamba-Nya.
19. Kalau ada orang lain menyelesaikan kerjanya, dia tidak menggerutu sebab dia merasa dia dibantu.
20. Kalau dia digemari oleh banyak orang, dia tidak merasa bangga sebaliknya dia bimbang kalau hal itu membuat dirinya riya'.
21. Dia tidak makan seorang diri. Kalau memberi bantuan pada seseorang, tidak di hadapan orang lain.
22. Beramal dan betul-betul beribadah karena Allah bukan lagi karena Syurga atau Neraka.
Duniadakwah.com
Tipu Daya yang Menimpa Ulama
Kalangan Ulama ini ada beberapa golongan.
Salah satu golongan dari mereka, adalah kalangan yang terlalu mendalami ilmu-ilmu syari’at dan ilmu-ilmu rasionaI. Mereka sibuk dengan disiplin tersebut, namun mengabaikan penjagaan dirinya dari tindakan maksiat dan mengabaikan ketaatan. Mereka terpedaya oleh ilmunya sendiri. Anehnya, mereka menyangka memiliki posisi di hadapan Allah swt. Bahkan mereka berasumsi bahwa Allah tidak akan menyiksanya, karena ilmunya telah mencapai suatu tahap tertentu. Mereka merasa bisa memberi syafaat terhadap orang lain, dan mereka tidak terkena tuntutan dosa dan kesalahannya.
Mereka sebenarnya tertipu. Kalau saja mereka mau melihat dengan mata hati, pasti mereka akan menemukan titik pandang bahwa ilmu itu terbagi menjadi dua: Ilmu Muamalat dan Ilmu Mukasyafah, yaitu pengetahuan terhadap Allah swt. dan Sifat-sifat-Nya. Sementara Ilmu Muamalat berfungsi sebagai komplementer hikmah yang dituju, yaitu pengetahuan tentang halal dan haram, pengetahuan etika jiwa yang tercela dan terpuji.
Mereka itu seperti seorang dokter yang mampu mengobati orang lain, sedangkan ia sendiri ketika sakit sebenarnya mampu mengobati dirinya sendiri, tetapi hal itu tidak dilakukan. Lalu apa gunanya pengobatan tersebut? Sungguh jauh dari harapan, di mana terapi tidak akan bermanfaat kecuali orang yang mau meminum obat tersebut setelah merasakan demam. Mereka melupakan firman Allah swt.:
"Sungguh benar-benar berbahagia orang yang menyucikan jiwa dan benar-benar merugi orang yang mengotorinya". (Q.S. asy-Sayms: 9-10).
Allah tidak berfirman, "Barangsiapa yang mengetahui penyucian jiwa dan menulis ilmunya, serta mengajarkannya kepada manusia".
Mereka pun alpa terhadap sabda Nabi saw.:
"Barangsiapa bertambah ilmunya dan tidak tambah hidayahnya, maka tidak akan bertambah dari Allah kecuali jauh dari-Nya".
"Sesungguhnya orang yang paling tersiksa di hari Kiamat adalah seorang ilmuwan yang tidak diberi oleh Allah kemanfaatan atas ilmunya".
Dan hadis-hadis lainnya yang sepadan. Mereka itu adalah para Ulama yang tertimpa tipudayanya sendiri, dan semoga Allah menjaga kita dari tingkah laku mereka. Mereka sebenarnya terhimpit oleh kecintaan duniawi, egoisme dan mencari kemudahan dunia saja, sembari berangan-angan bahwa ilmunya mampu menyelamatkan dirinya di akhirat tanpa harus beramal.
Kelompok Pertama:
Sedangkan kelompok Ulama lainnya menekuni ilmunya dan amal-amal lahiriah, meninggalkan maksiat-maksiat lahiriah, namun alpa dengan kondisi ruhani jiwanya. Mereka tidak mau menghapus sifat-sifat tercelanya di hadapan Allah swt. seperti: sombong, riya’, dengki, ambisi posisi dan status, berhasrat buruk kepada sesama teman, mencari popularitas di tengah-tengah negeri dan penduduknya. Semua itu merupakan tipudaya, yang disebabkan oleh kealpaannya terhadap hadis Nabi saw.:
"Riya’ adalah syirik kecil".
"Dengki itu memakan kebaikan seperti api menghanguskan kayu kering".
"Cinta harta dan kemuliaan bisa menimbulkan kemunafikan dalam hati, seperti air menumbuhkan sayur mayur".
Dan hadis-hadis lainnya. Mereka pun melupakan firman Allah swt.:
"Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih". (Q.S. asy-Syu’ara’: 89).
Mereka alpa hatinya dan cukup dengan kesibukan amal lahiriah belaka. Padahal yang hatinya tidak patuh, tidak akan sah taatnya. Ia ibarat orang berpenyakit kudis, lantas dokter memerintahkan untuk mengoleskan dan meminum obat, tetapi ia hanya sibuk mengoleskan kulit luar saja, tanpa meminum obat. Akhirnya, penyakit luar hilang tetapi penyakit dalamnya masih bercokol. Padahal akar penyakit itu justru dari dalam, karenanya semakin bertambahlah penyakit dalamnya. Seandainya sumber penyakit dari dalam hilang, pasti yang di luar semakin ringan. Begitu pula kotoran-kotoran manakala bertengger dalam hati, akan tampak pengaruhnya pada fisik.
Kelompok Kedua:
Sekelompok Ulama lain mengenal etika batin dan mengetahui bahwa pelanggaran tersebut dicaci oleh syari’at. Hanya saja, karena mereka terlalu berbangga dan kagum pada diri sendiri, mereka menduga dirinya lepas dari cacian tersebut. Di sisi Allah, menurut mereka, telah bebas dari cobaan seperti itu. Mereka yang dicaci adalah kalangan awam, bukan pada pihak yang telah sampat pada taraf ilmu pengetahuan.
Sementara mereka kalangan Ulama merasa bebas dari sanksi tersebut, sehingga mereka terjerumus dalam khayalan kebesaran dan jenjang tahta, ambisi keluhuran dan kehormatan, dan mereka tertipu oleh dugaan mereka sendiri, bahwa cara yang mereka tempuh itu bukan sebagai tindak kesombongan. Mereka beralasan apa yang dilakukan, sebagai upaya memuliakan agama, menampakkan kemuliaan pengetahuan dan membantu agama Allah. Mereka Iupa pesta iblis karena tindakan mereka itu, mereka juga alpa bagaimana sebenarnya kontribusi Nabi saw. dan bagaimana kehinaan orang-orang kafir. Mereka juga lupa, bagaimana para sahabat bertawadhu’, merasa rendah hati, miskin dan tempat tinggal apa adanya. Sehingga Umar bin Khaththab r.a. pernah dikritik karena pakaiannya yang lusuh setibanya di Syam. Lalu Umar berkata, "Kami adalah kaum dimana Allah meninggikan kami dengan Islam. Kami tidak mencari kemuliaan selain Islam."
Kemudian tipudaya lain, memakai pakaian kebesaran untuk meraih kemuliaan agama, dan ia menduga bahwa dirinya memuliakan ilmu dan menghormati agama dengan tindakannya. Ketika mereka membahas rasa dengki teman-temannya atau mereka yang kontra terhadap ucapannya, ia tidak menduga bahwa tindakannya itu pun merupakan kedengkian pula.
Lantas ia berkelit, "Ini merupakan kemarahan demi kebenaran, mengkounter orang batil yang dilakukan melalui permusuhan dan kezalimannya." Tentu tindakannya merupakan tipudaya. Sebab manakala ia menusuk sesama temannya melalui kritiknya, kadang-kadang ia melontarkan bukan dengan amarah, tetapi dengan rasa gembira karena mampu mengkounter temannya. Kalau di hadapan manusia ia tampak marah, padahal hatinya gembira.
Terkadang lontarannya sebagai pamer pengetahuan, sembari berucap, "Tujuan saya, sebenarnya memberi kontribusi faedah kepada manusia," padahal ucapannya itu didasari riya’. Sebab bila tujuannya untuk membuat kebajikan kepada manusia, tentu ia pasti lebih senang bila tindakannya itu dilakukan oleh orang lain yang sepadan atau di atasnya, bahkan orang yang ada di bawahnya.
Kadang-kadang ketika memasuki rumah para penguasa, ia memuji-muji dan menampakkan kecintaannya. Ketika ditanya soal tindakannya itu, ia menjawab, "Tujuan saya adalah untuk kemanfaatan bersama ummat Islam, dan menolak bahaya dari penguasa itu." Padahal ia terkena tipudayanya sendiri. Tentunya, bila memang demikian tujuannya, pasti ia akan senang bila yang melakukan itu orang lain. Seandainya ada seseorang yang berkenan dan sukses perannya di hadapan penguasa, ia justru emosi pada tindakan orang lain itu.
Ketika ia bisa meraih harta dari penguasa, lantas muncul di benaknya bahwa harta itu haram, tiba-tiba syetan berbisik, "Ini harta tanpa pemilik, bisa dipakai untuk kemaslahatan ummat Islam. Andakan pemuka ummat dan pakar mereka. Karena Andalah agama ini bisa tegak."
Di sini ada tiga tipudaya:
Pertama, bahwa ada harta yang tidak ada pemiliknya.
Kedua, demi kemaslahatan ummat Islam.
Ketiga, ia adalah pemuka ummat. Lantas apakah ada seorang pemuka (Imam) kecuali orang yang menolak duniawi seperti para Nabi, para sahabat dan Ulama-ulama ummat yang utama? Dan sepadan mereka, sebagaimana Isa as. berkata, "Seorang alim yang buruk ibarat batu di pinggir jurang, tidak mencerap air tidak pula memancarkan air" yang dialirkan ke pertanian."
Kalangan pakar ilmu pengetahuan ataupun Ulama, banyak yang terpedaya, dan tindakan destruktifnya lebih banyak dibanding reformasi kebajikannya.
Kelompok Ketiga:
Mereka mampu mendefinisikan ilmu-ilmu pengetahuan dan menyucikan fisiknya, menampakkan ketaatan-ketaatannya, menjauhi kemaksiatan-kemaksiatan secara lahiriah, sementara mereka mengabaikan akhlak jiwa dari sifat-sifat qalbu, sehingga tetap memelihara riya’, dengki, takabur, dendam dan ambisi meraih posisi.
Mereka sedang berupaya memerangi diri mereka untuk bebas dari sifat-sifat tersebut, mereka ingin mencabut akar yang tumbuh dalam hatinya, tetapi mereka terpedaya.
Sebab dalam pelataran kalbunya ada sejumlah sisa-sisa tersembunyi, berupa rekayasa syetan dan cacat pengkhianatan nafsu yang semakin dalam dan curam. Mereka tidak mengerti bahkan kemudian mengabaikannya sama sekali. Padahal mereka ibarat orang yang ingin membersihkan tanaman dari rumput, ia mengelilingi tanaman itu dan meneliti setiap jengkal tanaman dan rumput yang ada. Tetapi ia tidak mencabut akar-akar rumput yang ada di dalam tanah, dengan menduga bahwa semuanya sudah selesai. Ketika alpa akan akar-akar rumput dalam tanah itu, rumput tumbuh kembali dan merusak tanaman.
Mereka itu seandainya mau berubah pasti akan berubah. Kadang-kadang mereka tidak mau bergaul dengan sesama, sebagai ekspresi kesombongannya, bahkan memandang mereka dengan sebelah mata. Terkadang mereka melakukan kritik terhadap ijtihad orang lain agar ia tidak dipandang sebelah mata saja.
Kelompok Keempat:
Para Ulama yang meninggalkan pentingnya ilmu pengetahuan. Mereka hanya membatasi ilmu fatwa saja dalam bidang hukum dan peradilan. Mereka lebih banyak menekuni bidang kerja duniawi yang berjalan untuk kebaikan kehidupan. Lantas mereka menekuni bidang ilmu yang disebut dengan fiqih. Mereka sebut disiplin itu dengan fiqih atau ilmu mazhab, sementara bersamaan dengan penekunannya tersebut mereka mengabaikan amal-amal yang lahiriah maupun batiniah. Mereka tidak menjaga fisik, tidak mengendalikan ucapan dari pergunjingan, mencegah perut dari barang haram, dan tidak mencegah untuk melangkah ke rumah-rumah penguasa. Jika demikian seluruh fisiknya, mereka pun tidak bisa mengatur hatinya dari sikap takabur, riya’, dengki dan seluruh sifat-sifat destruktif.
Mereka ini terpedaya oleh dua hal:
Pertama: Dari segi ilmu pengetahuan. Kami telah membangun terapinya dalam kitab Al-Ihya’. Bahwa mereka itu seperti orang sakit yang mengetahui obatnya dari para cendekiawan, namun tidak mau tahu dan tidak mau menggunakannya. Mereka itu sebenarnya disanjung oleh kehancuran, dari segi bahwa mereka meninggalkan penyucian dan konsentrasi hati. Mereka lebih sibuk dengan bab haid, denda, li’an, dzihar, sementara mereka mengabaikan konstruksi di dalam jiwanya. Mereka terpedaya oleh pengagungan orang-orang yang mengelilinginya, karena ia sebagai seorang hakim atau mufti yang menjadi rujukan. Bila mereka berpisah maka mereka saling menusukkan kejelekan masing-masing, namun ketika mereka bertemu, lontaran-lontaran mereka tidak muncul lagi.
Kedua: Juga dari segi ilmu pengetahuan. Bahwa mereka berasumsi, ilmu pengetahuan itu hanya ada pada bidangnya, dengan menduga ilmunya dapat menyelamatkannya. Padahal sarana yang bisa menyelamatkan adalah kecintaannya terhadap Allah swt. Cinta kepada Allah swt. tidak bisa diraih kecuali dengan ma’rifatullah. Ma’rifat ini ada tiga: Ma’rifat Dzat, Ma’rifat Sifat dan Ma’rifat Af’aal. Mereka ibarat orang yang menjual bekal di tengah jalan orang yang sangat membutuhkannya, sementara mereka tidak tahu bahwa fiqih (pemahaman) itu datang dari Allah, mengenal Sifat-Nya yang bersifat menakuti dan mencegah, agar hati senantiasa merasakan ketakutan, menekuni takwa, sebagaimana firman-Nya:
"Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa golongan untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya". (Q.S. at-Taubah: 122).
Di antara mereka ada yang membatasi bidang pengetahuan agama tersebut pada bidang fiqih belaka dengan menekuni dimensi polemik antar ulama (khilafiyah). Mereka tidak mencurahkan perhatian kecuali melalui metode perdebatan, disiplin dan menampakkan polemik, mempertahankan kebenaran semata bertujuan untuk bangga diri dan menang-menangan. Sepanjang siang dan malam mereka berdiskusi dalam soal pertentangan antarmazhab, mencaci kekurangan lawan atau terman.
Mereka sebenarnya tidak bertujuan mencari ilmu, tetapi untuk suatu gengsi di hadapan orang lain. Seandainya mereka sibuk dengan penjernihan hatinya, pasti tindakannya lebih baik dibanding pengetahuan yang tak bermanfaat kecuali sekadar manfaat dunia dan kesombongan. Padahal gengsi tersebut akan berubah menjadi neraka yang menjilat di akhirat nanti.
Padahal dalil-dalil mazhab tidak lebih dari Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw. Betapa buruknya tipudaya yang mereka geluti!
Kelompok Kelima:
Mereka sibuk dengan ilmu Kalam dan polemik, dan sibuk mengkounter lawan-lawannya yang kontra. Mereka memperbanyak wacana logika yang berbeda-beda, dan menekuni doktrin metodologi dalam melawan kelompok lain yang berbeda. Mereka ini ada dua kalangan:
Pertama, kalangan yang sesat dan menyesatkan, mereka terpedaya oleh kealpaannya melalui kesesatan yang dipeluk dengan dugaan kuat bahwa kesesatan itu bisa menyelamatkannya. Kelompok ini terpecah-pecah dan saling mengkafirkan satu sama lainnya. Mereka tersesat karena memvonis suatu pandangan tanpa mengetahui bukti dalil. dan metodologinya. Mereka menganggap dalil syubhat pun bisa dibuat pegangan dan akhirnya buktinya pun syubhat.
kedua, adalah kalangan yang meneliti secara detail, mereka berpandangan bahwa polemik merupakan persoalan prioritas dan menempati posisi utama dalam agama Allah. Mereka berasumsi bahwa tak seorang pun bisa sempurna agamanya sepanjang belum mengkaji detail. Siapa yang membenarkan Allah tanpa membuat penelitian dan kajian terhadap suatu premis, dia tidak dikategorikan sebagai Mukmin yang sempurna dan tidak bisa dianggap dekat dengan Allah swt. Mereka sarma sekali tidak menoleh pada generasi pertama, bahwa Nabi saw. yang disaksikan oleh mereka sebagai makhluk paling utama sama sekali tidak menuntut suatu dalil untuk keimanan seseorang. Abu Umamah al-Bahily r.a. pernah meriwayatkan dari Nabi saw. yang bersada:
"Suatu kaum tidak akan pernah sesat sama sekali kecuali jika perdebatan didatangkan kepada mereka".
Kelompok Keenam:
Mereka sibuk dengan nasihat, mengangkat derajat orang-orang yang membahas seputar akhlak jiwa dan sifat-sifat hati, berupa khauf, raja, sabar; syukur; tawakkal, zuhud, yaqin, ikhlas dan kejujuran. Mereka sebenarnya terkena tipudaya karena dugaannya jika berbicara tentang predikat-predikat tersebut dan berdakwah dengan mengajak manusia untuk mendisiplinkan dengan predikat itu, seakan-akan mereka telah memiliki predikat yang sama. Padahal mereka terlepas dari predikat tersebut kecuali sedikit orang saja, di mana kalangan awam tidak mengetahuinya.
Mereka sebenarnya terbelenggu tipudaya yang dahsyat. Sebab mereka kagum dengan dirinya sendiri.
Mereka menduga, bahwa mereka tidak menyelami ilmu cinta kepada Allah kecuali mereka pasti selamat saat itu.
Mereka pun merasa aman dan terampuni dosanya karena mereka hafal akan ucapan kalangan ahli zuhud, sementara amalnya sepi.
Mereka sebenarnya lebih dahsyat tipudayanya dibanding Ulama sebelumnya. Hal itu disebabkan:
· Mereka menyangka mencintai Allah dan Rasul-Nya, sementara mereka tidak mampu menyelami hakikat ikhlas kecuali mereka benar-benar ikhlas.
· Mereka tidak pernah berpijak pada cacat jiwa yang tersembunyi kecuali mereka merasa suci. Begitu pula seluruh sifat-sifatnya.
· Mereka mencintai dunia namun dengan menampakkan zuhud duniawi, padahal sangat ambisius dengan dunia dan kecintaannya yang kuat.
· Mereka menganjurkan ikhlas sementara mereka tak pernah berlaku ikhlas.
· Mereka menampilkan tindakan berdoa kepada Allah padahal mereka lari dari Allah swt.
· Mereka menampakkan ketakutan terhadap Allah padahal mereka merasa dirinya aman dari siksa Allah.
· Mereka berdzikir kepada Allah tetapi sebenarnya mereka lupa dengan-Nya.
· Mereka merasa dekat dengan Allah padahal mereka jauh dari-Nya.
· Mereka mencaci sifat-sifat tercela sedangkan sifat itu dipakai oleh diri mereka.
· Mereka menampakkan seakan-akan tidak butuh makhluk, namun hatinya ambisius agar manusia mengerumuninya.
Seandainya mereka dihalangi dari majelis-majelisnya di mana manusia berdoa kepada Allah di sana, dunia terasa sempit baginya.
Mereka menyangka melakukan kebajikan kepada manusia, namun seandainya ada orang lain lebih dahulu tampil dan berhasil dihadapannya, ia merasa gelisah dan dengki. Bila ada sebagian sahabatnya yang memuji orang lain yang kontra padanya, ia bersikap emosi kepada sahabatnya itu.
Mereka itu adalah kalangan yang benar-benar terkena tipudaya, dan jauh dari peringatan serta kembali pada jalan yang benar.
KelompokKetujuh:
Mereka beralih orientasi dari kewajiban prioritas dalam nasihat. Mereka adalah penasihat-penasihat zaman ini yang menyimpang, kecuali penasihat yang dilindungi oleh Allah swt. Mereka menekuni ketaatan, melakukan ekstase dan mengutip wacana-wacana dari aturan undang-undang syari’at dan keadilan, semata-mata agar dikagumi. Kelompok lain malah menggunakan kata-kata yang indah, dengan tujuan menciptakan sajak-sajak dan agar disaksikannya perasaan-perasaan bertemu dan berpisah dengan Tuhan.
Orientasi mereka agar dalam majelisnya ada semacam ekstase, walaupun dengan tujuan-tujuan yang destruktif Mereka sebenarnya adalah syetan-syetan manusia yang tersesat dan menyesatkan. Bila kelompok-kelompok di atas tidak introspeksi diri, toh masih ada orang lain yang mengoreksi dan meluruskan tindakan mereka.
Namun untuk kelompok terakhir ini mereka justru menghalangi jalan Allah, dan menyeret manusia pada tujuan-tujuan dan tipudaya kepada Allah dengan wacana-wacana penyimpangan, semata demi kemaksiatan dan kecintaan duniawi. Apalagi jika penasihat tersebut dihiasi dengan pakaian kebesayan dan penampilan, mereka berpidato di hadapan manusia agar selalu patuh, berharap rahmat kepada Allah swt., hingga mereka yang mendengarnya pun malah putus asa terhadap rahmat Allah swt.
Kelompok Kedelapan:
Mereka menerima ucapan ahli-ahli zuhud dan kisah-kisahnya dalam mencaci dunia, lantas mereka mengulanginya menurut apa yang telah dihafalnya tanpa menguasai makna sebenarnya. Salah seorang dari mereka lantas berdiri di atas mimbar memberi nasihat kepada orang lain, dan yang lain memberi nasihat di pasar-pasar sambil mengobrol ke sana-ke mari. Mereka menduga dirinya akan selamat di hadapan Allah, mendapat ampunan dengan menghafal ucapan ahli zuhud sementara amalnya sendiri kosong. Tentu mereka ini lebih dahsyat terpedayanya dibanding sebelumnya.
Kelompok Kesembilan:
Mereka menenggelamkan waktu-waktu mereka dalam bidang ilmu hadis, yakni dalam penyimakan hadis dan seluruh riwayatnya yang banyak. Mereka mencari-cari sanad-sanad yang asing dan tinggi. Hasrat mereka agar bisa berkeliling negeri dan meriwayatkan dari para syeikh, untuk selanjutnya ia bisa mengatakan, "Saya meriwayatkan dari Fulan, dan saya bertemu Fulan, saya mempunyai sanad-sanad yang tidak dimiliki orang lain."
Tipudaya yang melanda mereka ini dari berbagai segi, antara lain mereka seperti pembawa buku. Mereka tidak berkonsentrasi untuk memahami Sunnah dan merenungkan artinya, namun terbatas pada penukilan. Mereka menduga tindakannya itu sudah cukup, Sungguh jauh! Bahkan tujuan mempelajari hadis dari segi makna dan pemahamannya sirna begitu saja. Pertama-tama mempelajari hadis itu adalah mendengarkan, kemudian menghafal, lantas memahami, selanjutnya mengamalkan, baru menyebarkan. Mereka hanya membatasi diri mendengarkan kemudian tidak bisa membuat keputusan hukum dari ilmunya itu. Manakala tidak ada gunanya dengan pembatasan kerja mereka seperti itu, sementara hadis pada zaman ini bisa dibaca oleh anak-anak, mereka terpedaya dan alpa. Sementara syeikh yang membacakan hadis pun kadang-kadang lupa, sampai hadisnya bertumpuk namun tidak mengerti. Si murid bisa jadi tertidur ketika syeikh meriwayatkan hadis, dan sang syeikh tidak tahu ketika murid itu tidur.
Semua itu merupakan tipudaya. Prinsip dalam penyimakan hadis adalah mendengarkannya dari Rasulullah saw, lantas menghafalnya dan menyampaikannya sebagaimana adanya. Riwayat itu lahir dari hafalan, dan hafalan lahir dari penyimakan. Bila penyimakannya lemah dari Rasulullah saw, ia bisa mendengarkan atau menyimak dari sahabat atau tabi’in, sehingga sima’nya dari mereka seperti penyimakannya dari Rasulullah saw. Ia harus memperhatikan dan menghafal sebagaimana para sahabat dan tabi’in menghafal, sehingga tak satu huruf pun yang dilalaikan. Seandainya ragu ia tak berhak meriwayatkannya atau mengajarkannya. Dan ia harus menyalahkan bilamana ada kesalahan.
Penghafalan hadis bisa melalui dua metode. Pertama, melalui hati dengan cara kontinyu dan mengingat-ingat. Kedua, melalui penulisan apa yang didengar dan pentashihan apa yang tertulis, dan kemudian menghafalnya agar tidak ada tangan yang mengubahnya. Dalam hal ini hafalannya tertumpu pada kitab atau buku hadis, seharusnya buku-buku tersebut tersimpan rapi dalam perpustakaan dan terjaga agar tidak diubah orang lain. Ia tidak boleh menulis penyimakan yang dilakukan anak-anak, orang yang lupa dan orang yang tidur. Seandainya itu boleh, pasti penyimakan anak-anak boleh ditulis ketika dalam ayunan.
Dalam penyimakan hadis memang ada syarat-syarat yang cukup banyak. Tujuan mempelajari hadis adalah mengamalkan dan mengetahuinya. Hadis memiliki pemahaman yang banyak sebagaimana al-Qur’an. Riwayat dari Abu Sufyan bin Abul Khair al-Munhy, bahwa dirinya hadir dalam majelis Zahir bin Ahmad as-Sarkhasy. Hadis pertama yang diriwayatkannya adalah sabda Nabi saw.:
"Di antara kebajikan Islamnya seseorang adalah meninggalkan apa yang tak berguna".
Lantas ia berdiri dan berkata, "Ini sudah cukup bagiku hingga aku menuntaskan, kemudian barulah aku menyimak yang lain." Demikian itu merupakan penyimakan yang sebenarnya.
Kelompok Kesepuluh:
Mereka menekuni di bidang ilmu nahwu dan bahasa serta syair dan bahasa-bahasa langka. Mereka terpedaya di sini, karena menduga disiplin ilmunya bisa menyelamatkannya. Mereka merasa sebagai ulama ummat. Karena tegaknya agama dan Sunnah itu disertai ilmu nahwu dan bahasa. Lantas mereka tenggelam dalam bidang tersebut. Sungguh ini keterpedayaan yang besar. Kalau mereka berpikir pasti mereka tahu bahwa bahasa Arab itu seperti juga bahasa Turki. Orang yang mencurahkan hidupnya untuk bahasa Arab seperti orang lain yang mendalami bahasa Turki, India dan yang lainnya. Mereka hanya dibedakan adanya syari’at saja. Padahal bidang bahasa adalah untuk mengenal ilmul gharib dalam Kitab dan Sunnah. Dan dari segi nahwu ada yang berkaitan dengan Kitab dan Sunnah, sementara mendalami secara ekstrem sampai pada frekuensi tak terbatas adalah sikap berlebihan yang tidak perlu dilakukan. Pakar dalam hal ini sebenarnya terkena tipudaya.
Do It Before Tomorrow Comes
If you’re mad with someone,and nobody’s there to fix the situation…You fix it .
Maybe today, that person still wants to be your friend .
And if u don’t, tomorrow can be too late .
If you’re in love with somebody ,but that person doesn’t know… tell her/him.
Maybe today, that person is also in love with you .
And if you don’t say it,tomorrow can be too late .
If you really want to kiss somebody… kiss her/him.
Maybe that person wants a kiss from you, too .
And if you don’t kiss her/him today, tomorrow can be too late .
If you still love a person that you think has forgotten you… tell her/him.
Maybe that person have always loved you.
And if you don’t tell her/him today , tomorrow can be too late.
If you need a hug of someone…ask her/him for it.
Maybe they need it more than you do.
And if you don’t ask for it today, tomorrow can be too late.
If you really have friends who you appreciate… tell them.
Maybe they appreciate you as well.
That if you don’t and they leave or go far away today , tomorrow can be too late.
If you love your parents, and never had the chance to show them…do it .
Maybe you have them there to show them how you feel.
That if you don’t and they leave today , then tomorrow can be too late.
Jika seseorang mencintai kamu ............
Seseorang yang mencintai kamu,
tidak bisa memberikan alasan mengapa ia mencintaimu
Dia hanya tau, di mata dia, kamulah satu satunya.
Seseorang yang mencintai kamu,
sebenarnya selalu membuatmu
marah / gila / jengkel / stress
Tapi ia tidak pernah tau hal bodoh apa yang sudah ia lakukan,
Karma semua yang ia lakukan adalah untuk kebaikanmu.
Seseorang yang mencintai kamu,
jarang memujimu, tetapi di dalam hatinya kamu adalah
yang terbaik, hanya ia yang tau.
Seseorang yang mencintai kamu,
akan marah – marah atau mengeluh jika kamu
tidak membalas pesannya atau telponnya,
karna ia peduli dan ia tidak ingin sesuatu terjadi ke kamu.
Seseorang yang mencintai kamu,
hanya menjatuhkan air matanya di hadapanmu.
Ketika kamu mencoba untuk menghapus air matanya,
kamu telah menyentuh hatinya, dimana hatinya selalu
berdegup / berdenyut / bergetar untuk kamu.
Seseorang yang mencintai kamu,
akan mengingat setiap kata yang kamu ucapkan
Bahkan yang tidak sengaja dan ia akan selalu
menggunakan kata – kata itu tepat waktunya.
Seseorang yang mencintai kamu,
Tidak akan memberikan janji apapun dengan mudah,
karna ia tidak mau mengingkari janjinya.
Ia ingin kamu untuk mempercayainya n
ia ingin memberikan hidup yang paling bahagia n
aman selama – lamanya.
Seseorang yang mencintai kamu,
selalu memberitahumu untuk tidak berpikir lebih banyak.
Karna ia sudah merencanakan semuanya untuk mu,
ia ingin memberikan kehidupan yang terbaik di masa mendatang.
Ia ingin memberikanmu suatu kejutan,
percayalah dia dapat melakukannya.
Seseorang yang mencintai kamu,
mungkin tidak bisa mengingat kejadian / kesempatan
istimewa seperti perayaan hari ulang tahunnya,
tapi ia tau bahwa setiap detik yang ia lalui
ia mencintai kamu, tidak peduli hari apakah hari ini.
Seseorang yang mencintai kamu,
tidak mau berkata aku mencintaimu dengan mudah,
karna segalanya yang ia lakukan untuk kamu adalah untuk
menunjukkan bahwa ia siap mencintaimu,
tetapi ia akan mengatakan kata
I Love You pada situasi yang special,
karna ia tidak mau kamu salah mengerti,
dia mau kamu mengetahui bahwa ia mencintai diri mu.
Seseorang yang benar – benar mencintai kamu,
akan merasa bahwa sesuatu yang harus di katakan
hanya sekali saja,
karna ia berpikir bahwa kamu telah mengerti dirinya.
Jika berkata terlalu banyak, ia akan merasa
bahwa tidak ada yang akan membuatnya bahagia / tersenyum
The Greatest Pain in Life
This poem was written by a young girl who committed suicide some years ago. Perhaps if the people surrounding her had shown a little more love, and had paid more attention to her, her death could have been prevented. Remember that when going through life, you can’t judge a sad, lonely, or suicidal person by their facial expression. You need to get to know each person you come in contact with, cherish your friendship with them, and show them that you care.
The greatest pain in life
is not to die,
but to be ignored.
To lose the person you love so much
to another who doesn’t care at all.
To have someone you care so about so
much throw a party…
and not tell you about it.
When your favorite person on earth
neglects to invite you to his graduation.
To have people think that you don’t care.
The greatest pain in life,
is not to die,
but to be forgotten.
To be left in the dust after another’s great achievement.
To never get a call from a friend, just saying “hi”.
When you show someone your innermost thoughts
and they laugh in your face.
For friends to always be
too busy to console you
when you need someone to lift your spirits.
When it seems like the only person who cares about you,
is you.
Life is full of pain,
but does it ever get better?
Will people ever care about each other,
and make time for those who are in need?
Each of us has a part to play
in this great show we call life.
Each of us has a duty to mankind
to tell our friends we love them.
If you do not care about your friends
you will not be punished.
You will simply be ignored…
forgotten…
as you have done to others.
Source: http://www.butlerwebs.com/
Value your time!
Jack baru saja mendapatkan pelajaran berharga.
Ia membuka sebuah kotak keemasan dan ia mendapati di dalamnya sesuatu yang sangat berharga juga secarik kertas yang sangat berkesan.
Waktu kecil ia tinggal bersama ibunya di sebuah kota kecil. Ia bertetangga dengan seorang duda yang istrinya sudah meninggal. Duda itu tidak mempunyai anak dan hanya tinggal sendiri. Pria malang itu melihat Jack bertumbuh dari seorang anak-anak, sampai kencan pertamanya, lulus dari kuliah, bekerja dan menikah. Jack adalah seorang pekerja keras yang gila kerja.
Ia bahkan tidak ada waktu untuk putrinya dan istrinya. Setelah ia menikah, ia dan keluarganya tidak lagi tinggal di sebelah rumah pria tua itu. Mereka pindah.
Suatu hari Jack mendapat telepon dari ibunya, “Ingat Pak Belser? Ia meninggal dunia hari Selasa lalu. Pemakamannya hari Kamis pagi.”
Kenangan masa kecilnya berseliweran dalam dirinya.
Ia mengenang kembali masa-masa kecilnya dengan Pak Belser.
“Halo?” suara ibunya membangunkannya.
“Iya bu, aku akan ke sana hari Rabu,” kata Jack
“tapi kupikir Pak Belser sudah lupa tentang diriku.”
“Oh tidak, Jack,” kata ibunya, “Pak Belser selalu ingat padamu.
Ia ingat akan hari-hari di mana kamu main-main di balik pagar rumahnya dan hari ketika kamu duduk di pangkuannya ketika istrinya meninggal.”
“Beliau orang pertama yang mengajariku ilmu pertukangan. Tanpa beliau, aku tidak akan mungkin terjun ke usaha ini.” kata Jack.
Sesibuk-sibuknya Jack, ia kemudian mengatur ulang jadwalnya di hari Rabu dan Kamis. Ia menghargai Pak Belser seperti ayahnya sendiri dan ia sangat ingin ada di sana ketika pemakamannya.
Hari Rabu malam ia tiba di kampung halamannya. Ia dan ibunya kemudian berjalan ke rumah Pak Belser untuk terakhir kalinya. Di beranda, ia mengintip ke dalam rumah Pak Belser.
Terbesit banyak kenangan tentang masa kecilnya. Sofa yang sering ia duduk, meja makan di mana ia pernah memecahkan piring, telepon di sudut ruangan dan hey…
Jack terdiam sejenak.
“Kotak emas di ujung meja itu hilang!” seru Jack.
Ibunya bingung. Segera Jack menjelaskan tentang kotak emas di ujung meja itu. Ukurannya tak lebih dari satu jengkal orang dewasa dan bercat emas di luarnya. “Pak Belser selalu mengatakan itu miliknya paling berharga dan akan diberikan kepada seseorang yang layak menerimanya. Tapi setiap kali aku menanyakan isinya, ia selalu menjawab ‘Pokoknya berharga deh’.”
Dan sekarang kotak emas itu sudah tidak ada lagi. Dugaan Jack, mungkin diambil oleh seorang keluarga jauhnya.
Dua minggu kemudian setelah pemakaman, seorang kurir mengantarkan sebuah paket untuk Jack. Nama Jack tertulis di atas paket itu dengan tulisan yang sangat sulit dibaca. Jack membuka paket itu… Di dalamnya ada sebuah kotak emas (persis seperti kotak emas Pak Belser yang hilang itu) dan sepucuk surat .
Jack membaca surat itu,
“Setelah kepergianku, tolong sampaikan kotak ini kepada Jack Bennet. Ini adalah harta paling berharga yang kumiliki.” Sebuah kunci ada dalam amplop itu, kunci untuk membuka kotak itu. Hatinya bergetar, tanpa sadar ia menangis terharu, Jack perlahan membuka kotak itu. Di dalamnya dia menemukan sebuah jam saku yang indah yang terbuat dari emas. Dengan perlahan Jack membuka jam itu.
Di dalamnya terukir kata-kata yang tak pernah ia lupakan seumur hidupnya,
“Terima kasih, Jack, untuk waktumu. Ini saya berikan jam untukmu, sesuatu yang paling berharga bagiku. Harold Belser.”
“Yang ia hargai dariku adalah… waktuku.” serunya perlahan.
Ia menggenggam jam itu beberapa saat. Kemudian ia menelepon sekertarisnya dan membatalkan semua janjinya untuk dua hari ke depan. “Mengapa?” tanya Janet, sekertarisnya.
“Aku ingin menghabiskan waktu untuk keluargaku,” kata Jack, “dan Janet, terima kasih untuk waktumu.”
Sobat, di dunia ini ada dua hal yang tidak bisa ditarik kembali: itu adalah perkataan dan waktu. Waktu yang sudah lewat tidak akan bisa dikembalikan lagi. Waktu tidak bisa dipaksa mundur, tidak bisa diperlambat dan juga tidak bisa dipercepat. Waktu akan terus bergerak maju dengan kecepatan konstan.
Kita tidak akan bisa kembali ke masa kanak-kanak.
Kita tidak bisa mengulang satu peristiwa yang sama di waktu itu.
Sudahkah Anda memberi waktu pada diri Anda dan sesama Anda ?
Sudahkah orang lain menghargai waktu yang telah Anda korbankan kepada mereka ?
Posted by Administrator in V (Thursday February 19, 2009 at 10:02 pm)
Ternyata Ayah Itu Menakjubkan!
Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.
Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji! Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api itu.
Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka. Karena dia sadar itu adalah akhir masa kecil mereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil, tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.
Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis…. jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala (*_~).
Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa “melihat” para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup.
Ayah benar-benar senang membantu seseorang… tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.
Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah. Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu. Dan hasilnya?…. mmmmhhh…” tidak terlalu mengecewakan” (^_~).
Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. (*_~).
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.
Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam… walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.
Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya, ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
Ayah menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu dihari pertama masuk sekolah
AYAH ITU MURAH HATI…..
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang kamu butuhkan…. .
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya. ….
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka…..
Ia menghentikan apasaja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin bicara…
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya….
Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan merokoknya.. .. Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu….
Ayah akan berkata “tanyakan saja pada ibumu” ketika ia ingin berkata “tidak”.
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan “tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan”
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan sesuatu persis seperti caranya….
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri….
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah bisa melepaskannya.
Ayah mengira seratus adalah tip..; Seribu adalah uang saku..; Gaji pertamamu terlalu besar untuknya…
Ayah tidak suka meneteskan air mata …. ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertama kalinya, dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis). Ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu…ketika kau mimpi akan dibunuh monster… tapi…..ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata :” kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu,jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya”
Untuk masadepan anak lelakinya Ayah berpesan: “jadilah lebih kuat dan tegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dan cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu”
Dan untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan: “jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu”
Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik daripada kamu dulu….
Ayah bisa membuatmu percaya diri… karena ia percaya padamu…
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencoba melakukan yang terbaik….
Dan terpenting adalah… Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia akan membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.
Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt…!
Tau gak siii? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN
Makna Kehidupan
Tuhan yang Maha Baik memberi kita ikan,
tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya.
Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat,mungkin kamu tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang… mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.
Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan,
tetapi kehidupan lajang juga memiliki suka-duka.
Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah,
dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya.
Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya
sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.
Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah
hati seorang wanita.
Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.
Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga kita.
Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain…
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.
Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah.
Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.
Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan,
kegunaannya terletak pada penerapan yang benar,
orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal,
sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.
Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja,
tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.
Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar
meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan
kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.
Kamu tak bisa mengubah masa lalu….
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.
Bila Kamu mengisi hati kamu ….
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.
Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2009/05/makna-kehidupan.html
tetapi kita harus mengail untuk mendapatkannya.
Demikian juga Jika kamu terus menunggu waktu yang tepat,mungkin kamu tidak akan pernah mulai.
Mulailah sekarang… mulailah di mana kamu berada sekarang dengan apa adanya.
Jangan pernah pikirkan kenapa kita memilih seseorang untuk dicintai,
tapi sadarilah bahwa cintalah yang memilih kita untuk mencintainya.
Perkawinan memang memiliki banyak kesusahan,
tetapi kehidupan lajang juga memiliki suka-duka.
Buka mata kamu lebar-lebar sebelum menikah,
dan biarkan mata kamu setengah terpejam sesudahnya.
Menikahi wanita atau pria karena kecantikannya atau ketampanannya
sama seperti membeli rumah karena lapisan catnya.
Harta milik yang paling berharga bagi seorang pria di dunia ini adalah
hati seorang wanita.
Begitu juga Persahabatan, persahabatan adalah 1 jiwa dalam 2 raga
Persahabatan sejati layaknya kesehatan,
nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya.
Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu didalam hatimu
dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya.
Sahabat adalah tangan Tuhan untuk menjaga kita.
Rasa hormat tidak selalu membawa kepada persahabatan,
tapi jangan pernah menyesal untuk bertemu dengan orang lain…
tapi menyesal-lah jika orang itu menyesal bertemu dengan kamu.
Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran.
Dialah hiasan dikala kamu senang dan perisai diwaktu kamu susah.
Namun kamu tidak akan pernah memiliki seorang teman,
jika kamu mengharapkan seseorang tanpa kesalahan.
Karena semua manusia itu baik kalau kamu bisa melihat kebaikannya
dan menyenangkan kalau kamu bisa melihat keunikannya
tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan
kalau kamu tidak bisa melihat keduanya.
Begitu juga Kebijakan, Kebijakan itu seperti cairan,
kegunaannya terletak pada penerapan yang benar,
orang pintar bisa gagal karena ia memikirkan terlalu banyak hal,
sedangkan orang bodoh sering kali berhasil dengan melakukan tindakan tepat.
Dan Kebijakan sejati tidak datang dari pikiran kita saja,
tetapi juga berdasarkan pada perasaan dan fakta.
Tak seorang pun sempurna.
Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak.
Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar
meskipun terbukti salah.
Apa yang berada di belakang kita dan apa yang berada di depan
kita adalah perkara kecil berbanding dengan apa yang berada di dalam kita.
Kamu tak bisa mengubah masa lalu….
tetapi dapat menghancurkan masa kini dengan mengkhawatirkan masa depan.
Bila Kamu mengisi hati kamu ….
dengan penyesalan untuk masa lalu dan kekhawatiran untuk masa depan,
Kamu tak memiliki hari ini untuk kamu syukuri.
Jika kamu berpikir tentang hari kemarin tanpa rasa penyesalan
dan hari esok tanpa rasa takut,
berarti kamu sudah berada dijalan yang benar menuju sukses.
http://hilmanmuchsin.blogspot.com/2009/05/makna-kehidupan.html
Ilmu Adalah Pemimpin Amal
Alhamdulillah wa shalaatu wa salaamu ‘ala Rosulillah wa ‘ala alihi wa shohbihi wa man tabi’ahum bi ihsaanin ilaa yaumid diin.
Mu’adz bin Jabal –radhiyallahu ‘anhu- mengatakan,
العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
“Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan itu berada di belakang setelah adanya ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Bukti bahwa ilmu lebih didahulukan daripada amalan
Ulama hadits terkemuka, yakni Al Bukhari berkata, “Al ‘Ilmu Qoblal Qouli Wal ‘Amali (Ilmu Sebelum Berkata dan Berbuat)” Perkataan ini merupakan kesimpulan yang beliau ambil dari firman Allah ta’ala,
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ
“Maka ilmuilah (ketahuilah)! Bahwasanya tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu.” (QS. Muhammad [47]: 19)
Dalam ayat ini, Allah memulai dengan ‘ilmuilah’ lalu mengatakan ‘mohonlah ampun’. Ilmuilah yang dimaksudkan adalah perintah untuk berilmu terlebih dahulu, sedangkan ‘mohonlah ampun’ adalah amalan. Ini pertanda bahwa ilmu hendaklah lebih dahulu sebelum amal perbuatan.
Sufyan bin ‘Uyainah rahimahullah berdalil dengan ayat ini untuk menunjukkan keutamaan ilmu. Hal ini sebagaimana dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dalam Al Hilyah ketika menjelaskan biografi Sufyan dari jalur Ar Robi’ bin Nafi’ darinya, bahwa Sufyan membaca ayat ini, lalu mengatakan, “Tidakkah engkau mendengar bahwa Allah memulai ayat ini dengan mengatakan ‘ilmuilah’, kemudian Allah memerintahkan untuk beramal?” (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 1/108)
Al Muhallab rahimahullah mengatakan, “Amalan yang bermanfaat adalah amalan yang terlebih dahulu didahului dengan ilmu. Amalan yang di dalamnya tidak terdapat niat, ingin mengharap-harap ganjaran, dan merasa telah berbuat ikhlas, maka ini bukanlah amalan (karena tidak didahului dengan ilmu, pen). Sesungguhnya yang dilakukan hanyalah seperti amalannya orang gila yang pena diangkat dari dirinya.” (Syarh Al Bukhari libni Baththol, 1/144)
Ibnul Munir rahimahullah berkata, “Yang dimaksudkan oleh Al Bukhari bahwa ilmu adalah syarat benarnya suatu perkataan dan perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan itu tidak teranggap kecuali dengan ilmu terlebih dahulu. Oleh sebab itulah, ilmu didahulukan dari ucapan dan perbuatan, karena ilmu itu pelurus niat. Niat nantinya yang akan memperbaiki amalan.” (Fathul Bari, 1/108)
Keutamaan ilmu syar’i yang luar biasa
Setelah kita mengetahui hal di atas, hendaklah setiap orang lebih memusatkan perhatiannya untuk berilmu terlebih dahulu daripada beramal. Semoga dengan mengetahui faedah atau keutamaan ilmu syar’i berikut akan membuat kita lebih termotivasi dalam hal ini.
Pertama, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu di akhirat dan di dunia
Di akhirat, Allah akan meninggikan derajat orang yang berilmu beberapa derajat berbanding lurus dengan amal dan dakwah yang mereka lakukan. Sedangkan di dunia, Allah meninggikan orang yang berilmu dari hamba-hamba yang lain sesuai dengan ilmu dan amalan yang dia lakukan.
Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS Al Mujadalah: 11)
Kedua, seorang yang berilmu adalah cahaya yang banyak dimanfaatkan manusia untuk urusan agama dan dunia meraka.
Dalilnya, satu hadits yang sangat terkenal bagi kita, kisah seorang laki-laki dari Bani Israil yang membunuh 99 nyawa. Kemudian dia ingin bertaubat dan dia bertanya siapakah di antara penduduk bumi yang paling berilmu, maka ditunjukkan kepadanya seorang ahli ibadah. Kemudian dia bertanya kepada si ahli ibadah, apakah ada taubat untuknya. Ahli ibadah menganggap bahwa dosanya sudah sangat besar sehingga dia mengatakan bahwa tidak ada pintu taubat bagi si pembunuh 99 nyawa. Maka dibunuhlah ahli ibadah sehigga genap 100 orang yang telah dibunuh oleh laki-laki dari Bani Israil tersebut.
Akhirnya dia masih ingin bertaubat lagi, kemudian dia bertanya siapakah orang yang paling berilmu, lalu ditunjukkan kepada seorang ulama. Dia bertanya kepada ulama tersebut, “Apakah masih ada pintu taubat untukku.” Maka ulama tersebut mengatakan bahwa masih ada pintu taubat untuknya dan tidak ada satupun yang menghalangi dirinya untuk bertaubat. Kemudian ulama tersebut menunjukkan kepadanya agar berpindah ke sebuah negeri yang penduduknya merupakan orang shalih, karena kampungnya merupakan kampung yang dia tinggal sekarang adalah kampung yang penuh kerusakan. Oleh karena itu, dia pun keluar meninggalkan kampung halamannya. Di tengah jalan sebelum sampai ke negeri yang dituju, dia sudah dijemput kematian. (HR. Bukhari dan Muslim). Kisah ini merupakan kisah yang sangat masyhur. Lihatlah perbedaan ahli ibadah dan ahli ilmu.
Ketiga, ilmu adalah warisan para Nabi
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلاَ دِرْهَمًا إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa yang mengambilnya, maka dia telah memperoleh keberuntungan yang banyak.” (HR. Abu Dawud no. 3641 dan Tirmidzi no. 2682. Syaikh Al Albani dalam Shohih wa Dho’if Sunan Abi Daud dan Shohih wa Dho’if Sunan Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini shohih)
Keempat, orang yang berilmu yang akan mendapatkan seluruh kebaikan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barangsiapa yang Allah kehendaki mendapatkan seluruh kebaikan, maka Allah akan memahamkan dia tentang agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, “Setiap orang yang Allah menghendaki kebaikan padanya pasti akan diberi kepahaman dalam masalah agama. Sedangkan orang yang tidak diberikan kepahaman dalam agama, tentu Allah tidak menginginkan kebaikan dan bagusnya agama pada dirinya.” (Majmu’ Al Fatawa, 28/80)
Ilmu yang wajib dipelajari lebih dahulu
Ilmu yang wajib dipelajari bagi manusia adalah ilmu yang menuntut untuk diamalkan saat itu, adapun ketika amalan tersebut belum tertuntut untuk diamalkan maka belum wajib untuk dipelajari. Jadi ilmu mengenai tauhid, mengenai 2 kalimat syahadat, mengenai keimanan adalah ilmu yang wajib dipelajari ketika seseorang menjadi muslim, karena ilmu ini adalah dasar yang harus diketahui.
Kemudian ilmu mengenai shalat, hal-hal yang berkaitan dengan shalat, seperti bersuci dan lainnya, merupakan ilmu berikutnya yang harus dipelajari. Kemudian ilmu tentang hal-hal yang halal dan haram, ilmu tentang mualamalah dan seterusnya.
Contohnya seseorang yang saat ini belum mampu berhaji, maka ilmu tentang haji belum wajib untuk ia pelajari saat ini. Akan tetapi ketika ia telah mampu berhaji, ia wajib mengetahui ilmu tentang haji dan segala sesuatu yang berkaitan dengan haji. Adapun ilmu tentang tauhid, tentang keimanan, adalah hal pertama yang harus dipelajari karena setiap amalan yang ia lakukan tentunya berkaitan dengan niat. Kalau niatnya dalam melakukan ibadah karena Allah maka itulah amalan yang benar. Adapun kalau niatnya karena selain Allah maka itu adalah amalan syirik. Ini semua jika dilatarbelakangi dengan aqidah dan tauhid yang benar.
Penutup
Marilah kita awali setiap keyakinan dan amalan dengan ilmu agar luruslah niat kita dan tidak terjerumus dalam ibadah yang tidak ada tuntunan (alias bid’ah). Ingatlah bahwa suatu amalan yang dibangun tanpa dasar ilmu malah akan mendatangkan kerusakan dan bukan kebaikan.
‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz mengatakan,
من عبد الله بغير علم كان ما يفسد أكثر مما يصلح
“Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar, hal. 15)
Di samping itu pula, setiap ilmu hendaklah diamalkan agar tidak serupa dengan orang Yahudi. Sufyan bin ‘Uyainah –rahimahullah- mengatakan,
مَنْ فَسَدَ مِنْ عُلَمَائِنَا كَانَ فِيهِ شَبَهٌ مِنْ الْيَهُودِ وَمَنْ فَسَدَ مِنْ عِبَادِنَا كَانَ فِيهِ شَبَهٌ مِنْ النَّصَارَى
“Orang berilmu yang rusak (karena tidak mengamalkan apa yang dia ilmui) memiliki keserupaan dengan orang Yahudi. Sedangkan ahli ibadah yang rusak (karena beribadah tanpa dasar ilmu) memiliki keserupaan dengan orang Nashrani.” (Majmu’ Al Fatawa, 16/567)
Semoga Allah senantiasa memberi kita bertaufik agar setiap amalan kita menjadi benar karena telah diawali dengan ilmu terdahulu. Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat, amal yang sholeh yang diterima, dan rizki yang thoyib.
Alhamdulilllahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala alihi wa shohbihi wa sallam.
21 Jumadil Ula 1430 H
Al Faqir Ilallah
***
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel www.muslim.or.id
Seberkas Cahaya di Tengah Gelapnya Musibah
Segala puji bagi Allah Zat yang telah menciptakan kematian dan kehidupan dalam rangka menguji manusia siapakah di antara mereka yang terbaik amalnya. Zat yang telah mengutus Rasul-Nya dengan hidayah dan agama yang benar untuk dimenangkan di atas seluruh agama yang ada. Sholawat beriring salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi pembawa rahmah beserta keluarga dan sahabat juga seluruh pengikut mereka yang setia hingga tegaknya kiamat di alam semesta. Amma ba’du.
Saudaraku. Semoga Allah melimpahkan taufik untuk menggapai cinta dan ridho-Nya kepadaku dan dirimu. Perjalanan kehidupan terkadang membawamu terperosok dan jatuh dalam berbagai kesulitan. Kesulitan-kesulitan itu terasa berat bagimu. Dadamu seolah-olah menjadi sesak. Bumi yang begitu luas terhampar seolah-olah menjadi sempit bagimu. Apakah keadaan ini akan membawamu berputus asa wahai saudaraku, jangan. Akan tetapi bersabarlah. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
واعلم أن النصر مع الصبر ، وأن الفرج مع الكرب ، وأن مع العسر يسرا
“Dan ketahuilah, sesungguhnya kemenangan itu beriringan dengan kesabaran. Jalan keluar beriringan dengan kesukaran. Dan sesudah kesulitan itu akan datang kemudahan.” (Hadits riwayat Abdu bin Humaid di dalam Musnad-nya dengan nomor 636, Ad Durrah As Salafiyyah hal. 148)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada umatnya bahwa kesabaran itu bak sebuah cahaya yang panas. Dia memberikan keterangan di sekelilingnya akan tetapi memang terasa panas menyengat di dalam dada.
Sebuah Bab di Dalam Kitab Tauhid
Syaikh Al Imam Al Mujaddid Al Mushlih Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah ta’ala membuat sebuah bab di dalam Kitab Tauhid beliau yang berjudul, “Bab Minal iman billah, ash-shabru ‘ala aqdarillah” (Bab: Bersabar dalam menghadapi takdir Allah termasuk cabang keimanan kepada Allah).
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang bab yang sangat berfaedah ini:
“Sabar tergolong perkara yang menempati kedudukan agung (di dalam agama). Ia termasuk salah satu bagian ibadah yang sangat mulia. Ia menempati relung-relung hati, gerak-gerik lisan dan tindakan anggota badan. Sedangkan hakikat penghambaan yang sejati tidak akan terealisasi tanpa kesabaran. Hal ini dikarenakan ibadah merupakan perintah syariat (untuk mengerjakan sesuatu), atau berupa larangan syariat (untuk tidak mengerjakan sesuatu), atau bisa juga berupa ujian dalam bentuk musibah yang ditimpakan Allah kepada seorang hamba supaya dia mau bersabar ketika menghadapinya.
Maka hakikat penghambaan adalah tunduk melaksanakan perintah syariat serta menjauhi larangan syariat dan bersabar menghadapi musibah-musibah. Musibah yang dijadikan sebagai batu ujian oleh Allah jalla wa ‘ala untuk menempa hamba-hambaNya. Dengan demikian ujian itu bisa melalui sarana ajaran agama dan melalui sarana keputusan takdir. Adapun ujian dengan ajaran agama sebagaimana tercermin dalam firman Allah jalla wa ‘ala kepada Nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits qudsi riwayat Muslim dari ‘Iyaadh bin Hamaar. Dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda, ‘Allah ta’ala berfirman: Sesungguhnya Aku mengutusmu dalam rangka menguji dirimu. Dan Aku menguji (manusia) dengan dirimu.’ Maka hakikat pengutusan Nabi ‘alaihish shalaatu was salaam adalah menjadi ujian. Sedangkan adanya ujian jelas membutuhkan sikap sabar dalam menghadapinya. Ujian yang ada dengan diutusnya beliau sebagai rasul ialah dengan bentuk perintah dan larangan.
Untuk melaksanakan berbagai kewajiban tentu saja dibutuhkan bekal kesabaran. Untuk meninggalkan berbagai larangan dibutuhkan bekal kesabaran. Begitu pula saat menghadapi keputusan takdir kauni (yang menyakitkan) tentu juga diperlukan bekal kesabaran. Oleh sebab itulah sebagian ulama mengatakan, “Sesungguhnya sabar terbagi tiga; sabar dalam berbuat taat, sabar dalam menahan diri dari maksiat dan sabar tatkala menerima takdir Allah yang terasa menyakitkan.”
Karena amat sedikitnya dijumpai orang yang sanggup bersabar tatkala tertimpa musibah maka Syaikh pun membuat sebuah bab tersendiri, semoga Allah merahmati beliau. Hal itu beliau lakukan dalam rangka menjelaskan bahwasanya sabar termasuk bagian dari kesempurnaan tauhid. Sabar termasuk kewajiban yang harus ditunaikan oleh hamba, sehingga ia pun bersabar menanggung ketentuan takdir Allah. Ungkapan rasa marah dan tak mau sabar itulah yang banyak muncul dalam diri orang-orang tatkala mereka mendapatkan ujian berupa ditimpakannya musibah. Dengan alasan itulah beliau membuat bab ini, untuk menerangkan bahwa sabar adalah hal yang wajib dilakukan tatkala tertimpa takdir yang terasa menyakitkan. Dengan hal itu beliau juga ingin memberikan penegasan bahwa bersabar dalam rangka menjalankan ketaatan dan meninggalkan kemaksiatan hukumnya juga wajib.
Secara bahasa sabar artinya tertahan. Orang Arab mengatakan, “Qutila fulan shabran” (artinya si Fulan dibunuh dalam keadaan “shabr”) yaitu tatkala dia berada dalam tahanan atau sedang diikat lalu dibunuh, tanpa ada perlawanan atau peperangan. Dan demikianlah inti makna kesabaran yang dipakai dalam pengertian syar’i. Ia disebut sebagai sabar karena di dalamnya terkandung penahanan lisan untuk tidak berkeluh kesah, menahan hati untuk tidak merasa marah dan menahan anggota badan untuk tidak mengekspresikan kemarahan dalam bentuk menampar-nampar pipi, merobek-robek kain dan semacamnya. Maka menurut istilah syariat, sabar artinya: “Menahan lisan dari mengeluh, menahan hati dari marah dan menahan anggota badan dari menampakkan kemarahan dengan cara merobek-robek sesuatu dan tindakan lain semacamnya.”
Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Di dalam Al Quran kata sabar disebutkan dalam 90 tempat lebih. Sabar adalah bagian iman, sebagaimana kedudukan kepala bagi jasad. Sebab orang yang tidak punya kesabaran dalam menjalankan ketaatan, tidak punya kesabaran untuk menjauhi maksiat serta tidak sabar tatkala tertimpa takdir yang menyakitkan maka dia kehilangan banyak sekali bagian keimanan.”
Perkataan beliau “Bab Minal imaan, ash shabru ‘ala aqdaarillah” artinya: Salah satu ciri karakteristik iman kepada Allah adalah bersabar tatkala menghadapi takdir-takdir Allah. Keimanan itu mempunyai cabang-cabang. Sebagaimana kekufuran juga bercabang-cabang. Maka dengan perkataan “Minal imaan ash shabru” beliau ingin memberikan penegasan bahwa sabar termasuk salah satu cabang keimanan. Beliau juga memberikan penegasan melalui sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim yang menunjukkan bahwa niyaahah (meratapi mayat) itu juga termasuk salah satu cabang kekufuran. Sehingga setiap cabang kekafiran itu harus dihadapi dengan cabang keimanan. Meratapi mayat adalah sebuah cabang kekafiran maka dia harus dihadapi dengan sebuah cabang keimanan yaitu bersabar terhadap takdir Allah yang terasa menyakitkan.” (At Tamhiid, hal. 389-391).
Ridha Terhadap Musibah Melahirkan Hidayah
Allah ta’ala berfirman yang artinya,
مَا أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ وَمَن يُؤْمِن بِاللَّهِيَهْدِ قَلْبَهُ وَاللَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Tidaklah ada sebuah musibah yang menimpa kecuali dengan izin Allah. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah (bersabar) niscaya Allah akan memberikan hidayah kepada hatinya. Allahlah yang maha mengetahui segala sesuatu.” (QS At Taghaabun: 11)
Syaikh Muhammad bin Abdul ‘Aziz Al Qar’awi mengatakan, “Di dalam ayat ini Allah subhanahu wa ta’ala menginformasikan bahwa seluruh musibah yang menimpa seorang individu di antara umat manusia, baik yang terkait dengan dirinya, hartanya atau yang lainnya hanya bisa terjadi dengan sebab takdir dari Allah. Sedangkan ketetapan takdir Allah itu pasti terlaksana tidak bisa dielakkan. Allah juga menyinggung barang siapa yang tulus mengakui bahwa musibah ini terjadi dengan ketetapan dan takdir Allah niscaya Allah akan memberikan taufik kepadanya sehingga mampu untuk merasa ridho dan bersikap tenang tatkala menghadapinya karena yakin terhadap kebijaksanaan Allah. Sebab Allah itu maha mengetahui segala hal yang dapat membuat hamba-hambaNya menjadi baik. Dia juga maha lembut lagi maha penyayang terhadap mereka.” (Al Jadiid, hal. 313).
Alqamah, salah seorang pembesar tabi’in, mengatakan, “Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.”
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala mengatakan dalam penjelasannya tentang perkataan Alqamah ini:
“Ini merupakan tafsir dari Alqamah -salah seorang tabi’in (murid sahabat)- terhadap ayat ini. Ini merupakan penafsiran yang benar dan lurus. Hal itu disebabkan firman-Nya, ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ disebutkan dalam konteks ditimpakannya musibah sebagai ujian bagi hamba. ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah,’ artinya ia mengagungkan Allah jalla wa ‘ala dan melaksanakan perintah-Nya serta menjauhi larangan-Nya. ‘Niscaya Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ yakni supaya bersabar. ‘Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya’ supaya tidak merasa marah dan tidak terima. ‘Allah akan memberikan hidayah ke dalam hatinya,’ yakni untuk menunaikan berbagai macam ibadah. Oleh sebab itulah beliau (Alqamah) berkata, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan karena dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridho dan bersikap pasrah kepada-Nya.’ Inilah kandungan iman kepada Allah; ridho dan pasrah kepada Allah.” (At Tamhiid, hal. 391-392).
Dari ayat di atas kita dapat memetik banyak pelajaran berharga, di antaranya adalah:
1. Keburukan itu juga termasuk perkara yang sudah ditakdirkan ada oleh Allah, sebagaimana halnya kebaikan.
2. Penjelasan agungnya nikmat iman. Iman itulah yang menjadi sebab hati dapat meraih hidayah dan merasakan ketenteraman diri.
3. Penjelasan tentang ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu.
4. Balasan suatu kebaikan adalah kebaikan lain sesudahnya.
5. Hidayah taufik merupakan hak prerogatif Allah ta’ala.
(Al Jadiid, hal. 314).
Hukum Merasa Ridho Terhadap Musibah
Syaikh Shalih bin Abdul ‘Aziz Alusy Syaikh hafizhahullah ta’ala menjelaskan:
“Hukum merasa ridha dengan adanya musibah adalah mustahab (sunnah), bukan wajib. Oleh karenanya banyak orang yang kesulitan membedakan antara ridho dengan sabar. Sedangkan kesimpulan yang pas untuk itu adalah sebagai berikut. Bersabar menghadapi musibah hukumnya wajib, dia adalah salah satu kewajiban yang harus ditunaikan. Hal itu dikarenakan di dalam sabar terkandung meninggalkan sikap marah dan tidak terima terhadap ketetapan dan takdir Allah. Adapun ridho memiliki dua sudut pandang yang berlainan:
Sudut pandang pertama, terarah kepada perbuatan Allah jalla wa ‘ala. Seorang hamba merasa ridho terhadap perbuatan Allah yang menetapkan terjadinya segala sesuatu. Dia merasa ridho dan puas dengan perbuatan Allah. Dia merasa puas dengan hikmah dan kebijaksanaan Allah. Dia merasa ridho terhadap pembagian jatah yang didapatkannya dari Allah jalla wa ‘ala. Rasa ridho terhadap perbuatan Allah ini termasuk salah satu kewajiban yang harus ditunaikan. Meninggalkan perasaan itu hukumnya haram dan menafikan kesempurnaan tauhid (yang harus ada).
Sudut pandang kedua, terarah kepada kejadian yang diputuskan, yaitu terhadap musibah itu sendiri. Maka hukum merasa ridho terhadapnya adalah mustahab. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sakit yang dideritanya. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sebab kehilangan anaknya. Bukan kewajiban atas hamba untuk merasa ridho dengan sebab kehilangan hartanya. Namun hal ini hukumnya mustahab (disunahkan).
Oleh sebab itu dalam konteks tersebut (ridho yang hukumnya wajib) Alqamah mengatakan, ‘Ayat ini berbicara tentang seorang lelaki yang tertimpa musibah dan dia menyadari bahwa musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha’ yakni merasa puas terhadap ketetapan Allah ‘dan ia bersikap pasrah’ karena ia mengetahui musibah itu datangnya dari sisi (perbuatan) Allah jalla jalaaluhu. Inilah salah satu ciri keimanan.” (At Tamhiid, hal. 392-393).
Hikmah yang Tersimpan di Balik Musibah yang Disegerakan
Dari Anas, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, maka Allah segerakan hukuman atas dosanya di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan pada hamba-Nya maka Allah tahan hukuman atas dosanya itu sampai dibayarkan di saat hari kiamat.” (Hadits riwayat At Tirmidzi dengan nomor 2396 di dalam Az Zuhud. Bab tentang kesabaran menghadapi musibah. Beliau mengatakan: hadits ini hasan gharib. Ia juga diriwayatkan oleh Al Haakim dalam Al Mustadrak (1/349, 4/376 dan 377). Ia tercantum dalam Ash Shahihah karya Al Albani dengan nomor 1220).
Syaikhul Islam mengatakan:
“Datangnya musibah-musibah itu adalah nikmat, Karena ia menjadi sebab dihapuskannya dosa-dosa. Ia juga menuntut kesabaran sehingga orang yang tertimpanya justru diberi pahala. Musibah itulah yang melahirkan sikap kembali taat dan merendahkan diri di hadapan Allah ta’ala serta memalingkan ketergantungan hatinya dari sesama makhluk, dan berbagai maslahat agung lainnya yang muncul karenanya. Musibah itu sendiri dijadikan oleh Allah sebagai sebab penghapus dosa dan kesalahan. Bahkan ini termasuk nikmat yang paling agung. Maka seluruh musibah pada hakikatnya merupakan rahmat dan nikmat bagi keseluruhan makhluk, kecuali apabila musibah itu menyebabkan orang yang tertimpa musibah menjadi terjerumus dalam kemaksiatan yang lebih besar daripada maksiat yang dilakukannya sebelum tertimpa. Apabila itu yang terjadi maka ia menjadi keburukan baginya, bila ditilik dari sudut pandang musibah yang menimpa agamanya.
Sesungguhnya ada di antara orang-orang yang apabila mendapat ujian dengan kemiskinan, sakit atau terluka justru menyebabkan munculnya sikap munafik dan protes dalam dirinya, atau bahkan penyakit hati, kekufuran yang jelas, meninggalkan sebagian kewajiban yang dibebankan padanya dan malah berkubang dengan berbagai hal yang diharamkan sehingga berakibat semakin membahayakan agamanya. Maka bagi orang semacam ini kesehatan lebih baik baginya. Hal ini bila ditilik dari sisi dampak yang timbul setelah dia mengalami musibah, bukan dari sisi musibahnya itu sendiri. Sebagaimana halnya orang yang dengan musibahnya bisa melahirkan sikap sabar dan tunduk melaksanakan ketaatan, maka musibah yang menimpa orang semacam ini sebenarnya adalah nikmat diniyah. Musibah itu sendiri terjadi sesuai dengan ketetapan Robb ‘azza wa jalla sekaligus sebagai rahmat untuk manusia, dan Allah ta’ala Maha terpuji karena perbuatan-Nya tersebut. Barang siapa yang diuji dengan suatu musibah lantas diberikan karunia kesabaran oleh Allah maka sabar itulah nikmat bagi agamanya. Setelah dosanya terhapus karenanya maka muncullah sesudahnya rahmat (kasih sayang dari Allah). Dan apabila dia memuji Robbnya atas musibah yang menimpanya niscaya dia juga akan memperoleh pujian-Nya.
أُولَـئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَـئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Mereka itulah orang-orang yang diberikan pujian (shalawat) dari Rabb mereka dan memperoleh curahan rahmat.” (QS. Al Baqoroh: 157)
Ampunan dari Allah atas dosa-dosanya juga akan didapatkan, begitu pula derajatnya pun akan terangkat. Barang siapa yang merealisasikan sabar yang hukumnya wajib ini niscaya dia akan memperoleh balasan-balasan tersebut.” Selesai perkataan Syaikhul Islam dengan ringkas (lihat Fathul Majiid, hal. 353-354).
Dari hadits di atas kita dapat memetik beberapa pelajaran berharga, yaitu:
1. Penetapan bahwa Allah memiliki sifat Iradah (berkehendak), tentunya yang sesuai dengan kemuliaan dan keagungan-Nya.
2. Kebaikan dan keburukan sama-sama telah ditakdirkan dari Allah ta’ala.
3. Musibah yang menimpa orang mukmin termasuk tanda kebaikan. Selama hal itu tidak menimbulkan dirinya meninggalkan kewajiban atau melakukan yang diharamkan.
4. Hendaknya kita merasa takut dan waspada terhadap nikmat dan kesehatan yang selama ini senantiasa kita rasakan.
5. Wajib berprasangka baik kepada Allah atas ketetapan takdir tidak mengenakkan yang telah diputuskan-Nya terjadi pada diri kita.
6. Pemberian Allah kepada seseorang bukanlah mesti berarti Allah meridhoi orang tersebut.
(Al Jadiid, hal. 320 dengan sedikit penyesuaian redaksional).
Balasan Bagi Orang-Orang Yang Sabar
Allah ta’ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ {155} الَّذِينَ إِذَآ أَصَابَتْهُم مُّصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا للهِ وَإِنَّآ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ {156} أُوْلآئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتُُ مِّن رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُوْلآئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
“Sungguh Kami akan menguji kalian dengan sedikit rasa takut, kelaparan serta kekurangan harta benda, jiwa, dan buah-buahan. Maka berikanlah kabar gembira bagi orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila tertimpa musibah mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami ini berasal dari Allah, dan kami juga akan kembali kepada-Nya.’ Mereka itulah orang-orang yang akan mendapatkan ucapan sholawat (pujian) dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang memperoleh hidayah.” (QS Al Baqoroh: 155-157)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang tidak bersabar maka dia berhak menerima lawan darinya, berupa celaan dari Allah, siksaan, kesesatan serta kerugian. Betapa jauhnya perbedaan antara kedua golongan ini. Betapa kecilnya keletihan yang ditanggung oleh orang-orang yang sabar bila dibandingkan dengan besarnya penderitaan yang harus ditanggung oleh orang-orang yang protes dan tidak bersabar…” (Taisir Karimir Rahman, hal. 76).
Allah ta’ala juga berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya balasan pahala bagi orang-orang yang sabar adalah tidak terbatas.” (QS. Az Zumar: 10)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah berkata di dalam kitab tafsirnya, “Ayat ini berlaku umum untuk semua jenis kesabaran. Sabar dalam menghadapi takdir Allah yang terasa menyakitkan, yaitu hamba tidak merasa marah karenanya. Sabar dari kemaksiatan kepada-Nya, yaitu dengan cara tidak berkubang di dalamnya. Bersabar dalam melaksanakan ketaatan kepada-Nya, sehingga dia pun merasa lapang dalam melakukannya. Allah menjanjikan kepada orang-orang yang sabar pahala untuk mereka yang tanpa hitungan, artinya tanpa batasan tertentu maupun angka tertentu ataupun ukuran tertentu. Dan hal itu tidaklah bisa diraih kecuali disebabkan karena begitu besarnya keutamaan sifat sabar dan agungnya kedudukan sabar di sisi Allah, dan menunjukkan pula bahwa Allahlah penolong segala urusan.” (Taisir Karimir Rahman, hal. 721).
Semoga Allah memasukkan kita di kalangan hamba-hambaNya yang sabar.
Wa shalallahu ‘ala nabiyyina Muhammadin wa ‘ala aalihi wa shahbihi wa sallam.
***
Penulis: Abu Muslih Ari Wahyudi (Staf Pengajar Ma’had Ilmi)
Murojaah: Ustadz Abu Saad
Artikel www.muslim.or.id
Langganan:
Postingan (Atom)