Senin, 18 Mei 2009
Setiap Umat Diutus Rasul
Di antara bukti keadilan Allah adalah Dia tidak akan mengazab siapa pun sebelum diutus rasul kepada mereka yang menjelaskan kebenaran yang harus mereka ikuti dan kebatilan yang mesti mereka hindari. Oleh karenanya untuk setiap umat telah diutus pemberi peringatan kepada mereka yang menjelaskan ajaran tauhid dan syariat yang diturunkan untuk mereka.
وَلِكُلِّ أُمَّةٍ رَسُولٌ فَإِذَا جَاءَ رَسُولُهُمْ قُضِيَ بَيْنَهُمْ بِالْقِسْطِ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Tiap-tiap umat mempunyai rasul; maka apabila telah datang rasul mereka, diberikanlah keputusan antara mereka dengan adil dan mereka (sedikit pun) tidak dianiaya. (Yunus: 47)
Dari ayat ini dapat dipahami bahwa kepada setiap umat telah diutus pemberi peringatan oleh Allah swt. Namun bukan berarti rasul yang diutus harus berada di tengah-tengah mereka selalu, cukup lah informasi kebenaran yang dibawa oleh rasul tersebut sampai kepada mereka dengan benar dan jelas. Hal ini seperti keadaan kita yang hidup di zaman sekarang, di mana Nabi Muhammad saw yang telah wafat 14 abad yang lalu telah diutus kepada seluruh umat manusia sampai hari kiamat dan tidak ada nabi setelah beliau. Meskipun beliau tidak ada bersama kita, namun ajarannya yang sangat jelas serta terpelihara telah sampai kepada kita. Demikianlah makna ayat tersebut. (Lihat Tafsir Mafatihul Ghaib, Fakhruddin Ar-Razi ketika membahas surat Yunus ayat 47)
مَنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولًا
Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15)
Di dalam syariat Islam, dasar pertanggungjawaban seseorang di hadapan Allah swt adalah pengetahuan atau pemahaman tentang kebenaran. Oleh karena itu, orang-orang yang tidak mengetahui kebenaran karena dakwah tidak sampai kepada mereka, maka tidak ada azab Allah bagi mereka.
تَكَادُ تَمَيَّزُ مِنَ الْغَيْظِ كُلَّمَا أُلْقِيَ فِيهَا فَوْجٌ سَأَلَهُمْ خَزَنَتُهَا أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَذِيرٌ (8) قَالُوا بَلَى قَدْ جَاءَنَا نَذِيرٌ فَكَذَّبْنَا وَقُلْنَا مَا نَزَّلَ اللَّهُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا فِي ضَلَالٍ كَبِيرٍ (9) وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ (10)
Hampir-hampir (neraka) itu terpecah-pecah lantaran marah. Setiap kali dilemparkan ke dalamnya sekumpulan (orang-orang kafir), penjaga-penjaga (neraka itu) bertanya kepada mereka: “Apakah belum pernah datang kepada kamu (di dunia) seorang pemberi peringatan?” Mereka menjawab: “Benar ada”, Sesungguhnya telah datang kepada kami seorang pemberi peringatan, maka kami mendustakan(nya) dan kami katakan: “Allah tidak menurunkan sesuatupun; kamu tidak lain hanyalah di dalam kesesatan yang besar”. Dan mereka berkata: “Sekiranya Kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala”. (Al-Mulk: 8-10)
Ayat di atas menegaskan bahwa penduduk neraka diazab oleh Allah setelah dipastikan bahwa telah datang kepada mereka pemberi peringatan namun mereka mendustakannya. Hal ini lebih menegaskan kembali bahwa tersampaikannya peringatan oleh para Rasul alaihimussalam dan para da’i kepada seseorang atau suatu umat adalah syarat pertanggungjawaban dan hisab di sisi Allah swt. Oleh karena itu ada dua hal penting yang harus menjadi perhatian kita bersama:
Pertama, menjadi kewajiban para da’i untuk menyampaikan dakwah seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat sehingga tidak ada lagi komponen masyarakat yang tidak mendapat informasi yang benar tentang Islam. Apabila jumlah da’i belum memenuhi kebutuhan penyebaran dakwah di masyarakat, maka kewajiban dakwah meluas kepada yang lain yang belum terlibat dalam dakwah. Oleh karena itu dapat kita pahami betapa besar pahala dan kebaikan yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada siapa saja yang menjelaskan dakwah islamiyah ini kepada orang lain sebagaimana sabda Rasulullah saw:
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِينَ حَتَّى النَّمْلَةَ فِي جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ (رواه الترمذي عَنْ أَبِي أُمَامَةَ الْبَاهِلِيِّ)
Sesungguhnya Allah swt para malaikat-Nya, para penghuni langit dan bumi hingga semut-semut di sarangnya juga ikan di lautan pasti mendoakan para pengajar kebaikan untuk orang lain. (Tirmidzi dari Abu Umamah Al-Bahili)
Sebaliknya, kita juga memahami betapa besar dosa dan murka Allah bagi siapa saja yang menyembunyikan atau menyelewengkan informasi kebenaran yang sangat dibutuhkan oleh manusia yang telah dibawa oleh para nabi dan rasul alaihimussalam:
إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat mela’nati. Kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah yang Maha menerima taubat lagi Maha Penyayang. (Al-Baqarah: 159-160)
Kedua, menjadi kewajiban setiap orang untuk berusaha semaksimal kemampuannya dalam mencari informasi serta pengetahuan tentang kebenaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Orang yang memiliki kesempatan untuk belajar dan mengetahui kebenaran tetapi ia tidak mau menggunakan kesempatan nya itu, maka tidak akan diterima alasan ketidaktahuan nya itu dan ia tetap akan dihisab oleh Allah swt. Alasan tidak tahu kebenaran baru diterima jika ia telah berusaha sebaik mungkin namun ia tidak berhasil mendapatkannya. Akan tetapi janji Allah kepada mereka yang berusaha sungguh-sungguh adalah hasil yang manis:
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. dan Sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik. (Al-’Ankabut: 69)
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (Al-Isra: 36)
Benar, karena pendengaran dan penglihatan adalah sarana yang telah Allah berikan kepada manusia untuk belajar, sedangkan hati dan akal adalah tempat memutuskan apakah kita mau menerima kebenaran yang telah kita ketahui atau tidak. Apapun pilihan kita, ada tanggung jawab yang harus kita persiapkan di hadapan keadilan Allah swt kelak di hari akhir. Wallahu a’lam.
Oleh: Tim Kajian Manhaj Tarbiyah, dakwatuna.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar