Jumat, 15 Mei 2009
Antara Mistik dan Ilmiah
Ilmu tentang itu akan disebut magicology, miracology, dan divinology, yang berdampingan dengan ilmu pengetahuan konvensionil.
Ada hal-hal ajaib pada masa lalu yang kini telah menjadi hal biasa. Telepon genggam, teleconferencing, penerbangan antar benua, satelit cuaca, robot, teknologi laser, adalah contohnya. Saat ini, masih banyak hal-hal aneh dan gaib yang masih tetap misterius tanpa bisa dijelaskan oleh logika. Karomah para wali yang membuat mereka bisa berada di dua tempat pada saat yang sama, kesaktian kiai yang bisa membaca niat pikiran tamu yang menghadap, para pendeta Budhha di Tibet yang bisa melayang 50 cm di udara ketika bersemedi, dukun Voodoo Afrika yang bisa membuat orang di seberang lautan menjerit kesakitan, dan praktek-praktek gaib lainnya di berbagai pelosok dunia, memperagakan hal-hal yang tidak dipahami akal saat ini. Karena tidak bisa dimasukkan ke dalam cabang-cabang ilmu pengetahuan normal yang ada, maka hal semacam itu disebut paranormal.
Peter Lorie dan Sid Murray Clark, dua orang futurologis, meramalkan dalam bukunya History of the Future, bahwa 600 tahun kedepan, manusia akan mengadopsi mistik dan magic sebagai suatu realita dan merupakan sisi lain dari gejala ilmiah dalam kehidupan alam ini. Ilmu tentang itu akan disebut magicology, miracology, dan divinology, yang berdampingan dengan ilmu pengetahuan konvensionil. Kecenderungan ke arah sana sudah berlangsung. Ada penelitian tentang Extra Sensory Perception (ESP) yang mendalami kemampuan mengetahui benda di ruang lain hanya dengan “merasa”. Ada ilmu telepati yang menelusuri kemampuan berkomunikasi tanpa alat. Ada ilmu tele-kinetik yang bisa membengkokkan garpu dari jarak jauh. Manusia akan menyadari bahwa tidak semua benda harus berperilaku sesuai dengan ilmu pengetahuan yang berlaku.
Sebenarnya tidak usah menunggu enam abad lagi, Islam sudah sejak awal menetapkan bahwa percaya pada yang gaib adalah syarat menjadi orang bertakwa. Keutamaan ilmu dalam Islam tidak hanya merujuk pada ilmu sains teknologi modern saja, tetapi meliputi ilmu dalam segala dimensi yang sudah maupun yang belum ditemukan.
Saat ini, beberapa hal ajaib dan mistik mulai bisa dijelaskan secara ilmiah. Prof. Ir. Lilik Hendrajaya, M.Sc, Ph.D, mantan Rektor ITB, berhasil menjelaskan secara teori ilmu fisika tentang fenomena penumpukkan energi melalui latihan pernafasan. Tenaga yang didapat dengan menahan nafas bisa disalurkan secara ajaib sehingga membuat musuh terpental tanpa disentuh. Tenaga itu juga bisa dipakai untuk mendiagnosa penyakit melalui telepon.
Banyak orang yang menyangka bahwa itu adalah ilmu gaib, mistik, dan meminta bantuan Jin. Tetapi beliau secara ilmiah menguraikan bahwa darah manusia tersusun dari atom oksigen (02) dan atom besi (Fe). Pada waktu bernafas biasa, oksigen jumlahnya berlimpah dalam paru-paru dan molekul darah dengan mudah menyerapnya tanpa melakukan pengaturan apa-apa. Tetapi sewaktu nafas ditahan, cadangan oksigen dalam paru-paru secara berangsur-angsur berkurang diserap oleh darah yang terus mengalir. Supaya tetap mendapatkan kadar oksigen sejumlah yang diperlukan, molekul darah (hemoglobin) mengatur diri “berbaris” secara serial dengan urutan: atom besi (Fe) -- rantai protein -- atom besi (Fe) -- rantai protein, dan seterusnya. Akibatnya, darah di dalam pembuluh darah akan membentuk barisan simetris. Posisi ini akan memudahkan proses pengikatan oksigen dan oksidasi. Atom besi --yang bersifat paramagnetik dan ferromagnetik-- dalam hemoglobin yang tersusun simetris tadi, membuat darah menjadi bersifat magnetik teratur atau disebut terpolarisasi magnetik. Fenomena yang dihasilkan antara lain:
1. Tubuh manusia menjadi mengeluarkan medan magnet dan memiliki dua kutub, kutub utara dan kutub selatan.
2. Darah bermagnet yang mengalir menimbulkan medan magnet yang dinamik, yaitu memancarkan gelombang elektromagnet.
Pancaran medan magnet dari tubuh orang tersebut akan berinteraksi dengan medan magnet bumi, maupun dengan medan magnet yang berasal dari orang lain. Selanjutnya jika dua kutub yang terpancar searah dengan medan magnet luar, orang tersebut akan terdorong maju atau ke belakang. Sedangkan jika membentuk sudut dengan arah medan magnet luar, orang tersebut akan terputar. Medan magnet yang dipancarkan bisa menginduksi, mengimbas orang lain, sehingga tampak seperti menyedot atau memutar tubuh orang lain tanpa menyentuhnya. Hal ini juga bisa terjadi dalam praktek penyembuhan orang lain.
Pancaran gelombang elektromagnetik dari tubuh seseorang yang darahnya terpolarisasi, menghasilkan pancaran tenaga (panas) dan aura. Pancaran ini dapat “dilihat” oleh orang lain melalui suatu “tuning” yaitu interferensi dan resonansi dari dua gelombang yang berasal dari kedua orang tadi ketika frekuensinya sama. Interferensi ini menjadi jalan masuknya informasi antar kedua orang tadi. Bila jaraknya jauh, disebut telepati. Sedangkan fenomena biologis akibat terpolarisasinya darah adalah antara lain:
1. Darah yang molekulnya teratur, terpolarisasi, akan mudah dioksidasi, dibersihkan dari sel-sel asing dan sel-sel organ tubuh yang rusak akan mudah dibangun kembali dengan sari makanan yang dibawa oleh darah. Ini berarti lancarnya metabolisme. Darah yang tidak terpolarisasi, susunannya tidak teratur dan disela-selanya sering bersarang sel-sel asing, bakteri, virus sehingga sukar dioksidasi.
2. Debu elektrostatik dari luar tubuh, terutama debu virus atau kuman penyakit akan terlempar sebelum menyentuh tubuh, karena ditolak oleh medan magnet tubuh.
Secara fisika, suatu medan magnet terpolarisasi yang mengandung energi dan informasi dapat disimpan dalam zat yang juga magnetik. Contohnya penyimpanan data dalam pita kaset musik, disket komputer, compact disk, dsb. Penyimpanan tenaga dalam dapat bersifat sementara maupun permanen. Prosesnya berlangsung dengan jalan pengimbasan pada zat magnetik melalui kekuatan pikiran. Adapun zat magnetik yang baik untuk penyimpanan tersebut antara lain oksigen (02), darah, tanah liat, kristal, logam kelompok besi, kumparan logam (solenoid) dan air (H20).
Penemuan Prof. Lilik tersebut membuat kita tersentak. Betapa tipisnya batas antara mistik dan ilmiah. Kita harus terus berusaha memecahkan rahasia-rahasia kejadian ajaib secara ilmiah untuk menyelamatkan aqidah kita. Namun, kita pun tak boleh mengingkari adanya jalur ilmu berdimensi lain yang memang ada di alam ini.
Wallahu a’lam.
Penulis : Bambang Pranggono, seorang Penulis, Mubalig, salah seorang pendiri organisasi Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI).
Buku Beliau sudah diterbitkan adalah "Mozaik Dakwah". dan "Percikan Sains dalam Al Qur'an"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
menarik banget
BalasHapusizin copas ke blog pak