Jumat, 08 Mei 2009

Islam dan Teori Bumi Bundar


Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisiilmuwan dari Cordobasecara gemilang sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Bumi serta segala isinya merupakan bidang kajian yang menarik perhatian bagi para ilmuwan Islam di era keemasan. Peradaban Islam terbukti lebih awal menguasai ilmu bumi dibandingkan masyarakat Barat. Ketika Eropa terkungkung dalam ‘kegelapan’ dan masih meyakini bahwa bumi itu datar, para sarjana Muslim pada abad ke-9 M telah menyatakan bahwa bumi bundar seperti bola.

Wacana bentuk bumi bundar baru berkembang di Barat pada abad ke-16 M. Adalah Ni coulas Copernicus yang mencetuskannya. Di tengah kekuasaan Gereja yang dominan, Copernicus yang lahir di Polandia melawanarus dengan menyatakan bahwa seluruh alam semesta merupakan bola. Sejarah Barat kemudian mengklaim bahwa Copernicus-lah ilmuwan pertama yang menggulirkan teori bumi bulat.

Klaim Barat selama berabad-abad itu akhirnya telah terpatahkan. Sejarah kemudian mencatat bahwa para sarjana Islam-lah yang mencetuskan teori bentuk bumi itu. Para sejarawan bahkan memiliki bukti bahwa Copernicus banyak terpengaruh oleh hasil pemikiran ilmuwan Islam. Para sejarawan sains sejak tahun 1950-an mengkaji hubungan Copernicus dengan pemikiran ilmuwan Muslim dari abad ke-11 M hingga 15 M. Hasil penelitian yang dilakukan Edward S Kennedy dari American University of Beirut menemukan adanya kesamaan antara matematika yang digunakan Copernicus untuk mengembangkan teorinya dengan matematika yang digunakan para astronom Islam dua atau tiga abad sebelumnya.

Copernicus ternyata banyak terpengaruh oleh astronom Muslim, seperti Ibn Al Shatir (wafat 1375 M), Mu’ayyad Al Din Al ‘Urdi (wafat 1266 M), dan Nasir Al Din Al Tusi (wafat 1274 M). Seperti halnya peradaban Barat, masyarakat Cina yang lebih dulu mencapai kejayaan dibandingkan dunia Islam pada awalnya meyakini bahwa bumi itu datar dan kotak. Orang Cina baru mengubah keyakinannya tentang bentuk bumi pada abad ke-17 M setelah berakhirnya era kekuasaan Dinasti Ming. Sejak abad itulah, melalui risalah yang ditulis Xiong Ming-yu dengan judul Ge Chi Cao, wacana bentuk bumi bundar seperti bola mulai berkembang di Negeri Tirai Bambu itu.

Beberapa abad sebelum dua peradaban besar itu mulai mengakui bahwa bentuk bumi bundar, dunia Islam telah membuktikannya. Di bawah kepemimpinan Khalifah Al Ma’mun, pada tahun 830 M, Muhammad bin Musa Al Khawarizmi beserta para astronom lainnya telah membuat peta globe pertama. Tak hanya itu, para sarjana Muslim di era itu juga mampu mengukur volume dan keliling bumi.

Saat itu, para astronom Muslim menyatakan bahwa keliling bumi mencapai 24 ribu mil atau 38,6 ribu kilometer. Perhitungan yang dilakukan pada abad ke-9 M itu hampir akurat. Sebab, hanya berbeda 3,6 persen dari perkiraan yang dilakukan para ilmuwan di era modern. Sebuah pencapaian yang terbilang luar biasa dan mungkin belum terpikirkan oleh peradaban Barat pada masa itu. Atas permintaan Khalifah Abbasiyah ketujuh, para astronom Muslim sukses meng - ukur jarak antara Tadmur (Palmyra) hingga Al Raqqah di Suriah. Para sarjana Muslim menemukan fakta bahwa kedua kota itu ternyata hanya terpisahkan oleh satu derajat garis lintang dan jarak kedua kota itu mencapai 66 2/3 mil.

Pada abad ke-10 M, ilmuwan Muslim bernama Abu Raihan Al Biruni (973 M-1048 M) juga mengukur jari-jari bumi. Menurutnya, jari-jari bumi itu mencapai 6339,6 kilometer. Pengukurannya itu hanya kurang 16,8 kilometer dari nilai perkiraan ilmuwan modern. Saat itu, Al Biruni mengembangkan metode baru dengan menggunakan perhitungan trigonometri yang didasarkan pada sudut antara sebuah daratan dengan puncak gunung.

Teori bentuk bumi bundar seperti bola juga dinyatakan geografer dan kartografer (pembuat peta) Muslim dari abad ke-12 M: Abu Abdullah Muhammad Ibnu Al Idrisi Ashsharif. Pada tahun 1154 M, Al Idrisi ilmuwan dari Cordobasecara gemilang sukses membuat peta bola bumi alias globe dari perak. Bola bumi yang diciptakannya itu memiliki berat sekitar 400 kilogram.

Pada globe itu, Al Idrisi menggambarkan enam benua yang dilengkapi jalur perdagang an, danau, sungai, kota-kota utama, daratan, serta gunung-gunung. Tak cuma itu, globe yang dibuatnya itu juga sudah memuat informasi mengenai jarak, panjang, dan tinggi secara tepat. Guna melengkapi bola bumi yang dirancangnya, Al Idrisi pun menulis buku berjudul Al Kitab Al Rujari atau Buku Roger yang didedikasikan untuk sang raja.

Penjelajah asal Spanyol, Cristhoper Columbus, kemudian membuktikan kebenaran teori yang diungkapkan Al Idrisi. Berbekal peta yang dibuat Al Idrisi, Columbus mengelilingi bumi dan menemukan Benua Amerika yang disebutnya sebagai ‘dunia baru’. Pa da hal, bagi para penjelajah Muslim, benua itu bukanlah dunia baru karena telah disingga hinya beberapa abad sebelum Columbus. Da lam ekspedisi yang dilakukannya itu, Co lumbus meyakini bahwa bentuk bumi adalah bulat.

Secara resmi, para sarjana Muslim telah mengeluarkan kesepakatan bersama dalam bentuk ijmak tentang bentuk bumi bundar. Teori bentuk bumi bulat diyakini oleh Ibnu Hazm (wafat 1069 M), Ibnu Al Jawi (wafat 1200 M), dan Ibnu Taimiyah (wafat 1328 M). Penegasan ketiga tokoh Islam itu untuk memperkuat hasil penelitian dan penemuan yang dicapai astronom dan matematikus Muslim.

Secara sepakat, Abul Hasan ibnu Al Manaadi, Abu Muhammad Ibnu Hazm, dan Abul Faraj Ibnu Al Jawzi telah menyatakan bahwa bentuk bumi adalah bundar (istidaaratul aflaak). Ibnu Taimiyah melandas kannya pada Alquran surat Azzumar ayat 5. Allah SWT berfirman, ‘’... Dia memutarkan malam atas siang dan memutarkan siang atas malam ....’‘ Selain itu, para ulama juga berpegang pada surat Al Anbiyaa ayat 33. Allah SWT berfirman, ‘’Dan, Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar (falak) di dalam garis edarnya.’‘ Kata ‘falak’ dalam ayat itu, menurut para ulama, berarti bundar. Ibnu Taimiyah secara tegas kemudian menyatakan bahwa bentuk bumi bulat seperti bola.

Penegasan bentuk bumi bundar juga dinyatakan Abu Ya’la dalam karyanya berjudul Tabaqatal-Hanabilah. Dalam kitab itu, Abu Ya’la mengutip sebuah ijmak para ulama Muslim yang bersepakat bahwa bentuk bumi itu bundar. Ijmak itu diungkapkan oleh generasi keduamurid-murid para sahabat Nabi Muhammad SAW. Ilmuwan terkemuka Ibnu Khaldun (wafat 1406 M), dalam kitabnya yang fenomenal berjudul Muqaddimah, juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola. Pendapat itu diperkuat oleh Imam Ibnu Hazm Rohimahulloh dalam Al Fishol fil Milal wan Nihal. Menurutnya, tak ada satu pun dari ulama kaum Musliminsemoga Allah SWT meridhoi merekayang mengingkari bahwa bumi itu bundar dan tidak dijumpai bantahan atau satu kalimat pun dari mereka.

Dengan meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar, para sarjana Muslim kemudian menetapkan sebuah cara untuk menghitung jarak dan arah dari satu titik di bumi ke Makkah. Melalui cara itu, arah kiblat ditentukan. Kontroversi bumi bundar Pendapat bahwa bumi itu bundar di kalang an Islam ternyata tak bisa dikatakan bulat. Meski sebagian besar ilmuwan dan ulama Muslim meyakini teori bentuk bumi bulat, ada pula ulama yang tak sepakat. Kontroversi mengenai bentuk bumi juga berlaku dalam agama Nasrani. Ada yang menyatakan bumi itu datar seperti tercantum dalam Bibel dan ada pula yang sepakat bumi itu bundar.

Kontroversi itu sudah menjadi semacam sunnatullah. Ulama Muslim yang menyatakan bahwa bumi datar adalah Syuti (wafat 1505 M). Selain itu, pada tahun 1993 hingga 1995 beragam surat kabar dan majalah sempat ramai memuat pernyataan mantan grand mufti Arab Saudi, Ibnu Baz, yang menyatakan bahwa bumi itu datar. ‘’Bumi itu datar dan siapa saja yang menolak keyakinan itu adalah seorang di luar Islam,’‘ cetus Ibnu Baz seperti yang dikutip sejumlah surat kabar dan majalah kala itu. Pernyataan itu kontan membuat geger dunia Islam yang secara mayoritas meyakini bahwa bentuk bumi itu bundar. Namun, Ibnu Baz kemudian meluruskan penyataannya dan menyatakan pernyataannya telah dipersepsi secara salah.

By Republika Newsroom
Kamis, 19 Maret 2009 pukul 09:05:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar