Jumat, 08 Mei 2009

Pemimpin yang Shiddiq


Ada sebuah doa, "... waj'alna lil muttaqiina imaama" (... jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa). Kita harus bersungguh-sungguh mengupayakan diri dan keluarga kita menjadi pemimpin dan anutan bagi orang-orang yang bertakwa karena ada pemimpin untuk kejahatan, kezaliman dan kemaksiatan. Naudzubillah.

Nabi Muhammmad SAW adalah seorang pemimpin yang begitu mulia akhlaknya. Empat karakter kepemimpinan Rasulullah SAW yang harus kita teladani yaitu shiddiq, amanah, fathonah, dan tabligh. Semoga dengan karunia Allah kita bisa sedikit demi sedikit mencontohnya melalui bahasan sederhana yang mudah-mudahan dapat dipraktikkan (walau sekecil apapun) dalam kehidupan sehari-hari.

Shiddiq adalah orang yang membenarkan kebenaran, orang yang hidupnya benar dan terus menerus menyosialisasikan kebenaran sampai akhir hayatnya. Syarat pertama yang harus dimiliki pemimpin yang shiddiq adalah niat yang benar.Setiap pemimpin harus bertanya, "Apa sebenarnya niat saya menjadi pemimpin? Apakah hanya sekadar untuk meraup kekuasaan, agar bisa memerintah, untuk mendapatkan jabatan, atau agar dihormati dan disegani orang lain?"

Kalau niat menjadi pemimpin semata-mata karena embel-embel duniawi seperti di atas, maka ia tidak akan ada di hati orang-orang yang dipimpinnya, karena itu hanyalah topeng, maka di manapun dia memimpin dia akan jatuh. Seharusnya niat menjadi pemimpin adalah sebagai cerminan rasa syukur terhadap pengalaman, wawasan dan kemampuan yang dikaruniakan Allah SWT, agar semuanya itu dapat bermanfaat bagi sebesar-besar kepentingan umat.

Juga sebagai sarana untuk menyosialisasikan nilai-nilai kemuliaan Islam dan akhlak yang baik.Misalnya, jika diamanahi menjadi seorang rektor, kita dapat mengatur kampus agar tidak sekadar menghasilkan para sarjana, tetapi juga dapat membentuk para sarjana yang berakhlak mulia. Jika niat salah, maka amal akan salah, karena semua amal tergantung niat.

Yang kedua, pemimpin yang shiddiq tampak dari perkataannya yang selalu benar, tidak pernah berbohong, menambahi atau menutupi sesuatu agar tampak lebih baik dari kenyataannya. Perkataannya benar-benar dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, lihatlah seorang pemimpin dari perkataannya. Jika ada yang bohong, apalagi mengatakan kebohongan publik, maka berhati-hatilah. Sekali berbohong, maka ia tidak akan dipercaya lagi. Oleh karena itu kita harus bersungguh-sungguh menjaga agar setiap patah kata kita selalu benar.

Yang ketiga adalah berfikir benar. Tidak boleh pemimpin berfikir licik, menjatuhkan seseorang, menyebarkan isu dan fitnah. Bagaimana mungkin ia layak menjadi pemimpin jika memperolehnya dengan cara yang tidak benar. Tidak jarang seseorang yang menyuap demi mendapatkan suatu jabatan, setelah mendapatkannya ia berusaha untuk mengembalikan suapannya dengan cara-cara yang tidak benar. Pemimpin yang niatnya salah maka cara memperoleh dan berfikirnyapun akan salah.

Pemimpin yang benar itu seperti piramida terbalik, dia berfikir bagaimana mengeksploitasi kemampuan dirinya agar masyarakat bisa menjadi lebih baik. Tetapi pemimpin yang salah dia berfikir bagaimana masyarakat bisa dieksploitasi uang, tenaga dan hartanya. Ia lebih sibuk mengeksploitasi masyarakat untuk kepentingan dirinya daripada membangun masyarakat.

Pemimpin demikian tidak akan pernah dicintai. Yang keempat adalah berbuat benar. Pemimpin yang shiddiq akan bersungguh-sungguh berupaya agar hidupnya berada di jalan yang disukai Allah. Ia tidak pernah bermain-main dengan ketidakjujuran, tidak pernah berfikir licik, tidak pernah ada kecacatan dengan masalah keuangan, tidak tamak dan serakah.

Ia tidak akan kecewa posisinya dimutasi, jika sudah berupaya jujur dan benar. Ia tidak akan khawatir diturunkan jabatannya, jika posisinya menjadi lebih berpengaruh. Ia tidak akan risau disisihkan oleh manusia, asalkan kedudukannya di sisi Allah semakin meningkat. Karena sebenarnya kepemimpinan itu bukan pada jabatan, tetapi pada kemampuan untuk mempengaruhi dalam kebaikan.

Orang bisa bersikap benar jika ia mempunyai iman kepada Allah, sehingga ia tidak takut caci maki, cercaan, hinaan dan ancaman manusia, buah dari keyakinan bahwa Allah Mahaadil dan Mahamenyaksikan. Akan datang suatu masa di mana masyarakat Indonesia hanya mau memilih pemimpin yang track record, perjalanan kariernya baik dan bersih dari awal.Jika kini masih sukar ditemui pemimpin demikian, maka marilah kita bangun track record kita dari sekarang dengan menjadi orang yang shiddiq, benar tepercaya.

By Republika Newsroom
Rabu, 17 Desember 2008 pukul 13:29:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar