Senin, 11 Mei 2009

Terampil Memainkan Hidup


Hidup adalah keterampilan. Ia akan memiliki makna apabila kita terampil untuk memainkannya. Seseorang akan bisa menikmati perjalanan, apabila ia terampil mengendarai kendarannya. Begitu pula, seseorang akan berbicara dengan baik apabila ia terampil memilih kata dan nada bicara yang tepat. Untuk terampil kita membutuhkan dua hal, yaitu ilmu dan latihan. Siapa saja yang tidak mencintai dua hal ini, maka ia celaka dan mencelakakan orang lain. Masalah terbesar yang kita alami sekarang adalah tidak menguasai keterampilan untuk hidup.

Terkadang, untuk menentukan tujuan hidup pun kita masih kesulitan. Ketika punya tujuan, sering kali tujuan itu salah, ingin kaya, ingin terkenal, ingin memiliki jabatan tinggi, dan lainnya. Semua itu hanyalah tujuan yang sangat rendah nilainya. Karenanya, banyak di antara kita menghalalkan segala cara untuk meraihnya, walaupun harus melanggar nilai-nilai moral dan spiritual. Ia menggadaikan harga dirinya, karena cita-cita yang diinginkan rendah nilainya. Jangankan untuk membangun bangsa, keterampilan membangun cita-cita pun sangat sulit kita lakukan: apa yang hendak kita kerjakan hari ini dan esok lusa?

Apa yang ingin kita capai satu atau dua tahun ke depan? Ingin jadi apa kita sepuluh tahun ke depan? Semua itu merupakan pertanyaan yang sama sekali tidak bisa kita jawab. Nyaris, kita berbuat tanpa tujuan yang pasti. Padahal, keluarnya kita dari rumah akan memakan waktu. Sedangkan waktu adalah kekayaan terbesar yang dimiliki manusia. Lalu apa yang harus kita lakukan agar hidup kita lebih terarah dan bermakna? Hal pertama, rumuskan tujuan dan cita-cita hidup. Kita tidak mungkin sukses dalam hidup apabila tidak punya arah yang hendak dituju.

Orang yang tahu bahwa kereta akan beragkat jam delapan, pasti akan bersungguh-sungguh mempersiapkan diri agar tidak ketinggalan kereta. Hanya orang memiliki tujuan jelaslah yang akan memanfaatkan waktunya untuk kemajuan, sehingga setiap detiknya akan terasa efektif dan membawa kebaikan. Keterampilan menentukan tujuan adalah langkah awal bagi orang-orang yang akan sukses dalam hidupnya. Mulai sekarang, buat rencana ke depan. Ingin apa saya dalam hidup?

Ingin kaya, ingin berpenghasilan tinggi supaya bisa menyantuni orang lain, supaya bisa menolong orang yang membutuhkan? Buat target, berapa uang yang harus kita keluarkan dalam sebulan untuk bershadaqah. Kita sering tidak menyesal ketika tidak bershadaqah, tidak tahajud, tidak belajar, dan lainnya, karena kita tidak punya target untuk mencapainya. Kedua, keterampilan menyusun rencana. Nyaris, kita tidak memiliki rencana dalam hidup. Segala sesuatu ingin kita lakukan.

Nonton televisi, baca koran, ngobrol, bepergian, dan lainnya sering tidak memakai perencanaan. Bayangkan, waktu yang sangat berharga lolos begitu saja, karena kita tidak punya target dan perencanaan. Maka benar pepatah yang mengatakan, gagal merencanakan, sama dengan merencanakan kegagalan. Kita sering tidak punya perencanaan harian, mingguan, atau bulanan, apalagi tahunan. Oleh karena itu, kita jangan bersembunyi di balik kata tawakal.

Tawakal itu masalah hati. Akal dan fisik kita punya urusan lain. Tawakal akan bermakna apabila kita berusaha semaksimal mungkin untuk memeras pikiran dan mendayagunakan fisik. Jangankan untuk mengarungi hidup yang demikian kompleks, untuk memasak telur dadar saja, kita membutuhkan proses dan tahapan yang harus benar urutannya. Bagaimana anak kita akan mampu berbuat banyak dalam hidupnya, bila kita orang tuanya tidak membantu mereka untuk menemukan jalan yang tepat dalam hidup.

Setiap aktivitas hidup harus didasarkan pada perencanaan yang baik agar hasil yang didapat bisa baik pula. Sebagai contoh dalam hal keuangan, belilah barang yang benar-benar kita butuhkan dan akan membawa kebaikan dunia dan akhirat. Berusaha semaksimal mungkin dalam merencanakan dan bekerja, perkara hasil itu ada dalam genggaman Allah. Faidza azamta fatawakal alallah. Ketiga, terampil untuk konsisten dan istiqamah. Kita menjadi lemah, salah satu sebabnya karena kita mudah sekali terpengaruh dan tidak memiliki keteguhan memegang prinsip.

Semua ini berawal dari tidak adanya program yang jelas dalam hidup. Hidup ini akan enak untuk dijalani apabila kita memiliki konsistensi. Satu hal yang meyebabkan orang tidak konsisten adalah mudah tersinggung dan mudah sakit hati. Semua ini akan memakan energi dan waktu. Setiap ucapan, hinaan, dan cacian, harusnya bisa membuat kita lebih dewasa dan lebih bersemangat untuk secara konsisten membuat bukti, hingga mereka menyaksikan bahwa yang dituduhkannya tidak benar.

Tidak ada yang bisa memungkiri adanya bukti. Kita harus hemat dari sakit hati, dari dongkol, dari ketersinggungan, dan bekerja keraslah untuk memberikan bukti. Apapun yang dituduhkan orang lain kepada kita, seharusnya membuat energi kita semakin bertambah agar bisa menghasilakan karya yang monumental. Tampaknya kita harus mulai terampil untuk memperjelas tujuan dalam hidup dan memperjelas seperti apakah ridha Allah tersebut. Ridha Allah itu harus kita jabarkan dalam pekerjaan yang konkret. Ridha Allah itu ada dalam menolong orang tua, membangun umat, menyebarkan ilmu yang berguna, sehingga hilang kebodohan di kalangan umat.

Terus buat teknik-teknik terbaik, bagaimana menolong tetangga yang efektif, bagaimana cara terbaik untuk memajukan umat, dan lainnya. Banyak orang yang tidak berprestasi karena terpengaruh celetukan dan ocehan orang-orang yang tidak suka. Ini sangat tidak profesional, karena orang besar hanya akan memikirkan hal besar dan tidak akan terpengaruh oleh hal-hal remeh seperti itu. Banyak hal yang harus kita lakukan dalam hidup ini. Karenanya, kita harus semaksimal mungkin untuk dapat mengendalikan hidup ini. Terampil bercita-cita, terampil menyusun rencana, terampil untuk tetap konsisten dan tidak terpengaruh oleh hal-hal kecil adalah kunci kesuksesan kita dalam memanfaatkan waktu yang tersedia. Kita harus menjadi orang yang mampu berpikir besar, dan berkarya besar. Wallahu a'lam.

REPUBLIKA - Senin, 08 September 2003

Tidak ada komentar:

Posting Komentar