Senin, 15 Juni 2009

Perokok dan Orang Bodoh


Meskipun hari tanpa tembakau sedunia sudah lewat yaitu pada tanggal 31 Mei lalu, tapi berbicara tentang rokok saya pikir bukanlah sesuatu yang sudah terlewat bukan?…
Merokok awalnya adalah coba-coba dan setelah itu ketagihan. Orang-orang perokok pada umumnya karena ingin dianggap lebih dewasa, atau karena pergaulan atau alasan lainnya. Perokok adalah mereka-mereka yang berjiwa kecil dan masih belum dewasa karena menganggap dengan rokok mereka menjadi dewasa. Jelas pemikiran mereka telah salah dari awal karena bisa dianggap mereka sangat sedikit menggunakan “otak”. Perokok adalah mereka yang membutuhkan persahabatan tapi tidak tahu bagaimana cara mendapatkannya, persahabatan tidak harus dibeli dengan mengorbankan paru-paru sendiri atau paru-paru teman.

Perokok adalah mereka-mereka yang tidak berpikiran maju dan panjang. Secerdas apapun mereka, tetap saja mereka tidak menghargai kesehatan orang-orang sekeliling yang terkontaminasi dengan asap rokok yang mereka tebarkan. Perokok merupakan orang-orang yang tidak menghargai nikmat sehat, membuang-buang anugerah kesehatan yang diciptakan Allah, mereka kufur nikmat dan karenanya walau mereka itu ustadz tetap saja sangat diragukan keilmuannya.

Masih banyak lagi hal-hal yang merugikan dari merokok dan tabiat para perokok. Lihat saja bagaimana mereka membuang puntung rokok di sembarangan tempat. Bagaimana mereka seenaknya merokok di halaman rumah sakit yang jelas-jelas melarang untuk merokok, dan perokok yang tega mengorbankan anak-anak kecil mereka sedini mungkin untuk tidak sehat.

Kecanduan rokok (adiksi nikotin) adalah permasalahan serius yang dihadapi dunia termasuk Indonesia, di mana terdapat 62,800,000 atau lebih mungkin (belum ada data yang valid) perokok di Indonesia yang sulit menghindari dan mencegah kecanduan rokok meskipun berdampak negatif bagi kesehatan baik fisik maupun mental psikologis, sosial dan ekonomi si perokok, keluarga dan lingkungannya.

Menurut data WHO pada 2008, sebanyak 5,4 juta orang diperkirakan meninggal akibat rokok di dunia. Dan saat ini, di kawasan ASEAN ada 124 juta orang dewasa yang merokok, di mana sebanyak 46% berada di Indonesia. Dalam daftar negara konsumen rokok terbesar 2002, Indonesia berada pada posisi kelima dunia dengan konsumsi 208 miliar batang per tahun. Indonesia hanya kalah dari negara-negara kaya seperti Tiongkok yang melahap 1.634 triliun batang, Amerika dengan 451 miliar batang, Jepang dengan 328 miliar batang, dan Rusia 258 miliar batang. Dengan tingkat konsumsi tersebut, tak heran bila 69% pria di Indonesia adalah perokok aktif, angkat itu tertinggi di Asia, seperti Tiongkok yang 53,4%, India 29,4% dan Thailand 39,3%.

Tingginya konsumsi rokok suatu negara berbanding lurus dengan tingkat kematian warganya. Ini tak lain karena dalam sebatang rokok ditemukan lebih dari 4 ribu zat kimia berbahaya dan 43 zat pemicu kanker. Dalam sebatang rokok sepanjang telunjuk itu, hampir separonya berisi zat beracun seperti hidrokarbon, karbon monoksida, logam berat, tar, dan nikotin yang memicu kecanduan.

Menurut dr. Aulia Sani, SpJP(K), Staff Pengajar di Departemen Kardiologi dan Kedokteran Vaskuler FKUI, Presiden Perkumpulan Vaskuler Indonesia dan Anggota Dewan Pembina Yayasan Jantung Indonesia (YJI) menjelaskan, “Nikotin adalah sebuah komponen yang menyebabkan kecanduan (adiksi) 5 - 10 kali lebih kuat menimbulkan efek psikoaktif pada manusia dari pada kokain dan morfin. Oleh sebab itu, amat sukar bagi perokok untuk dapat berhenti jika tanpa bantuan dalam bentuk dukungan dari orang-orang sekitar serta bantuan farmakologi. Jika keduanya dijalani, upaya berhenti merokok akan lebih efektif.”

Menurut ilmuwan di Universitas Israel, penelitian menunjukkan nikotin dapat merusakkan sel utama pada otak manusia dan akan melekat pada gen. Artinya, keturunan perokok bakal membawa generasi yang cacat otak. Suatu penemuan yang dari saintis gen dan DNA Israel.

Bagaimana pula perbandingan perhatian pemerintah Indonesia dalam membina generasi penerus dibanding dengan negara tetangganya. Ambil contoh tetangga Indonesia yang terdekat adalah Singapura. Contoh yang diambil Stephen Carr Leon sederhana saja, Singapura selain menerapkan aturan yang ketat tentang rokok, juga harganya sangat mahal. Merokok dapat melahirkan generasi “Bodoh!” kata Bodoh itu keluar dari Stephen Carr Leon sendiri. Dia sudah menemui beberapa bukti menyokong teori ini. “Lihat saja Indonesia,” katanya seperti dalam tulisan itu. Jika Anda ke Jakarta atau kota-kota lain di Indonesia, di mana saja Anda berada, dari restoran, teater, kebun bunga, museum, sekolah, kampus, angkutan umum, warnet, rumah sakit, hidung Anda akan segera mencium bau asap rokok!

Berapa harga rokok? Cuma …(tau sendiri la ya…). Hasilnya?… Dengan penduduknya berjumlah ratusan juta orang, cuma berapa banyak universitas? Hasil apakah yang dapat dibanggakan? Teknologi? Jauh sekali. Adakah mereka dapat berbahasa selain dari bahasa mereka sendiri? Mengapa mereka begitu sukar sekali menguasai bahasa Inggris? Di tangga berapakah kedudukan mereka di GNP sedunia? Apakah ini bukan akibat merokok?”…Apa yang diminta kebanyakan orang Indonesia untuk sebutan TIPS ?…”uang rokok”. Seorang buruh pasar, tukang becak, kuli & saudara-saudara kita dengan penghasilan hari ini untuk makan hari ini ketika pertama kali menerima upah apa yang dibelinya ? “rokok”. Bahkan kebanyakan mereka rela tidak sarapan asal bisa “ngerokok’…

Beberapa bahaya dan keburukan dari merokok adalah sebagai berikut :
1. Melemahkan iman dan menjauhkan diri dari Tuhan.
2. Mengurangi nafsu makan.
3. Menyebabkan penyakit TBC.
4. Menyebabkan sesak nafas.
5. Menyebabkan sulitnya pencernaan makanan.
6. Menyebabkan rusaknya hati.
7. Menyebabkan berhentinya detak jantung.
8. Menyebabkan penyakit kanker.
9. Menyebabkan batuk dan lendir.
10. Menyebabkan lemas dan kurus.
11. Menyebabkan luka lambung.
12. Menyebabkan kebakaran.
13. Menyebabkan keengganan isteri terhadap suaminya.
14. dll
Sebagai referensi tambahan bagi ummat muslim (tentunya bagi yang percaya Al-Qur’an dan Al-Hadits saja), memang tidak ada ayat atau dalil yang secara gamblang menyebutkan rokok, tetapi sebagai rujukan mungkin beberapa dalil di bawah ini bisa dijadikan salah satu acuan.

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepada mu.” (An-Nisa: 29). Rokok dapat membunuh kita dan bahkan orang lain cepat atau lambat.

“Dan janganlah kamu menjerumuskan dirimu sendiri dalam kebinasaan.” (Al-Baqarah: 195). Sungguh nyata bahwa rokok dapat menjerumuskan kita dan orang lain yang tidak merokok pun dalam kebinasaan (kematian).

“Nabi tersebut menghalalkan untuk mereka semua hal yang baik dan mengharamkan untuk mereka semua hal yang jelek.” (QS. Al A’raf: 157). Bukankah rokok termasuk barang yang jelek, berbahaya dan berbau tidak enak?
“Janganlah kalian campakkan diri kalian dalam kehancuran” (QS. Al Baqarah: 195). Padahal rokok bisa menyebabkan orang terkena berbagai penyakit berbahaya seperti kanker dan TBC, dll.

“Dan janganlah kalian melakukan perbuatan bunuh diri” (QS. An Nisa: 29). Padahal merokok merupakan usaha untuk membunuh diri secara perlahan-lahan.
“Dan dosa keduanya (khamr dan judi) lebih besar daripada manfaat dua hal tersebut.” (QS. Al Baqarah: 219). Demikian pula dengan rokok, bahaya yang ditimbulkannya lebih besar dari pada manfaatnya, bahkan rokok sedikitpun tidak mengandung manfaat.
“Dan janganlah engkau bersikap boros, sesungguhnya orang yang suka memboroskan hartanya merupakan saudara-saudara setan.” (QS. Al Isra:26-27). Telah jelas bahwa merokok merupakan perbuatan boros dan menghambur-hamburkan harta benda, lebih baik dibelikan makanan atau susu anaknya, kenyataannya gizi mereka kurang karena lebih mementingkan rokok dari pada makanan yang bergizi.

“Tidak ada makanan mereka kecuali dari pohon yang berduri. Makanan tersebut tidak menyebabkan gemuk dan tidak pula bisa menghilangkan rasa lapar.” (QS. Al Ghasiyah:6-7). Demikian pula dengan rokok, tidak membuat gemuk dan menghilangkan rasa lapar, sehingga rokok itu menyerupai makanan penduduk neraka.
“Tidak boleh membahayakan diri sendiri maupun orang lain.” (HR. Ahmad, shahih). Padahal rokok itu dapat membahayakan diri sendiri ataupun orang lain serta menyia-nyiakan harta.

“Sesungguhnya Allah itu membenci tiga perkara untuk kalian, (yakni) berita yang tidak jelas, menghambur-hamburkan harta dan banyak bertanya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Padahal merokok termasuk membuang harta.
”Setiap (dosa) umatku dimaafkan (akan diampunkan) kecuali orang yang terang-terangan berbuat dosa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Artinya setiap umat Islam itu akan memperoleh pengampunan kecuali orang yang berbuat dosa dengan terang-terangan, sebagaimana para perokok yang merokok tanpa rasa malu-malu, bahkan mengajak orang lain untuk berbuat kemungkaran seperti mereka.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah ia mengganggu tetangganya.” (HR. Bukhari). Bau tidak sedap karena merokok sangat mengganggu istri, anak dan tetangga terutama malaikat dan orang-orang yang shalat di masjid.

“Tidaklah dua telapak kaki seorang hamba bisa bergeser pada hari kiamat sebelum ditanya mengenai empat perkara, (yakni) tentang kemana ia habiskan umurnya ; untuk apa ia gunakan ilmunya; dari mana ia memperoleh harta dan kemana ia belanjakan ; untuk apa ia pergunakan tubuhnya.” (HR. Tirmidzi, dishahihkan oleh Al Albani dalam kitab Shahih Al Jami dan Kitab Silsilah Shahihan).

Padahal seorang perokok membelanjakan hartanya untuk membeli rokok yang tidak bermanfaat dan haram. Benda yang sangat berbahaya bagi tubuh dan mengganggu orang lain yang berada di dekatnya.

“Barang yang dalam jumlah besarnya dapat memabukkan, maka statusnya tetap haram meski dalam jumlah sedikit.” (HR. Ahmad dan lain-lain, shahih). Padahal asap rokok dalam jumlah banyak dapat memabukkan, terutama untuk orang yang tidak terbiasa merokok; atau pada saat perokok menghisap asap dalam jumlah yang banyak maka orang tersebut akan sedikit mabuk. Hal ini telah ditegaskan oleh seorang dokter dari Jerman dan seorang perokok yang pernah mencoba, sebagaimana penjelasan di atas.

“Sungguh hal yang halal itu jelas dan haram pun juga sudah jelas. Namun di antara keduanya terdapat perkara-perkara yang tidak jelas. Kebanyakan orang tidak mengetahui perkara-perkara tersebut. Barangsiapa berhati-hati terhadap hal yang tidak jelas statusnya, maka sungguh ia telah menjaga agama dan kehormatannya. Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara yang tidak jelas, sungguh ia telah terjerumus dalam perkara yang haram. Seperti seorang penggembala yang menggembalakan ternaknya di dekat daerah larangan, ia akan segera menggembala di daerah larangan tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Mungkin ada baiknya kita belajar dari seorang perokok berat yang telah berhenti merokok selama 10 tahun yaitu, Indro Warkop. Dia berkomentar, “Merokok adalah salah satu kebodohan yang saya lakukan karena tidak ada manfaatnya dan hanya menimbulkan kerugian. Pada awalnya terasa sangat sulit, tetapi ketika saya berhasil melakukannya saya merasa ini merupakan pencapaian saya yang luar biasa. Semua perokok sebetulnya tahu bahwa merokok itu sangat merugikan, akan tetapi mereka tidak pernah benar-benar menghitung betapa besarnya dampak kerugian sosial, ekonomi, kesehatan dan psikologi yang dialami sampai mereka terjebak di dalamnya. Saya ingin menghimbau semua perokok untuk stop merokok sekarang, jangan sampai melakukan kebodohan yang pernah saya lakukan.”

kebetulan saya juga adalah mantan perokok yang tidak mau terlalu lama terjebak dalam suatu kebodohan yang nyata. Apakah anda mau terus terjebak dalam kebodohan, jika anda seorang yang pintar, pastinya anda juga meninggalkan rokok.
Peace ajah…

Oleh vino warsono - 8 Juni 2009
Public Blog Kompasiana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar