Rasulullah SAW bersabda,
"Barangsiapa yang memperbanyak istighfar, niscaya
Allah akan melapangkan setiap kesusahannya, memberi jalan keluar pada setiap
kesukarannya, dan memberinya rezeki tanpa diduga-duga." (HR. Abu Dawud dan
Nasa'i)
Istighfar yang ada tuntunannya dalam al-Qur’an ataupun
hadits Nabi shallallahu’alaihiwasallam.
Di antara redaksi istighfar yang ada haditsnya:
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ
Astaghfirullâh. HR. Muslim.
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ
الَّذِي
لَا
إِلَهَ
إِلَّا
هُوَ
الْحَيَّ
الْقَيُّومَ
وَأَتُوبُ
إِلَيْه
Astaghfirullôhal ‘azhîm alladzî lâ ilâha illâ huwal
hayyul qoyyûm wa atûbu ilaih.
HR. Tirmidzi dan dinilai sahih oleh al-Albani.
اللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّي
لَا
إِلَهَ
إِلَّا
أَنْتَ
خَلَقْتَنِي
وَأَنَا
عَبْدُكَ
وَأَنَا
عَلَى
عَهْدِكَ
وَوَعْدِكَ
مَا
اسْتَطَعْتُ
أَعُوذُ
بِكَ
مِنْ
شَرِّ
مَا
صَنَعْتُ
أَبُوءُ
لَكَ
بِنِعْمَتِكَ
عَلَيَّ
وَأَبُوءُ
لَكَ
بِذَنْبِي
فَاغْفِرْ
لِي
فَإِنَّهُ
لَا
يَغْفِرُ
الذُّنُوبَ
إِلَّا
أَنْت
“Allôhumma anta robbî lâ ilâha illa anta kholaqtanî wa
anâ ‘abduka wa anâ ‘alâ ‘ahdika wa wa’dika mastatho’tu. A’ûdzubika min syarri
mâ shona’tu, abû’u laka bini’matika ‘alayya, wa abû’u bi dzanbî, faghfirlî fa
innahu lâ yaghfirudz dzunûba illa anta”. HR. Bukhari.
Redaksi terakhir ini kata Nabi
shallallahu’alaihiwasallam merupakan sayyidul istighfar atau redaksi istighfar
yang paling istimewa.
Menurut beliau, fadhilahnya: barangsiapa
mengucapkannya di siang hari dengan penuh keyakinan, lalu meninggal di sore
harinya maka ia akan dimasukkan ke surga. Begitu pula jika diucapkan di malam
hari dengan meyakini maknanya, lalu ia meninggal di pagi harinya maka ia akan
dimasukkan ke surga.
Tidak ada hadits yang menentukan jumlah khusus tatkala
mengucapkan istighfar, semisal sekian ratus, ribu atau puluh ribu.
Yang ada: perbanyaklah istighfar di mana dan kapanpun
kita berada, jika memungkinkan, tanpa dibatasi dengan jumlah sekian dan sekian,
kecuali jika memang ada tuntunan jumlahnya dari sosok sang maksum
shallallahu’alaihiwasallam.
Hendaklah tatkala beristighfar kita menghayati
maknanya sambil berusaha memenuhi konsekwensinya berupa menghindarkan diri dari
berbagai macam bentuk perbuatan maksiat.
Hal itu pernah diisyaratkan oleh al-Hasan al-Bashri
tatkala berkata, sebagaimana dinukil al-Qurthubi dalam Tafsirnya,
“استغفارنا يحتاج إلى
استغفار”
“Istighfar kami membutuhkan untuk diistighfari
kembali”.
Semoga Allah senantiasa melancarkan rizki kita dan
menjadikannya berbarokah serta bermanfaat dunia akherat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar