بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ
الرَّحِيْمِ
Sebelum kita membahas tentang terorisme menurut pandangan agama
Islam, terlebih dahulu marilah kita pahami tentang pengertian terorisme.
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, artinya :
Terorisme : Penggunaan
kekerasan untuk menimbulkan ketakutan, dalam usaha mencapai suatu tujuan
(terutama tujuan politik).
Tetoris : adalah
orang yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan rasa takut (biasanya untuk
tujuan politik).
Teror : perbuatan
sewenang-wenang, kejam, bengis, dalam usaha menciptakan ketakutan, kengerian
oleh seseorang atau golongan.
Selanjutnya mari kita cermati dan kita tela’ah kembali ajaran
Islam, agama yang diridlai Allah SWT, sebagai petunjuk bagi manusia dalam
mencapai kebahagiaan hidupnya di dunia yang sedang kita jalani sekarang ini,
maupun kebahagiaan hidup yang haqiqi di akhirat kelak.
Allah SWT mengutus nabi Muhammad SAW dengan membawa agama Islam di
tengah-tengah manusia ini sebagai rahmat, dan merupakan suatu kenikmatan yang
besar bagi manusia bukan suatu mushibah yang membawa malapetaka. Allah SWT berfirman
:
وَ مَآ اَرْسَلْنكَ اِلاَّ
رَحْمَةً لّلْعَالَمِيْنَ. الانبياء: 107
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi semesta alam. [QS. Al-Anbiyaa’ : 107]
وَ مَآ اَرْسَلْنكَ اِلاَّ
كَآفَّةً لّلنَّاسِ بَشِيْرًا وَّ نَذِيْرًا وَّ لكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لاَ
يَعْلَمُوْنَ. سبأ:28
Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada ummat manusia
seluruhnya, sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. [QS. Saba’ : 28]
...
قَدْ جَآءَكُمْ مّنَ اللهِ نُوْرٌ وَّ كِتبٌ مُّبِيْنٌ. يَهْدِيْ بِهِ اللهُ مَنِ
اتَّبَعَ رِضْوَانَه سُبُلَ السَّلاَمِ وَ يُخْرِجُهُمْ مّنَ الظُّلُمَاتِ اِلَى
النُّوْرِ بِإِذْنِه وَ يَهْدِيْهِمْ اِلى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ. المائدة:15-16
Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab
yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang
mengikuti keridlaan-Nya ke jalan keselamatan dan (dengan kitab itu pula) Allah
mengeluarkan orang-orang itu dari gelap-gulita kepada cahaya yang terang
benderang dengan seidzin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus. [QS. Al-Maaidah
: 15-16]
لَقَدْ مَنَّ اللهُ عَلَى
اْلمُؤْمِنِيْنَ اِذْ بَعَثَ فِيْهِمْ رَسُوْلاً مّنْ اَنْفُسِهِمْ يَتْلُوْا
عَلَيْهِمْ ايتِه وَ يُزَكّيْهِمْ وَ يُعَلّمُهُمُ اْلكِتبَ وَ اْلحِكْمَةَ وَ
اِنْ كَانُوْا مِنْ قَبْلُ لَفِيْ ضَللٍ مُّبِيْنٍ. ال عمران:164
Sungguh Allah telah memberi kenikmatan kepada orang-orang mukmin
ketika Allah mengutus di kalangan mereka seorang rasul dari golongan mereka
sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah membersihkan (jiwa)
mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan
sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan
yang nyata. [QS. Ali Imran : 164]
Dari ayat-ayat tersebut dan masih banyak lagi ayat-ayat yang lain,
menerangkan bahwa Nabi Muhammad SAW dan Islam yang diserukannya, benar-benar
membawa rahmat di alam semesta ini, dan mengeluarkan manusia dari gelap-gulita
(tanpa mengetahui tujuan hidup), ke alam yang terang-benderang, sehingga
mengetahui jalan yang lurus yang membebaskan dirinya dari kesesatan menuju jalan
yang menyelamatkan hidupnya di dunia dan di akhirat kelak.
Bahkan sebelum Nabi menyerukan Islam, manusia selalu dalam
kekacauan dan permusuhan, sebagaimana peringatan Allah dalam suratAli Imran
: 103
وَ اذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللهِ
عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَآءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ
بِنِعْمَتِه اِخْوَانًا ... ال عمران:103
Dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu, ketika kamu
dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu
menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara ...[QS. Ali Imran 103]
Oleh karena itu seharusnyalah manusia bersyukur kepada Allah atas
diutusnya Nabi Muhammad SAW membawa dinul Islam ini. Karena hanya dengan
Islamlah manusia di dunia ini dapat hidup rukun, damai dan saling menebarkan
kasih sayang. Dengan mengabaikan Islam, maka dunia akankacau-balau,
terorisme timbul di mana-mana seperti sekarang ini.
Agama Islam yang suci ini dibawa oleh Rasulullah yang mempunyai
kepribadian yang suci pula, serta memiliki akhlaqul karimah dan sifat-sifat
yang terpuji, sebagaimana dijelaskan oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits Nabi,
antara lain :
فَبِمَا رَحَمْةٍ مّنَ اللهِ
لِنْتَ لَهُمْ وَ لَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ اْلقَلْبِ لاَنْفَضُّوْا مِنْ
حَوْلِكَ. ال عمران:159
Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah-lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. [QS. Ali Imran
: 159]
لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُوْلٌ
مّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ
بِاْلمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. التوبة:128
Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu
sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang
mukmin. [QS. At-Taubah : 128]
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki
sifat lemah-lembut serta hati beliau terasa amat berat atas penderitaan yang
menimpa pada manusia, maka beliau berusaha keras untuk membebaskan dan
mengangkat penderitaan yang dirasakan oleh manusia tersebut.
Rasulullah SAW bersabda :
اِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ
الرّفْقَ فِى اْلاَمْرِ كُلّهِ وَ يُعْطِى عَلَيْهِ مَا لاَ يُعْطَى عَلَى
اْلعُنْفِ. البخارى
Sesungguhnya Allah itu lemah-lembut. Ia mencintai
kelemah-lembutan dalam segala hal. Dan Dia akan memberi apa yang
tidak Dia berikan kepada kekerasan. [HR. Bukhari]
اِنَّ اْلفُحْشَ وَ
التَّفَحُّشَ لَيْسَ مِنَ اْلاِسْلاَمِ فِى شَيْءٍ وَ اِنَّ اَحْسَنَ النَّاسِ
اِسْلاَمًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا. الترمذى
Kejahatan dan perbuatan jahat, keduanya sama sekali
bukan ajaran Islam.Dan orang yang paling baik Islamnya ialah yang paling baik
akhlaqnya.[HR. Tirmidzi]
وَ اِذَا اَحَبَّ اللهُ
عَبْدًا اَعْطَاهُ الرّفْقَ. مَا مِنْ اَهْلِ بَيْتٍ يُحَرَّمُونَ الرّفْقَ اِلاَّ
حُرِمُوْا. الطبرانى و ابوداود
Dan apabila Allah mencintai kepada seorang hamba, Allah memberinya
kasih sayang (kelemah-lembutan). Dan tidaklah suatu keluarga yang terhalang
dari kasih sayang, melainkan mereka terhalang pula dari kebaikan. [HR. Thabrani dan
Abu Dawud]
Dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa ada seorang ‘Arab gunung
kencing di masjid, lalu orang-orang marah, dan akan memukul sebagai hukuman.Kemudian
melihat kemarahan para shahabat tersebut, beliau bersabda :
دَعُوْهُ وَ اَرِيْقُوْا
عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءٍ اَوْ ذَنُوْبًا مِنْ مَاءٍ، فَاِنَّمَا
بُعِثْتُمْ مُيَسّرِيْنَ وَ لَمْ تُبْعَثُوْا مُعَسّرِيْنَ. البخارى
Biarkanlah dia, dan siramlah pada bekas kencingnya itu seember
atau setimba air, karena sesungguhnya kamu sekalian diutus untuk memberi
kemudahan bukan diutus untuk membuat kesukaran/kesusahan. [HR. Bukhari]
Dalam sabdanya yang lain :
عَنْ اَنَسٍ رض عَنِ
النَّبِيّ ص قَالَ: يَسّرُوْا وَ لاَ تُعَسّرُوا وَ بَشّرُوْا وَ لاَ تُنَفّرُوْا.
البخارى و مسلم
Dari Anas RA, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Permudahlah dan
jangan mempersulit. Dan gembirakanlah dan jangan kalian membuat manusia
lari”. [HR. Bukhari dan Muslim]
Setelah kita cermati kembali tentang dinul Islam sekaligus
peribadi Rasulullah SAW yang diamanati oleh Allah SWT untuk menyebarkan dinul
Islam ke seluruh ummat manusia, maka jelas sekali bahwa terorisme sama sekali
tidak dikenal, bahkan bertolak belakang dengan ajaran Islam.
Terorisme dengan menggunakan kekerasan, kekejaman serta kebengisan
dan cara-cara lain untuk menimbulkan rasa takut dan ngeri pada manusia untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan Islam dengan lemah-lembut, santun, membawa khabar
gembira tidak menjadikan manusia takut dan lari, serta membawa kepada
kemudahan, tidak menimbulkan kesusahan, dan tidak ada paksaan.
Bahkan dalam suatu riwayat dijelaskan bahwa dalam peperangan pun
Nabi SAW berpesan kepada para shahabat, sabda beliau :
ياَاَيُّهَا النَّاسُ، لاَ
تَتَمَنَّوْا لِقَاءَ اْلعَدُوّ، وَ اسْأَلُوا اللهَ اْلعَافِيَةَ، فَاِنْ
لَقِيْتُمُ اْلعَدُوَّ فَاصْبِرُوْا وَ اعْلَمُوْا اَنَّ اْلجَنَّةَ تَحْتَ
ظِلاَلِ السُّيُّوْفِ.البخارى و مسلم، فى نور اليقين:149-150
Hai manusia, janganlah kamu menginginkan bertemu dengan musuh, dan
mohonlah kepada Allah agar kalian terlepas dari marabahaya. Apabila kalian
bertemu dengan musuh, maka bershabarlah dalam menghadapi mereka, dan ketahuilah
bahwasanya surga itu dibawah bayangan pedang”. [HR. Bukhari dan Muslim, dalam Nurul Yaqin
: 149-150]
Pesan Nabi SAW tersebut menunjukkan betapa kasih sayang beliau
terhadap jiwa manusia, sekalipun dalam peperangan sedapat mungkin menghindari
bertemu musuh agar tidak terjadi marabahaya. Namun kalau terpaksa bertemu
dengan musuh, jangan takut dan jangan dihadapi dengan hawa nafsu yang melampaui
batas, tetapi hendaklah dihadapi dengan shabar dan tabah, karena surga di bawah
bayangan pedang.
Memang kedua hal tersebut mempunyai tujuan yang berbeda. Terorisme
biasanya digunakan untuk tujuan politik, kekuasaan, sedangkan Islam bertujuan
untuk menuntun manusia dalam mencapai kebahagiaan hidupnya dengan dilandasi
rasa kasih sayang hanya semata-mata mengharap ridla Allah SWT.
Oleh karena itu rasanya tidak berlebihan kalau ada orang yang
mengatakan bahwa “politik itu kotor”, karena dalam mencapai tujuannya dengan
menghalalkan segala cara, sekalipun dengan terorisme. Dengan demikian bagi
seorang muslim haram hukumnya mendukung, mengikuti alur politik yang
menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuan politiknya.
Yang demikian itu bukan berarti orang Islam tidak boleh
berpolitik, tidak boleh meraih kekuasaan. Boleh berpolitik, tetapi tidak
boleh keluar dari bingkai Islam, dengan tujuan untuk kejayaan Islam dengan
mengharap ridla Allah semata-mata.
Dalam mencapai kesuksesan cita-cita harokahnya, Rasulullah melalui
cara-cara yang ditunjukkan oleh Allah serta berusaha memenuhi persyaratan untuk
memperoleh janji Allah, karena janji Allah pasti tepat dan tidak perlu
diragukan.
Rasulullah SAW membina kekuatan dari bawah, sebagaimana firman Allah
:
اَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ
اللهُ مَثَلاً كَلِمَةً طَيّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيّبَةٍ اَصْلُهَا ثَابِتٌ وَ
فَرْعُهَا فِى السَّمَآءِ. تُؤْتِي اُكُلَهَا كُلَّ حِيْنٍ بِاِذْنِ رَبّهَا، وَ
يَضْرِبُ اللهُ اْلاَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُوْنَ. وَ مَثَلُ
كَلِمَةٍ خَبِيْثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيْثَةٍ اجْتُثَّتْ مِنْ فَوْقِ اْلاَرْضِ مَا
لَهَا مِنْ قَرَارٍ.ابراهيم:24-26
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan
idzin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia
supaya mereka selalu ingat. Dan perumpamaan kalimat-kalimat yang buruk
seperti pohon yang buruk yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan
bumi, tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun.[QS. Ibrahim : 24-26]
Rasulullah membina dasar tauhid pada ummat manusia + 10
tahun di Makkah dengan penuh tantangan, tindak kekejaman dan terorisme
dilakukan oleh orang-orang musyrikin dan kafirin Makkah terhadap Nabi dan para
pengikutnya.
Namun teror-teror yang dilakukan oleh mereka tidak menjadikan kaum
muslimin takut, malah makin bertambah kuat dan mendorong lebih dekat dan
berserah diri (tawakkal) kepada Allah SWT.
Dalam suatu peristiwa, orang kafir melakukan teror dengan ucapan
:
اِنَّ النَّاسَ قَدْ
جَمَعُوْا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ اِيْمَانًا وَّ قَالُوْا حَسْبُنَا
اللهُ وَ نِعْمَ اْلوَكِيْلُ. ال عمران:173
Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang
kamu, karena itu takutlah kepada mereka. Maka perkataan itu menambah keimanan
mereka dan mereka menjawab, “Cukuplah Allah menjadi penolong kami dan Allah
adalah sebaik-baik pelindung”. [QS. Ali Imran :173]
Itulah buah tauhid yang kuat, bagaikan pohon yang baik, tidak akantumbang
walaupun dihempas badai topan yang dahsyat.
Untuk menumbuhkan pohon-pohon yang baik seperti itu perlu menanam
dan memelihara dengan sungguh-sungguh, bekerja keras dan ikhlash, semata-mata
karena Allah, tidak mudah tergiur dengan tipudaya dunia yang dapat membelokkan
cita-cita yang mulia.
Oleh karena itu ketika Rasulullah mendapat tawaran materi, bahkan akandiangkat
menjadi raja (penguasa) di negeri itu asalkan beliau mau berhenti dari
dakwahnya, dengan tegas beliau menjawab, “Andaikata kamu dapat menaruh
bulan dan matahari di kedua tanganku, aku tidak akan berhenti berdakwah,
sehingga agama Allah ini menjadi terang (menjadi kehidupan manusia) atau aku
mati karena membelanya”.
Dengan kuat beliau menanamkan kepada ummatnya akan janji
Allah.
وَعَدَ اللهُ الَّذِيْنَ
امَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّلِحتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِى اْلاَرْضِ
كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ، وَ لَيُمَكّنَنَّ لَهُمْ
دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضى لَهُمْ وَ لَيُبَدّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ
اَمْنًا، يَعْبُدُوْنَنِيْ وَ لاَ يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْئًا، وَ مَنْ كَفَرَ
بَعْدَ ذلِكَ فَاُولئِكَ هُمُ اْلفسِقُوْنَ. النور:55
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara
kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh, bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang sebelum mereka berkuasa dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka
agama yang telah diridlai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar
(keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan, menjadi aman sentosa. Mereka
tetap menyembah-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan
barangsiapa (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
yang fasiq. [QS. An-Nuur : 55]
Penekanan pada akhir ayat tersebut perlu mendapat perhatian bagi
kita semua, terutama para politikus muslim, “Barangsiapa tetap kafir sesudh janji
itu”, maksudnya : Dengan memilih cara lain dalam mencapai tujuannya
dan meninggalkan jalan yang dijanjikan oleh Allah, yakni dengan memperkokoh
iman serta memperbanyak amal shaleh, maka mereka itulah orang-orang yang fasiq.
وَ اللهُ لاَ يَهْدِى اْلقَوْمَ
اْلفسِقِيْنَ. التوبة:24
Dan Allah tidak menunjuki orang-orang yang fasiq. [QS. At-Taubah
: 24]
Kaum politisi yang ada sekarang sekalipun muslim, pada
umumnya tidak mengikuti petunjuk-petunjuk Allah dan praktek yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW. Mereka berjuang hanya untuk memperoleh kursi (kedudukan).
Maka tidak ada kegiatan dakwah untuk membina ummat secara serius
agar mempunyai landasan dasar tauhid yang kuat seperti pohon yang baik
sebagaimana yang digambarkan oleh Allah SWT.
Da’i kaum politisi aktif berdakwah menyelenggarakan
pengajian-pengajian dan kegiatan-kegiatan keagamaan hanya ketika menjelang
Pemilihan Umum (Pemilu) untuk meraih simpati dari masyarakat, dan setelah
selesai Pemilu selesai pulalah kegiatan-kegiatan tersebut. Sudah tidak lagi
ada pengajian-pengajian, aktifitas-aktifitas sebagaimana sebelum
terselenggaranya Pemilu.
Maka hasilnya seperti pohon yang jelek, akarnya rapuh, tidak
memiliki daya tahan. Jangankan dengan hempasan badai topan yang besar,
dengan angin sepoi-sepoi saja cukup dapat menumbangkan pohon tersebut, dan
terangkat seakar-akarnya sehingga tidak lagi dapat tegak berdiri. Keadaan
yang demikian itu, maka tidak perlu tawaran kursi raja sebagaimana yang
ditawarkan kepada Nabi, melainkan dengan kursi RT pun sudah cukup dapat
merontokkan tujuan dakwah yang sangat mulia.
Dengan alasan kesibukan tugasnya
sebagai RT sudah tidak ada waktu lagi (tidak ada tempat) untuk membina ummat,
berdakwah, menyelenggarakan pengajian dan kegiatan-kegiatan keagamaan yang lain
guna memperbaiki aqidah dan pengamalan agamanya dalam kehidupan sehari-hari, نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ ذلِكَ (Kita
berlindung kepada Allah dari yang demikian) Kalau demikian
keadaannya, apa yang kita harapkan dari kaum politisi untuk Islam ini ?
Politikus Islam pun kadang lepas dari kendali agama, dengan entengnya menghina,
merendahkan, bahkan memfitnah untuk menjatuhkan sesama muslim, hanya
karena berbeda aspirasi politiknya, bahkan sampai menghalalkan darahnya.
Keadaan yang demikian, akibatnya ukhuwah Islamiyah rusak, timbul
saling dengki-mendengki, benci-membenci sehingga ummat Islam menjadi lumpuh
tidak berdaya, sekalipun jumlahnya besar. Padahal Allah SWT telah memperingatkan
:
ياَيُّهَا الَّذِيْنَ
امَنُوْا لاَ يَسْخَرْ قَوْمٌ مّنْ قَوْمٍ عَسى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا
مّنْهُمْ. الحجرات:11
Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum (golongan)
memperolok-olok kaum (golongan) yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang
diperolok-olok) lebih baik dari mereka (yang memperolok-olok). [QS. Al-Hujuraat : 11]
Nabi SAW telah memperingatkan juga bahwa sesama muslim adalah
saudara dan haram darahnya, haram kehormatannya dan haram hartanya.Namun itu
semua tidak diindahkan.
Memperhatikan praktek-praktek yang ada, rasanya tidak tampak
partai yang memperjuangkan Islam di negeri ini, bahkan terjebak dalam
pertikaian, terorisme, saling menjatuhkan untuk mencapai tujuan, baik partai
yang beridentitas Islam maupun yang tidak beridentitas Islam, hampir tidak ada
bedanya.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini semoga dapat menjadi
jembatan, menyadarkan para politikus muslim, hendaklah mempererat persaudaraan
sesama muslim, walaupun berbeda partai, tetapi tetap membawa misi yangsama :
عِزُّ اْلاِسْلاَمِ وَ اْلمُسْلِمِيْنَ (kejayaan Islam dan muslimin)
dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk Allah dan praktek
Rasulullah dalam menggalang ummat, serta menghindari terorisme dalam mencapai
tujuan.
Dengan demikian, jelas dan teranglah bahwa Terorisme dalam
pandangan agama Islam tidak dibenarkan, dan jauh dari tuntunan Islam. Semoga
bermanfaat.
اَللّهُمّ اَرِنَا اْلحَقَّ
حَقًّا وَ ارْزُقْنَا اتّبَاعَهُ وَ اَرِنَا اْلبَاطِلَ بَاطِلاً وَ ارْزُقْنَا
اجْتِنَابَهُ. اَللّهُمَّ اِنَّا اَعُوْذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَ
غَلَبَةِ اْلعَدُوّ وَ شَمَاتَةِ اْلاَعْدَاءِ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا
حَسَنَةً وَ فِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.
http://ahmadsudardi.blogspot.co.id/2013/04/terorisme-dalam-pandangan-agama-islam.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar