Pesona
arsitektur Timur secara jelas sudah bisa ditangkap manakala pengunjung melihat
bagian luar dari bangunan Masjid Schwetzingen. Pengaruh arsitektur Timur ini
semakin tampak jelas, saat memasuki bagian tengah masjid, yang berbentuk kubah
bundar, yang diapit oleh ruangan-ruangan berbentuk persegi.
Gaya
oriental juga tampak kental pada interior masjid, dengan penggunaan mozaik
marmer pada lantai di ruang bagian tengah.
Bagian langit-langit masjid dihiasi dengan ornamen dari bahan plesteran. Sementara bagian atas tembok diberi delapan buah pilaster yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan tembok agar kokoh dalam mendukung beban di atasnya.
Di bagian tengah bangunan masjid ini terdapat ruangan khusus bagi para imam masjid. Keberadaan ruang khusus ini semakin memperkuat kesan bahwa bangunan ini pada masa lalu pernah difungsikan sebagai tempat ibadah.
Bagian langit-langit masjid dihiasi dengan ornamen dari bahan plesteran. Sementara bagian atas tembok diberi delapan buah pilaster yang berfungsi untuk memperkuat kedudukan tembok agar kokoh dalam mendukung beban di atasnya.
Di bagian tengah bangunan masjid ini terdapat ruangan khusus bagi para imam masjid. Keberadaan ruang khusus ini semakin memperkuat kesan bahwa bangunan ini pada masa lalu pernah difungsikan sebagai tempat ibadah.
Sedangkan, permukaan dinding masjid bagian dalam dihiasi dengan lukisan dan sepuhan emas. Kutipan ayat-ayat Alquran bisa kita jumpai pada permukaan dinding masjid bagian luar dan di langit-langit kubah.
Untuk mencapai bagian teras depan masjid, kita harus melewati sejumlah tiang pilar yang dari kejauhan tampak terlihat seperti memainkan siluet bayangan dan cahaya secara bergantian.
Seperti bangunan masjid lainnya yang dibangun pada masa pemerintahan Turki Usmani, Masjid Schwetzingen juga dilengkapi dengan bangunan menara. Menara tersebut menghiasi kedua sisi bangunan masjid. Namun, sayangnya menara Masjid Schwetzingen ini tertutup bagi kunjungan wisatawan. Pengunjung tidak diperbolehkan untuk menaiki anak tangga yang menuju ke puncak menara.
Butuh 15 Tahun Membangun Masjid Schewtzingen
Masjid Schwetzingen
Masjid
Schwetzingen tidak lagi digunakan sebagai tempat shalat.
Saat ini, Masjid
Schwetzingen hanya difungsikan sebagai bangunan bersejarah dan objek wisata,
seperti halnya bangunan lainnya yang berada di dalam kompleks Istana
Schwetzingen. Kecuali hari Senin, bangunan Masjid Schwetzingen terbuka bagi
kunjungan masyarakat umum.
Dirancang dan dibangun pada 1779 oleh arsitek berkebangsaan Prancis, Nicolas de Pigage (1723-1796). Proses pembangunan kompleks Masjid Schwetzingen sendiri memakan waktu 15 tahun lamanya (1779-1796). (Baca: Masjid Schwetzingen Simbol Toleransi di Jerman)
Masjid Schwetzingen merupakan bangunan terbesar pertama yang mengedepankan gaya arsitektur oriental di sebuah negeri berbahasa Jerman. Pigage menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Islam Moor dengan eksotisme dari kisah-kisah dongeng Seribu Satu Malam.
Tak hanya sebatas itu. Oleh sang arsitek, Masjid Schwetzingen juga dirancang dan dibangun dengan menggunakan konsep taman. Karenanya, masjid ini menjadi masjid taman pertama yang dibangun pada abad ke-18, dan hingga kini masih berdiri megah di kawasan Eropa. Taman yang berada di sekeliling bangunan masjid mengadopsi konsep taman-taman di Turki
Dirancang dan dibangun pada 1779 oleh arsitek berkebangsaan Prancis, Nicolas de Pigage (1723-1796). Proses pembangunan kompleks Masjid Schwetzingen sendiri memakan waktu 15 tahun lamanya (1779-1796). (Baca: Masjid Schwetzingen Simbol Toleransi di Jerman)
Masjid Schwetzingen merupakan bangunan terbesar pertama yang mengedepankan gaya arsitektur oriental di sebuah negeri berbahasa Jerman. Pigage menggabungkan elemen-elemen dari arsitektur Islam Moor dengan eksotisme dari kisah-kisah dongeng Seribu Satu Malam.
Tak hanya sebatas itu. Oleh sang arsitek, Masjid Schwetzingen juga dirancang dan dibangun dengan menggunakan konsep taman. Karenanya, masjid ini menjadi masjid taman pertama yang dibangun pada abad ke-18, dan hingga kini masih berdiri megah di kawasan Eropa. Taman yang berada di sekeliling bangunan masjid mengadopsi konsep taman-taman di Turki
Masjid Schwetzingen Simbol Toleransi di Jerman
Masjid Schwetzingen
Sejarah
mencatat, pada zaman Turki Usmani (1300-1922), penyebaran Islam sudah masuk ke
kawasan benua Eropa. Namun, agama Islam baru dikenal di Jerman pada 1700-1800.
Agama Islam diperkenalkan oleh para imigran asal Turki. Sehingga, tidak
mengherankan jika komunitas Muslim di Jerman kebanyakan adalah orang-orang
keturunan Turki.
Perkembangan Islam di negara ini cukup pesat. Pada 1989, sensus yang dilakukan suatu organisasi Islam mencatat sekitar 10 ribu orang Jerman asli memeluk Islam. Pada 2006, jumlah penduduk Muslim di Jerman mencapai 3,3 juta jiwa atau sekitar empat persen dari populasi penduduk Jerman.
Dengan perkembangan yang cukup pesat ini, sampai sekarang terdapat sekitar 2.500 masjid di Jerman, dan hanya 160 yang dikenal luas. Kendati demikian, tren pembangunan masjid baru di negeri ini sedang meningkat. Sedikitnya, ada 200 masjid yang tengah dikonstruksi saat ini.
Keberadaan bangunan masjid di Jerman sudah ada sejak akhir abad ke-18. Tepatnya di Kota Schwetzingen, masjid pertama di Jerman dibangun. Pada 1740, Raja Frederick II, pemegang kekaisaran Roma dan Raja Jerusalem dan Sicilia berkata, ''Semua agama adalah sama dan baik, jika orang-orang yang memeluknya jujur, dan bila Turki datang kemari dan ingin tinggal di negara ini, kita akan dirikan bagi mereka masjid-masjid.''
Bangunan masjid pertama di Jerman ini cukup unik karena lokasinya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Masjid Schwetzingen dibangun untuk menghormati toleransi.
Perkembangan Islam di negara ini cukup pesat. Pada 1989, sensus yang dilakukan suatu organisasi Islam mencatat sekitar 10 ribu orang Jerman asli memeluk Islam. Pada 2006, jumlah penduduk Muslim di Jerman mencapai 3,3 juta jiwa atau sekitar empat persen dari populasi penduduk Jerman.
Dengan perkembangan yang cukup pesat ini, sampai sekarang terdapat sekitar 2.500 masjid di Jerman, dan hanya 160 yang dikenal luas. Kendati demikian, tren pembangunan masjid baru di negeri ini sedang meningkat. Sedikitnya, ada 200 masjid yang tengah dikonstruksi saat ini.
Keberadaan bangunan masjid di Jerman sudah ada sejak akhir abad ke-18. Tepatnya di Kota Schwetzingen, masjid pertama di Jerman dibangun. Pada 1740, Raja Frederick II, pemegang kekaisaran Roma dan Raja Jerusalem dan Sicilia berkata, ''Semua agama adalah sama dan baik, jika orang-orang yang memeluknya jujur, dan bila Turki datang kemari dan ingin tinggal di negara ini, kita akan dirikan bagi mereka masjid-masjid.''
Bangunan masjid pertama di Jerman ini cukup unik karena lokasinya yang berada di dalam kompleks Istana Schwetzingen. Masjid Schwetzingen dibangun untuk menghormati toleransi.
Tetapi,
tidak sedikit isu sejarah yang beredar di kalangan masyarakat Schwetzingen
menyebutkan bahwa masjid ini sengaja dibangun sebagai hadiah bagi salah satu
istri raja yang berasal dari Turki dan beragama Islam. Desas-desus lain yang
juga berkembang luas di tengah masyarakat adalah bahwa salah satu bangsawan
yang hidup di sini pada masa itu ada yang Muslim.
http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/01/06/o0jfif313-masjid-schwetzingen-simbol-toleransi-di-jerman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar