Senin, 04 Mei 2009

Kata-kata Mutiara Syeikh Ahmad Yasin


Almarhum tidak cuma pantas dikenang kegigihannya dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah Israel. Ucapannya pun tak bisa dilupakan. Banyak di antara pernyatannya yang sangat menggugah. Aksi barbar dilakukan oleh Israel ba’da Shubuh hari Senin (22/3) lalu. Tiga rudal melesat dari sebuah helikopter, menghancurkan tubuh renta pimpinan spiritual Hamas, Syeikh Ahmad Yasin. Serangan itu adalah upaya kesekian kali untuk mengakhiri hidup figur kharismatik yang saban hari tak bisa lepas dari kursi roda itu. Tanggal 6 September 2003, rudal juga pernah ditembakkan ke arah Syeikh Yasin. Saat itu almarhum hanya luka tangan kanannya. Kita ikhlaskan Syeikh Ahmad Yasin menemui syahid. Insya Allah akan muncul Ahmad Yasin Ahmad Yasin berikutnya. “Hamas akan terus tumbuh, mengakar tidak saja di Palestina dan dunia Arab, bahkan di dunia,” ujarnya suatu saat. Kata-katanya yang menggugah akan terus dikenang para pejuang Islam. Di antaranya sebagai berikut:

Sesungguhnya aku, seorang tua yang lemah, tidak mampu memegang pena dan menyandang senjata dengan tanganku yang sudah mati (lumpuh). Aku bukan seorang penceramah yang lantang yang mampu menggemparkan semua tempat dengan suaraku (yang perlahan ini) Aku tidak mampu untuk kemana-mana tempat untuk memenuhi hajatku kecuali jika mereka menggerakkan (kursi roda)-ku Aku, yang sudah beruban putih dan berada di penghujung usia. Aku, yang diserang pelbagai penyakit dan ditimpa bermacam-macam penderitaan Adakah segala macam penyakit dan kecacatan yang tertimpa ke atasku turut menimpa bangsa Arab hingga menjadikan mereka begitu lemah. Adakah kalian semua begitu, wahai Arab, kalian diam membisu dan lemah, ataukah kalian semua telah mati binasa Adakah hati kalian tidak bergelora melihat kekejaman terhadap kami sehingga tiada satu kaumpun bangkit menyatakan kemarahan karena Allah. Tiada satu kaumpun (di kalangan kalian) yang bangkit menentang musuh-musuh Allah yang telah mengobarkan perang antarbangsa ke atas kami dan menukarkan kami daripada golongan mulia yang dianiaya dan dizhalimi kepada pembunuh dan pembantai yang ganas. (Tidak adakah yang mau bangkit menentang musuh-musuh) yang telah berjanji setia untuk menghancurkan dan menghukum kami Tidak malukah ummat ini terhadap dirinya yang dihina sedangkan padanya ada kemuliaan. Tidak malukah negara-negara ummat ini membiarkan penjajah Zionis dan sekutu antarabangsanya tanpa memandang kami dengan pandangan yang mampu mengesat air mata kami dan meringankan beban kami Adakah kekuatan-kekuatan ummat ini, pasukan tentaranya, partai-partainya, badan-badannya, dan tokoh-tokohnya tidak mau marah karena Allah dengan kemarahan sebenarnya lalu mereka keluar beramai-ramai sambil menyerukan, “Ya Allah, perkuatkanlah saudara-saudara kami yang sedang dipatah-patahkan, kasihanilah saudara-saudara kami yang lemah ditindas dan bantulah hamba-hambamu yang beriman!” Adakah kalian tidak memiliki kekuatan berdoa untuk kami? Seketika nanti kalian akan mendengar mengenai peperangan besar ke atas kami dan ketika itu kami akan terus berdiri dengan tertulis di dahi kami bahwa kami akan mati berdiri dan berdepan dengan musuh, bukan mati membelakang (dalam keadaan melarikan lari) dan akan mati bersama-sama kami, anak-anak kami, wanita-wanita, orang-orang tua, dan pemuda-pemuda Kami jadikan di kalangan mereka sebagai kayu bakar buat ummat yang diam dalam kebodohan! Janganlah kalian menanti hingga kami menyerah atau mengangkat bendera putih kerana kami telah belajar bahwa kami tetap akan mati walaupun kami berbuat demikian (menyerah). Biarkan kami mati dalam kemuliaan sebagai mujahid Jika kalian mau, marilah bersama-sama kami sedaya mungkin. Tugas membela kami terpikul di bahu kalian. Kalian juga sepatutnya menyaksikan kematian kami dan menghulurkan simpati. Sesungguhnya Allah akan menghukum siapa saja yang lalai menunaikan kewajiban yang diamanahkan Dan kami berharap kepada kalian supaya jangan menjadi musuh yang menambah penderitaan kami. Demi Allah, jangan menjadi musuh kepada kami wahai pemimpin-pemimpin ummat ini, wahai bangsa ummat ini”. Tentang nasib rakyat Palestina, Syeikh Ahmad Yasin memberi 2 alternatif: menyerah atau terus melawan. Kalau rakyat Palestina mau hidup di bawah penjajahan Israel, maka pilihannya menyerah. Bila mengharap kemerdekaan dan kehidupan mulia di kemudian hari, pilihannya hanya melawan. “Perlawanan ini tidak terbatas. Karena musuh kita (Israel) menyerang dengan segala bentuk senjata tank, pesawat tempur, helikopter, roket, dan lainnya. Maka sekarang mengapa kita harus tunduk untuk membatasi cara kita melawan? Kita yang seharusnya membatasi senjata yang akan kita gunakan tergantung kemampuan dan kondisi riil di lapangan. Mereka membunuh di titik kelemahan kita, dan kita merespons pada titik kelemahan mereka. Mengapa mereka hidup aman di Tel Aviv, Haifa, Ramlah dan lain-lainnya, sementara kita terus diserang. Maka tidak ada rumusan aman bagi mereka selama kita tidak hidup aman dan manusiawi”. Sebuah wawancara di Majalah Al-Mujtama’ Kuwait dalam peringatan 15 tahun Hamas memperlihatkan bagaimana sikap Syeikh Ahmad Yasin terhadap upaya perdamaian yang selama ini sering digembar-gemborkan banyak pihak. Hal itu hanya bentuk kekalahan “banci” yang justru akan melenyapkan hak-hak fundamental bangsa Palestina. “Kita harus mengetahui bahwa operasi-operasi jihad dan perlawanan telah memberikan bangsa Palesina haknya untuk eksis dan membela diri, dimana Israel tidak mengakui eksistensi kita sebelumnya. Dari Oslo, mereka (Israel) mengakui otonomi pasca Intifadhah I, dan sekarang mengakui negara Palsetina. Bahkan partai Likud yang dulu tidak mengakui Palestina sama sekali, sekarang mengakui negara Palestina, walau tanpa bentuk. Kita (bangsa Palestina) maju jauh (dari kondisi dulu) dan musuh mundur, karena operasi-operasi jihad dan resistensi. Mereka menginginkan kita menghentikan operasi-operasi ini untuk memecah tekad bangsa untuk hidup merdeka. Negeri kita dijajah dan ingin kita bebaskan. Kita tidak menghabisi bangsa Yahudi atau orang selain kita, tetapi yang kita inginkan adalah negara Islam di atas negeri dan hak kita. Banyak sudah tokoh-tokoh Hamas yang syahid, Imad Aqil, Yahya Ayyash, Muhyiddin Syarif, bahkan anak-anak di bawah umur yang terjun ke medan perang dengan gagah berani. Di mata Syeikh Ahmad Yasin, kesyahidan mereka tidak membuat spirit juang bangsa Palestina kendor dan buyar. Ketika Ayyash syahid, arsitek-arsitek lain tumbuh bagai jamur. Gugurnya pejuang tidak membuat jihad ini berhenti. Ketika satu pejuang syahid, seribu pejuang baru muncul, dan ini fadhillah buat ummat ini hingga perjuangan terus berlanjut hingga hari kiamat. Kemenangan terwujud atau mati syahid. Generasi pejuang sekarang ini antri untuk mempersembahkan jiwa dan raganya di jalan jihad, walau perjalanan masih panjang. Memang jalan penuh dengan bahaya dan kematian syahid adalah jalan menuju kemenangan. Hamas siap untuk mempersembahkan setiap hari bom syahid sampai 20 tahun ke depan. Kini Palestina menunggu generasi masa depan yaitu jail al-tahrir (generasi pembebas). Tidak ada kekuatan dunia yang dapat mematahkan perlawanan Intifadhah. Tidak Amerika, tidak Israel, dan tidak ada kekuatan dunia yang dapat memadamkan perlawanan. Penjajah akan lenyap, insya Allah, dalam rentang waktu dua atau tiga dekade mendatang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar