Sabtu, 09 Mei 2009

Sumbangan Kedokteran Islam dalam Bidang Urologi




Kedokteran Islam di era kekhalifahan telah memberi begitu banyak sumbangsih bagi pengembangan dunia kedokteran modern. Sejarah mencatat, salah satu kontribusi penting yang disumbangkan para dokter Muslim dari zaman keemasan terhadap dunia medis modern adalah dalam bidang urologi.

Urologi merupakan cabang ilmu kedokteran yang khusus menangani bedah ginjal dan saluran kemih serta alat reproduksi. Jauh sebelum Felix Guyon, profesor Urologi pertama di Paris, Prancis, pada tahun 1890 mengembangkannya, para dokter Muslim di abad ke-9 M sudah menguasai urologi.

Sederet inovasi penting di bidang urologi telah ditemukan para dokter Muslim terkemuka, seperti Al-Razi, Ibnu Sina, Al-Zahrawi, Ibnu Al-Quff, Thabit Ibnu Qurra, Al-Majousi, serta Al-Tabari. Mereka tak hanya mampu mendeteksi dan mengobati beragam penyakit urologi, tetapi juga telah menemukan sederet peralatan dan teknologi pengobatannya.

Buah pemikiran dan hasil penemuan mereka dalam bidang urologi telah memberi pengaruh yang sangat besar bagi dokter-dokter di dunia Barat. Peradaban Barat telah mengembangkan dan menerapkan urologi yang ditemukan para dokter Muslim dari abad ke-9 M. Tak heran, jika dokter bedah terkemuka di Barat, E Forge, begitu takjub dengan pencapaian yang ditorehkan Al-Zahrawi dalam bidang kedokteran--lewat karyanya Al-Tasriif.

Berikut ini adalah sumbangsih kedokteran Islam dalam bidang urologi:
Anatomi

Sekitar seribu tahun silam, para dokter Muslim, seperti Ibnu Abbas Al-Majousi, Ibnu Sina, dan Ibnu Hubal telah berhasil mengidentifikasi anatomi tubuh manusia yang menjadi kajian studi urologi. Mereka telah menjelaskan secara detail tentang anatomi kandung kemih dan bagian-bagian saluran kencing. Penjelasan yang mereka sampaikan tentang organ-organ itu, tak ada bedanya dengan dunia kedokteran modern.

Dr AM Dajani dalam tulisannya bertajuk Abstracts of Contribution of Islamic Medicine to Urologi memaparkan, para dokter Muslim di zaman keemasan juga sudah mulai mencurahkan perhatiannya untuk mencegah terjadinya vesicoreteric reflux (VUR), yakni kelainan saluran urine dari kandung kemih ke ginjal.

Gangguan ini, menurut para dokter Muslim, dapat menyebabkan kerusakan pada ginjal. "Yang menarik untuk dicatat, setelah seribu tahun kemudian, observasi yang sama juga dilakukan oleh sarjana Arab terkemuka bernama E Tanagho," papar Dajani. Sejarah juga mencatat, Al-Majousi adalah dokter pertama yang menjelaskan kelainan-kelainan, seperti hispospadia, epispadia, serta hermaphroditisme.

Batu Ginjal
Batu ginjal adalah massa keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih dan bisa menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih, atau infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu ginjal) maupun di dalam kandung kemih (batu kandung kemih). Para dokter Muslim di masa kekhalifahan telah memberi perhatian begitu intens terkait batu ginjal.

Mereka mencoba untuk menjelaskan secara ilmiah pembentukan batu ginjal, tanda-tanda serta gejalanya. Untuk pertama kalinya pula, dokter Muslim berhasil melakukan operasi untuk membuang atau menghancurkan batu ginjal. Selain itu, para dokter Muslim pun telah memberikan petunjuk pengobatan untuk merawat pasien batu ginjal serta bagaimana pencegahannya.

Pembentukan Batu Ginjal
Dalam kitab kedokteran yang paling termasyhur, Canon of Medicine, Ibnu Sina secara khusus membahas tentang pembentukan batu ginjal. Menurutnya, peradangan ginjal kemungkinan dapat berakhir dengan terbentuknya batu ginjal. Sedangkan, Ibnu Qurrah menyatakan, batu ginjal pada awalnya berasal dari benda kecil dan terus membesar seiring waktu.

Ibnu Sina dan Al-Zahrawi sepakat bahwa batu kandung kemih adalah hal yang umum terdapat pada anak-anak. Benda kecil itu, papar keduanya, akan berubah menjadi batu ginjal pada saat umur seseorang terus bertambah. Kedua dokter itu juga sependapat bahwa batu kandung kemih jarang ditemukan pada wanita.

Tanda-tanda dan Gejala Batu Ginjal
Seorang yang menderita batu ginjal akan merasakan rasa sakit. Menurut Ibnu Sina dan Al-Razi, rasa sakit akan tambah memburuk ketika batu mulai terbentuk atau saat batu itu turun menuju ke kandung kemih. Penderita batu ginjal, kata kedua dokter Muslim legendaris itu, akan merasakan betapa beratnya panggul mereka.

Ibnu Sina telah mampu membuat perbedaan yang jelas antara batu ginjal dan batu kandung kemih. Para dokter Muslim di zaman memang terbilang fenomenal. Saat dunia barat dikungkung kegelapan, mereka telah menguasai perbedaan beragam penyakit. Mereka telah mampu menjelaskan perbedaan diagnosis antara sakit usus dan sakit ginjal. Penjelasan yang dibuat seribu tahun lalu itu ternyata tak berbeda dengan apa yang diajarkan di sekolah kedokteran saat ini.

Penanganan Batu Ginjal
Dalam kitab Al-Hawi, Al-Razi menyarankan agar penderita diberi obat penenang saat batu ginjalnya dikeluarkan. Hal ini perlu dilakukan agar rasa sakit bisa hilang. Sementara itu, Ibnu Al-Quff meyakini bahwa mengobati pasien dengan batu ginjal yang besar lebih gampang dibanding dengan yang kecil.

"Ada tiga alasan mengapa pengobatan batu yang besar lebih mudah," papar Al-Quff. Pertama, batu yang lebih besar berhenti di permukaan urethra dan kenyataannya tetap di kandung kemih. Kedua, batu ginjal yang besar lebih mudah diraba dan dirasakan. Ketiga, operasi merupakan jalan yang bisa dilakukan untuk mengeluarkan batu ginjal yang lebih besar.

Operasi Batu Ginjal
Abulcasis atau yang dikenal sebagai Al-Zahrawi merupakan dokter bedah pertama yang berhasil melakukan operasi untuk mengeluarkan batu ginjal. Secara khusus, Al-Razi dan Al-Zahrawi menjelaskan proses operasi untuk mengeluarkan batu ginjal. Al-Razi menyatakan sebelum dikeluarkan, batu ginjal perlu dipecahkan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil. Kedua dokter Muslim legendaris itu menyatakan kesulitan yang dihadapi saat mengoperasi batu ginjal pada pasien wanita.

Mencegah Batu Ginjal
Untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, Ibnu Qurrah menyarankan agar menghindari minuman dan makanan berat. Saran serupa juga diungkapkan Al-Razi. Nasihat itu kini dikenal sebagai diet, hidrasi, dan diuresis.

Sunat
Ibnu Al-Quff mengungkapkan ada empat metode sunat/sirkumsisi. Keempat metode itu masih dipraktikkan hingga sekarang. Sementara itu, Al-Zahrawi lebih memilih menggunakan gunting untuk menyunat.

Itulah sebagian kecil sumbangan para dokter Islam di masa kegemilangan bagi studi urologi. Kontribusi yang amat berharga bagi dunia kedokteran modern. Boleh jadi, tanpa jasa mereka, studi urologi tak akan berkembang seperti sekarang ini. N heri ruslan

Kitab Klasik Rujukan Urologi Modern
Sejumlah kitab penting yang ditulis para dokter Muslim telah menjadi rujukan kedokteran modern, khususnya studi urologi. Di antara kitab medis klasik yang begitu besar pengaruhnya bagi studi kedokteran itu, antara lain:

Kitab Al-Hawi
Kitab kedokteran ini ditulis Ar-Razi yang hidup di Baghdad antara tahun 841 M - 926 M. Kitab ini dipandang sebagai sebuah masterpiece kedokteran klinik. Al-Hawi yang terdiri atas 23 volume itu merupakan ensiklopedia kedokteran dan bedah. Inilah sumbangan yang monumental dari seorang dokter Muslim yang dikenal di Barat dengan panggilan Razes. Buah pemikiran sang ilmuwan Muslim serbabisa itu juga mengkaji secara detail tentang studi urologi.

Kitab Risiila Fi Siyasat As-Sibyian Wa Tadbirihim

Buku kedokteran ini ditulis oleh Ibnu Al-Jazzar atau Al-Gizar (895 M - 980 M). Buah pikir dokter yang begitu populer di Qairawan itu terdiri atas 22 bab. Kitab ini dinilai sebagai buku kedokteran yang mencoba melanjutkan pemikiran Al-Razi. Kitab ini secara khusus juga membahas tentang gangguan atau penyakit urologi. Al-Jazzar mengupas dan membedah urologi dalam satu bab khusus.

Kitab At-Tasrif
Inilah buah pikir Al-Zahrawi atau Abulcasis (930 M - 1013 M) yang paling legendaris. Ensiklopedia kedokteran dan bedah itu terdiri atas 30 bab. Karya dokter Muslim asal Cordoba itu tak cuma legendaris, namun juga fenomenal. Sejumlah sejarawan menggambarkan pencapaian yang berhasil ditorehkan Al-Zahrawi lewat kitabnya itu sungguh mengagumkan.

Betapa tidak. Al-Zahrawi dinilai mampu menjelaskan prosedur bedah serta peralatan-peralatan bedah yang diperlukan. Padahal, saat itu, belum ada satu kitab kedokteran pun yang mengupasnya. Para sejarawan kedokteran, seperti Cumston, Spink, dan Lewis menyatakan, Al-Zahrawi merupakan peletak dasar lithotripsy--sebuah prosedur dalam kedokteran untuk memecahkan batu yang terdapat di ginjal, saluran kemih, dan kandung kemih.

Kitab Al-Qanun fi Al-Tibb
Al-Qanun adalah kitab kedokteran paling termasyhur yang ditulis dokter Muslim bernama Ibnu Sina. Karya monumental dokter yang tinggal di Hamadan dan Jurjan dari 980 M hingga 1037 M ini begitu berpengaruh di dunia kedokteran Eropa pada abad pertengahan. Kitab ini juga mengkaji secara khusus studi urologi.

Kitab ini masih dijadikan rujukan sekolah kedokteran di dunia hingga abad ke-18 M dan awal abad ke-19 M. Al-Qanun pun menjadi semacam standar kedokteran, baik di Eropa maupun di dunia Islam. Kitab ini sempat menjadi buku referensi utama yang banyak dipakai di fakultas kedokteran, salah satunya di University of Montpellier, Prancis, pada tahun 1650. Banyak bagian dari buku kedokteran ini yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Cina. Di negeri Tirai Bambu itu, Al-Qanun fi Al-Tibb dikenal dengan judul Hui Hui Yao Fang.dok/rep/Desember 2008 /heri ruslan

By Republika Newsroom
Rabu, 25 Maret 2009 pukul 08:50:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar