Sabtu, 09 Mei 2009

Permadani, Puncak Kegemilangan Seni Islam


Permadani adalah salah satu karya seni bernilai tinggi yang berkembang pesat di era kejayaan Islam. Keindahan permadani yang diciptakan para seniman di dunia Islam telah membuat takjub peradaban Barat. Betapa tidak. Permadani yang telah dikuasai masyarakat Muslim di masa kekhalifahan itu kerap disebut sebagai puncak karya seni.

Tak heran, jika permadani menjadi buah karya seni Islami yang begitu populer di dunia Barat. Seni membuat permadani mulai didominasi peradaban Islam, setelah kekhalifahan mampu menge pakkan sayap kekuasaannya hingga ke Persia. Sejatinya, cikal bakal seni membuat permadani telah muncul jauh sebelum dunia Islam menjadi adikuasa.

Arkeolog berkebangsaan Rusia, Prof Rudenko, pada 1949 menemukan selimut Pazyryk di Pegunungan Altai di Siberia, Kazakhstan, bertarikh 5 SM. Setelah peradaban Islam mencapai kejayaannya, industri pembuatan permadani berkembang pesat, tak cuma di Asia Tengah dan Iran, namun juga di Kaukasus, India Utara, dan Spanyol Muslim.

Sebagai sebuah karya seni bernilai tinggi, permadani mendapat tempat khu sus dalam kebudayaan masyarakat Muslim. Apalagi, ayat Alquran menjanjikan surga yang di dalamnya terhampar permadani bagi umat yang bertakwa: “Me reka bertelekan di atas permadani yang sebelah dalamnya dari sutera. Dan, buah-buahan di kedua syurga itu dapat (dipetik) dari dekat.’‘ (QS: AR Rahman: 54).

Bagi masyarakat suku Badui Arab, Persia, dan Anatolia, permadani menjadi benda yang sangat penting dalam ke hi dupan mereka, seperti untuk membuat tenda untuk melindungi diri dari badai pasir dan alas lantai yang nyaman bagi rumah tangga. Selain itu, permadani pun digunakan untuk menjadi hiasan dinding atau pembatas ruangan. Bahkan juga, di pakai sebagai selimut, tas, dan pelana kuda.

Permadani pada da sarnya digunakan di dunia Islam sebagai alas lantai masjid dan rumah-rumah. Tak jarang, permadani pun digunakan se bagai hisan dinding di istana-istana raja pada zaman keemasan Islam. Para seniman permadani Muslim pada zaman kejayaan Islam biasanya menggunakan bulu domba (wol), kambing, atau bulu unta sebagai bahan pembuatan perma dani. Seiring waktu, kapas dan sutera ju ga dijadikan bahan untuk menciptakan per madani.

Sejarah mencatat, permadani tertua yang berasal dari dunia Islam ditemukan di Fustat—Kairo Tua—bertarikh 821 M. Selain itu, juga ditemukan pula permadani bernilai tinggi yang dibuat pada abad ke-13, 14, dan 15 M. Berdasarkan pada bentuk ikatan desain hiasannya, per madani peninggalan dari zaman ke jayaan itu terbagi ke dalam dua jenis. Yang pertama berasal dari Spanyol Muslim, tampil dengan desain hiasan geometri.

Jenis yang kedua diyakni berasal dari Anatolia. Desain hiasannya berbentuk binatang. Konon pada abad ke-14 dan 15 M, desain hiasan seperti itu sedang tren. Adanya kesamaan antara permadani yag ditemukan di Anatolia dan Spanyol Muslim membuat sejumlah sejarawan mengambil kesimpulan bahwa permadani yang ditemukan di kedua wilayah itu sebenarnya adalah permadani yang didatangkan dari Kekhalifahan Fatimiyah di Mesir.

Seni membuat permadani mencapai tingkat tertinggi dalam teknik, kualitas, dan desain pada zaman kekuasaan Dinas ti Seljuk Muslim. Menurut Ettinghausen, Dinasti Seljuk-lah pencipta yang sebenarnya permadani Islam. Sebuah stu di telah dilakukan untuk meneliti con toh produk permadani yang tersimpan di Museum Seni Islam di Istanbul dan Konya. Hasilnya, permadani yang ter simpan Museum Istanbul berasal dari Masjid Ala’-Al-Din di Konya berasal dari abad ke-13 M.

Saat itu, Konya adalah ibu kota pemerintahan Seljuk Rum (1081 M-1302 M). Se dangkan, yang berada di Museum Konya ternyata permadani yang secara khu sus dibuat pada 1298 M untuk Masjid Eshrefoglu di Beysehir. Permadaninya sung guh indah, karena dihiasai dengan desain bintang yang geometris dan dibing kai dengan kaligrafi.

Pembuatan permadani sempat terhenti, ketika Kekhalifahan Seljuk mulai terpuruk akibat digempur invansi bangsa Mongol pada 1259 M. Persia, Suriah, dan Baghdad sempat jatuh ke tangan Hulagu Khan. Kota penting Islam itu pun dihancurkan, akibatnya produksi permadani terhambat. Dalam waktu yang terlalu lama, industri pembuatan permadani kembali menggeliat.

Dalam catatan perjalanannya bertajuk, Ar-Rihla, pengembara Muslim legendaris, Ibnu Batutta (1304 M-1377 M), mengisahkan kualitas permadani Anatolia yang dijumpainya di rumah peristirahatan bagi para pelancong. Penjelajah asal Barat bernama Marco Polo (1254 M- 1324 M) juga memuji keindahan permadani yang diciptakan peradaban Islam. Pada abad ke-14, desain hiasan binatang sangat digemari di dunia Islam.

Tren desain hiasan ini ternyata juga mampu memengaruhi para seniman di Barat. Lukisan berjudul ‘Saint Ludovic crowning Robert Angevin’ yang dibuat Simone Martini (1280 M-1344 M) pada 1317 M, adalah sebuah lukisan permadani dengan desain geometris dan gambar elang di bawah tahta. Jika dirunut, ternyata permadani dengan desain hiasan gambar binatang sudah menjadi tren di Kota Fustat, Mesir, sejak abad ke-9 M. Ketika Kekhalifahan Turki Usmani berkuasa, penggunaan gambar, seperti binatang, mulai dilarang menghiasai permadani.

Sehingga, hiasan permadani lebih menggunakan bentuk geometri abstrak. Gaya ini menjadi ciri khas seni Kekhalifahan Usmani. Permadani Turki Usmani pun mulai mengenalkan desain hiasan dengan motif bergambar tumbuhtumbuhan. Di antara negara-negara yang ada di dunia Islam, permadani yang paling terkenal berasal dari Persia dan Turki. Meski telah berkembang sejak abad ke-9 M, seni pembuatan permadani di dunia Islam mencapai ‘masa keemasannya’ pada awal abad ke-16 M. Ketika umat Islam telah mengenal dan menikmati hangat dan empuknya permadani, bangsa-bangsa di Barat belum mengetahui adanya permadani.

Bahkan, hingga abad ke-18 M sekalipun, baru sedikit orang Barat yang bisa menghadirkan permadani di rumah-rumah mereka. Padahal pada abad ke-10 M, masyarakat Islam di Spanyol Muslim telah melengkapi rumahnya dengan permadani. Se jarah mencatat, sebagian kecil kalangan elite Barat sudah mulai mengenal permadani pada abad ke-14 M. Adalah saudagar dari Italia yang mengenalkan permadani buatan dunia Islam ke peradaban Eropa.

Permadani pun mulai ramai digunakan masyarakat Barat ketika Tentara Perang Salib membawa per madani Turki sebagai oleh-oleh ke seluruh Eropa. Sebagai komoditas andalan di dunia Islam, produk-produk Permadani— terutama dari Persia—mulai mengalir deras membanjiri Eropa ketika rute perdagangan dibuka pada abad ke-17 M.

Sejak itulah, permadani menjadi barang yang wajib mengisi dan menghias rumah-rumah di dunia Barat. Lagi-lagi, umat Islam di masa kekhalifahan telah mengenalkan orang Barat dengan peradaban yang tinggi. Selain berutang budi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, orang Barat pun ternyata banyak meniru seni yang berkembang di dunia Islam.


Permadani Islam dari Dinasti ke Dinasti

Kejayaan Islam di masa keemasan ditandai dengan berganti-gantinya penguasa. Kejatuhan sebuah dinasti akan digantikan dengan dinasti lainnya. Hal ini ternyata turut memberi dampak pada berbagai bidang, khususnya seni membuat permadani. Setiap dinasti memiliki corak dan desain dekoratif permadani masing-masing.

Dinasti Mamluk
Permadani di masa kejayaan Dinasti Mamluk umumnya terbuat dari wol. Namun, ada pula yang secara khusus dibuat dengan menggunakan sutera. Permadani yang dibuat para pengrajin dan seniman Dinasti Mamluk itukebanyakan diekspor ke Italia. Ciri khas permadani Mamluk terdapat pada pilihan warna yang cerah, seperti merah, kuning, biru, dan hijau. Motif hiasan geometris juga menjadi kekhasan desain permadani yang diproduksi pada masa kekuasaan Dinasti Mamluk.

Dinasti Safawiyah
Pada abad ke-16 M, ketika Dinasti Safawiyah berkuasa, produksi permadani menjadi semacam bisnis negara. Permadani peninggalan dinasti yang berkuasa di wilayah Persia itu menunjukkan bahwa permadani mendapat tempat yang sangat penting sebagai sebuah karya seni. Berbeda dengan permadani tradisional kaum pengembara, permadani yang diproduksi dibuat dengan teknologi yang lebih tinggi.

Pada masa itu, dinasti ini melakukan monopoli perdagangan permadani. Hasil ekspor permadani ke berbagai negara, termasuk Eropa, telah membuat pundi-pundi keuangan dinasti ini makin tebal. Salah satu ciri khasnya, desain hiasan yang tampil pada permada zaman itu adalah pola tumbuh-tumbuhan.

Dinasti Mughal
Di akhir abad ke-17 M, permadani pun diproduksi di India. Di bawah kekuasaan Dinasti Mughal, permadani juga diproduksi secara besarbesaran. Para pengrajin di India memiliki kemampuan membuat permadani dengan cara mengadopsi desain dan teknik yang berkembang di Persia. Permadani dari anak benua India inipun terbilang populer.

Dinasti Umayyah Spanyol
Seni membuat permadani juga berkembang pesat di Spanyol Muslim. Di wilayah ini, permadani sudah mulai berkembang sejak abad ke-10 M. Pada abad ke-12 M, permadani Andalusia ini sudah mulai diperdagangkan ke Eropa. Ketika permadani Turki menjadi populer di Eropa, para pengrajin di Spanyol mulai mengadopsi beberapa desain motif dari Turki.

Kekhalifahan Turki Usmani
Ketika Turki Usmani berkuasa, pola dan teknik menenun permadani mulai berubah. Hal itu terjadi sekitar awal abad ke-16 M—setelah adikuasa dunia di abad ke-17 M itu menaklukkan Persia dan Mesir. Jika permadani Anatolia terkenal dengan gaya desain geometris binatang, Turki Usmani tampil dengan wajah baru. dok/rep/ Desember 2008/heri ruslan

By Republika Newsroom
Rabu, 25 Maret 2009 pukul 09:45:00

Tidak ada komentar:

Posting Komentar