Fenomena mimpi banyak dibicarakan para ilmuwan, baik dari
sudut medis ataupun psikologi. Di sini kita tidak akan membicarakannya dari
sudut ilmu-ilmu tersebut, tetapi akan membedahnya dengan sabda Rasulullah saw, “Mimpi
itu ada tiga. Mimpi yang baik merupakan kabar gembira dari Allah, mimpi yang
menyedihkan berasal dari setan, dan mimpi yang datang dari obsesi seseorang.
Jika salah seorang di antara kalian mimpi yang menyedihkan maka hendaklah dia
bangun lalu shalat dan tidak menceritakannya pada orang lain.” ( H.R.
Bukhari dan Muslim )
Rasulullah saw bersabda, “Mimpi yang baik adalah dari
Allah. Sedangkan mimpi yang menakutkan berasal dari setan. Barang siapa mimpi
yang tidak menyenangkan maka hendaklah dia meludah ke sebelah kirinya tiga kali
dan berlindung diri kepada Allah dari setan maka mimpi tersebut tidak akan
membahayakannya.” ( H.R. Bukhari dan Muslim )
Sahabat Jabir r.a. berkata, seorang Arab Baduy datang kepada
Nabi saw seraya mengadu, “Ya Rasulullah, saya bermimpi seolah-olah kepalaku
dipukuli hingga pusing dan berat.” Rasulullah bersabda kepadanya,
“Jangan ceritakan pada orang bahwa setan mempermainkanmu dalam tidurmu.”
(
H.R. Muslim dan Ibnu Majah )
Bertolak dari hadis-hadis di atas, kita bisa membuat
sejumlah kesimpulan :
1. Apabila
kita bermimpi baik, berarti mimpi tersebut datang dari Allah, kita wajib
mensyukurinya dan boleh menceritakannnya kepada orang lain sebagai wujud rasa
syukur.
2. Apabila kita
bermimpi buruk atau menakutkan, berarti mimpi tersebut datang dari setan, kita
wajib berlindung diri pada Allah, bahkan kalau memungkinkan meludah tiga kali
ke sebelah kiri dan jangan menceritakannya pada orang lain. Sebab kalau kita
menceritakannya, setan akan merasa senang kalau gangguannya itu menjadi bahan
pembicaraan manusia.
Kita harus berhati-hati kalau mimpi bertemu dengan orang
yang sudah meninggal, misalnya bertemu dengan ayah atau ibu kita yang sudah
wafat, sebab dikhawatirkan setan menyerupainya. Jadi, kalau kita bermimpi
bertemu dengan orang yang sudah wafat, sebaiknya kita berlindung diri kepada
Allah karena dikhawatirkan itu adalah setan yang menyerupai almarhum. Wallahu
a’lam ■
Oleh : Ustadz Aam Amiruddin
Sumber : Bedah Masalah,
Percikan Iman, No. 06 Th. VIII Juni 2007 / Jumadil Ula 1428
Tidak ada komentar:
Posting Komentar