Manusia
ketika hatinya baik maka perbuatan dan perilakunya pun akan baik, namun jika
hati itu tidak baik maka akan tidak baik pula perangainya. Dan memang
kualitas amalan di mata Allah swt sangat tergantung kondisi hati yang menyertai
amalan tersebut
"Ingatlah, bahwa di dalam tubuh itu ada sebongkah
daging jika ia baik maka baik pula seluruh tubuh itu, jika dia rusak maka
rusaklah seluruh tubuh, ingatlah, dia itu adalah hati" (HR. Bukhari
dan Muslim)
Dalam
bahasa arab, hati disebut dengan "Qalb" karena sering berbolak-balik,
silih berganti, hadir di dalamnya antara rasa senang dan sedih, harap dan
cemas. Bermacam keyakinan dan niat yang ada dalam hati seseorang juga sering
berubah-ubah, terkadang berganti antara pengaruh baik dan buruk, haq dan
bathil, petunjuk dan kesesatan, iman dan kekufuran bahkan kemunafikan.
Disinilah kita dapati Rasulullah saw sering mengulang do'a;
"Wahai Dzat Yang Kuasa
Membolak-balikkan hati, Teguhkanlah hatiku diatas (jalan) agama-MU". (HR.
Ahmad dan Turmudzi)
Rasulullah
saw ketika meyebut tema taqwa, beliau mengarahkan terunjuknya ke dada beliau
yang mulia;
"Taqwa itu ada disini" - tiga kali beliau mengulang
sabdanya dan menunjuk ke dadanya" (HR. Muslim)
Kalaulah memang kehidupan manusia itu sangat dipengaruhi
oleh hatinya, maka manusia tidak akan hidup dengan baik kecuali dengan kondisi
hatinya yang baik dan bugar. Bugarnya hati ada kaitannya dengan perilaku batin
bahkan kebugarannya sangat memberi pengaruh, sehingga ada yang diistilahkan
dengan penyakit-penyakit hati, yang menggambarkan betapa pengaruh kondisi hati
yang berpenyakit kepada perilaku seseorang . Hati itu tempat bersemanyamnya
iman dan ketakwaan, atau sebaliknya tempatnya kekufuran dan kemunafikan.
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah
Ibnu Rajab Al-Hambali ketika mengomentari hadits tentang
keberadaan hati dan pengaruhya pada seseorang beliau menyatakan,
"Sesungguhnya dalam hadits tersebut ada isyarat bahwa tampilan baik,
prilaku dan gerak-gerik seorang hamba, jauhnya dia dari perkara-perkara yang
diharamkan, keterjagaan dirinya dari perkara syubhat akan begitu seirama dengan
gerak hatinya, maka jika hatinya bersih tak ada didalamnya kecuali
cinta kepada Allah, cinta kepada apa yang dicintai Allah dan rasa
khasyyah(takut) kepada-Nya serta takut terjerembab pada apa yang dibenci-Nya,
nicsaya seluruh gerak dhahirnya akan baik. Dan dari sanalah lahir kekuatan
untuk menjahui segala yang dilarang, menjaga perkara yang syubhat demi
terhindar dari perkara yag diharamkan.
Namun jika hati itu rusak dan telah dikuasai nafsu ia akan
memburu apa yang dicintainya walau itu dibenci Allah, akan rusak pula seluruh
gerak dan prilakunya, mengarah kepada perbuatan kemaksiatan dan
syubhat seirama dengan ketundukan hati terhadap hawa nafsu"
Hasan
Al-Bashri berkata, "Obatilah Hatimu, sesungguhnya hajat Allah pada
hamba-hamba-Nya adalah pada kesehatan hati mereka". Demikianlah tentang
hal ini Rasulullah bersabda;
"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tampilan
fisik kalian, tidak pula pada bentuk kalian, namuh sesungguhnya Allah melihat
kepada hati dan perbuatan kalian". (HR. Muslim)
Yang dilihat Allah
swt adalah hati hamba, jika baik hatinya baik pula amalnya dan ini akan
diterima oleh-Nya. Namun jika hatinya kotor dan rusak sangat mungkin tubuhnya
bersujud dan ruku' bersama orang-orang sholih namun dia akan berada di kerak
yang paling bawah didasar neraka.
Dikisahkan bahwa Hasan Al-Bashri –rahimahullah- duduk dalam
majlis khosdirumahnya, tidak membicarakan kecuali tentang makna
zuhud, kebeningan hati, kebugaran jiwa, kelembutan hati dan
permaslahan-permasalahan yang berkaitan dengan aktifitas hati. Maka ketika ada
yang mengajukan pertanyaan yang tidak ada kaitannya dengan hal tersebut beliau
tampak enggan untuk menjawabnya, dan beliau berkata,"Duduknya kami disini
bersama saudara-saudara kami tak lain untuk saling mengingatkan"
Ini menunjukkan bahwa
tidak selayaknya kita lalai dari permasalah ini, bahkan para da'i pun
membutuhkan suasana saling mengingatkan satu sama lain agar menjaga hati tetap
bersih dan tidak terkena penyakit yang akan merusak kebugarannya.
Semoga kiranya Allah swt senantiasa memberikan kemudahan
kepada kita untuk menjaga kebugaran hati, dan memberi taufik kepada hati kita
semua untuk melakukan banyak kebaikan dan meninggalkan kemungkaran.
Ada beberapa hal
yang dapat menghidupkan hati dan menjadikannya lebih bugar, yang utama adalah
sebagai berikut;
Pertama : Mujahadah
Bermujahadah dalam arti berupaya keras untuk menjaga
kebugaran hati agar tetap dalam jalur kebenaran, dan upaya ini mesti dilakukan
terus-menerus. Sehingga Ibnu Al-Munkadir, salah seorang ulama di masa tabi`in
mengatakan, "Aku telah berusaha keras untuk mendidik jiwaku, baru setelah
40 tahun aku merasa bisa beristiqamah". Memang, sebagai hamba kita
perlu melakukan upaya ini karena iman itu naik turun dan hati itu sering tidak
stabil.
Abu Hafsh
An-Naisaburiy mengatakan, "Selama 20 tahun aku berupaya menjaga
hatiku kemudian hatiku menjaga diriu selama 20 tahun". Jika hati ini telah
mampu beristiqamah ia akan mudah melawan jebakan dan rayuan syetan, ringan
baginya menghadapi godaan itu, namun jika hati belum beristiqamah perlawanan terhadap
rayuan itu akan terasa berat. Jika hati itu sangat kuat, bahkan dialah yang
akan menjaga pemiliknya dari prilaku buruk.
Kedua : Banyak Melakukan Dzikrul Maut
Hal ini
dapat dilakukan dengan ziarah qubur, menjengukorang yang sakit keras, menemani
orang yang sedang sakaratul maut.
"Perbanyaklah mengingat sesuuatu yang akan
menghancurkan kelezatan, yakni kematian" (HR. Tirmidzi)
ketika
seorang hamba senantiasa menyadari bahwa dirinya akan mati, dan dia tahu bahwa
kamatian adalah awal perjalanan menuju akherat, maka hatinya akan
selalu sadar bahwa selama masih dimuka bumi ia ibarat orang yang sedang
menyeberang jalan atau orang asing yang akan melanjutkan perjalanan, jadi bukan
dunia tujuan akhirnya. Sebagaimana sabda Rasulullah saw ;
"Posisikan dirimu di dunia ini bagai orang asing atau
seperti orang yang sedang melintasi jalan" (HR. bukhari)
Ketiga : Kebersamaan dengan orang-orang
Shalih yang senantiasa berdzikir kepada Allah
Hal lain yang tak kalah pentingnya dalam upaya membugarkan
hati adalah tingginya intensitas kebersamaan dengan orang-orang shalih. Karena
sesungguhnya ada orang-orang yang jika kita melihat mereka akan mengingatkan
kita kepada Allah swt, hati kita seakan lebih bahagia dan menjadi lebih
bersemangat, orang-orang seperti ini seperti memancarkan pengaruh baiknya
kepada kita, semua itu karena hatinya yang bening dan jiwanya yang sangat
bugar. Karena wajah adalah cerminan kondisi hati.
Pernah ada seseorang
datang, dan Utsman bin Affan ra. Berkata,"adakah diantara kalian yang
bermaksiat kepada Allaj dan kemudia menemuiku?" maka kali-laki tadi
berkata, "Apakah ini wahyu setelah Rasulullah?maksunya adalah"Dari
mana Engkau mengetahui hal ini? Maka ustman menyampaikan bahwa itu adalah
firasat. Demikianlah, wajah itu mencerminkan kondisi hati seseorang, wajah itu
menjadi gelap karena kegelapan hati dan bersinar karena cahaya hatinya.
Keempat : Selalu Menautkan Hati Kepada
Ilahi
Ketika hati ini
terpaut dengan makhluk maka hati tersebut akan sering tersakiti karena makhluk
tersebut, apapun itu; laki-laki, perempuan, mobil, harta dan lain sebagainya.
Jika hatinya tepaut kepada benda maka ketika terjadi sesuatu yang tidak ia
inginkan maka sedih hatinya, mobil misalnya, karena keterpautan hati seseorang
dengan mobilnya ketika lecet mobil itu, lama ia meratapi mobil kesayangannya.
Lain jika hatiya terpaut pada Allah swt, dia hanya akan menaruh dunia walau
melimpah hanya di tangan saja tidak di hati, karena hatinya untuk Sang Pencipta
yang menciptakan dirinya dan apa yang dimilikinya.
Oleh karena itu Ibnul Qayyim mengatakan,"sesungguhnya
dalam hati itu ada kedukaan yang hanya akan lenyap dengan kedekatan kepada
Allah, ada kegundahan yang hanya akan sirna dengan bahagia bermakrifah kepada
Allah, ada model kefakiran yang akan hilang hanya dengan jujur kembali
berlindung kepada Allah, andai disupali dengan dunia seisinya tidak akan hulang
kefakiran itu"
Kelima : Senantiasa beramal shalih dan mengarahkan hati sesui
tujuan penciptannya.
Ibnu Abas
mengatakan,"Dalam kebaikan amal shalih itu ada cahaya yang menerangi hati
dan membuat wajah bersinar, ada kekuatan yang mengokohkan raga, ada penambahan
rizki, dan dicintai makhluk. Dan pada keburukan amal menyisakan hitam di wajah,
kegelapan di hati, cinta dunia, berkurangnya rizki dan kebencian dari
makhluk".
Maka dari itu menjadi sangat penting membuat hati senantiasa
melakukan aktifitas batiniyyah yang baik dan di ridhai Allah swt.
Dan diatas semua itu, berdzikir kepada Allah dan membaca serta
mentadaburi al-qura'an, punya pengaruh yang sangat besar untuk meningkatkan
kebugaran hati..Demikian khutbah ini, semoga bermanfaat dan menjadikan
hati-hati kita senantiasa bugar dalam kebenaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar