Jumat, 01 Juni 2012

Ta'at Itu Nikmat..........





Taat dalam bahasa Arab pada awalnya berarti menemani atau mengikuti. Hakikat taat merupakan sikap dan tindakan yang tulus dalam mematuhi perintah Allah SWT dan Rasul-Nya. Lawan taat adalah maksiat, durhaka, melanggar syariat. "Tidak ada keharusan menaati perintah jika dia bermaksiat kepada Allah, tetapi keharusan taat itu berlaku dalam rangka berbuat kebaikan." (HR Bukhari dan Muslim).

Menurut Muhammad 'Abduh, taat kepada Allah sama dengan mematuhi Alquran, taat kepada Rasul identik dengan mengikuti sunahnya, dan taat kepada ulil al-amri (pemimpin) berarti menjalankan konsensus pemimpin yang dipercaya umat dalam mengemban visi kedamaian, keadilan, dan kesejahteraan umat, baik itu ulama, kepala negara, maupun legislatif.

Taat beragama Islam dapat menjadikan Muslim mendapat petunjuk Allah dan kasih sayang-Nya (an-Nur [24]: 54), selalu beruntung (al-Ahzab [33]: 71), memperoleh nikmat-Nya bersama para Nabi, Syuhada, dan orang-orang saleh (al-Nisa' [4]: 69), serta memperoleh ampunan dan surga-Nya (al-Fath [48]: 16-17).

"Muslim harus mau mendengar dan taat kepada ajaran Islam, baik yang disukai maupun tidak disukai. Tetapi, jika ia diperintahkan untuk maksiat, maka tidak ada keharusan untuk mendengar dan menaatinya." (HR Bukhari dan Muslim).

Beragama Islam tanpa dibarengi ketaatan adalah omong kosong. Said Hawwa berpendapat, tidak ada yang lebih penting dalam Islam selain tiga hal: takwa, ibadah, dan taat. Dua hal pertama (takwa dan ibadah) ibarat dua sisi mata uang, sedangkan yang taat merupakan kunci terlaksananya dua hal pertama. Muslim yang bertakwa harus dibarengi ketaatan menjalankan syariat.

Islam akan membawa rahmat bagi semua jika setiap Muslim berkomitmen untuk taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Realisasi taat dapat diwujudkan dengan jamaah. "Tidak ada Islam tanpa berjamaah, sementara tidak ada jamaah tanpa ada kepemimpinan, dan tidak ada kepimpinan tanpa ketaatan." (HR ad-Darimi).

Dalam beragama maupun bermasyarakat dan bernegara, ketaatan merupakan kunci keberhasilan. Jika pemimpin mampu memberi keteladanan dalam ketaatan menegakkan hukum, tidak tebang pilih, niscaya rakyat akan mencintai dan mematuhi hukum. Sebaliknya, jika pemimpin hanya menebar pesona, berjanji tanpa bukti, menginstruksikan ketaatan tanpa keteladanan, kepemimpinannya ibarat 'macan ompong', tidak efektif.

Alquran melarang kita taat kepada para pemimpin yang menyesatkan (al-Ahzab [33]:34), orang kafir (al-Furqan [25]: 52), orang munafik (al-Ahzab [33]: 48), pendusta ayat-ayat Allah (al-Qalam [68]: 8), serta orang yang banyak bersumpah dan hina (al-Qalam [68]: 10). Menjadi taat harus berusaha mewujudkan Islam sebagai rahmatan lil'alamin melalui gerakan amar makruf nahi mungkar secara damai, dialogis, dan persuasif karena taat itu nikmat.
*****************************
Catatan :


Taat kepada Allah s.w.t dan Rasul-Nya adalah sifat mulia yang dituntut untuk diamalkan oleh setiap orang Islam. Taat yang dimaksudkan itu ialah kesetiaan menjunjung serta mengerjakan segala perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya.  Selain taat kepada Allah dan Rasul-Nya, setiap orang Islam juga diwajibkan taat dan bertangungjawab kepada ibu bapa, pemerintah, guru, ketua atau pemimpin.

Di dalam kitab suci al-Quran, terdapat berpuluh-puluh firman Allah s.w.t yang memerintahkan manusia agar taat setia mengerjakan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya. Demikian juga dengan firman-firman Allah yang memerintahkan manusia agar mentaati ibu bapa, pemerintah, guru dan sebagainya.

Firman Allah s.w.t yang memerintahkan manusia agar takut dan bertakwa kepada Allah dan mentaati segala perintah-Nya dalam surah Ali Imran ayat 50 dan surah asy-Syu’ra ayat 108, 110, 126, 131, 144, 150, 163 dan 179, yaitu:

“Maka oleh yang demikian, takutilah kamu akan (kemurkaan) Allah, dan taatlah kepadaku. ” Selanjutnya firman-firman Allah yang lain memerintah manusia agar taat kepada Allah diiringi perintah agar taat kepada Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad s.a.w.

Firman Allah dalam surah al-Maidah ayat 92 :
“Dan taatlah kamu kepada Allah serta taatlah kepada Rasul Allah, dan awaslah (janganlah sampai menyalahi perintah Allah dan Rasul-Nya). Oleh karena itu jika kamu berpaling (enggan menurut apa yang diperintahkan itu), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (perintah-perintah) dengan jelas nyata.”

Firman Allah diatas jelas menunjukkan bahwa perintah agar mentaati Allah s.w.t itu adalah perintah yang tegas. Jika ada manusia yang enggan mentaati perintah itu maka terpulanglah kepada dirinya sendiri. Rasulullah s.a.w telah menyempurnakan tanggungjawabnya menyampaikan perintah tersebut dengan jelas dan nyata.

Firman Allah s.w.t dalam surah al-Anfal ayat 1 :
“Mereka bertanya kepadamu (wahai Muhammad) tentang harta rampasan perang. Katakanlah: Harta rampasan perang itu terserah) bagi Allah dan Rasul-Nya (untuk menentukan pembahagiannya). Oleh itu bertakwalah kamu kepada Allah dan perbaikilah keadaan perhubungan diantara kamu serta taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, jika benar kamu orang-orang yang beriman.”

Menurut sejarah Islam, firman Alah di atas diturunkan selepas Perang Badar antara umat Islam dengan kafir yang berakhir dengan kemenangan besar di pihak Islam.
Segolongan pemuda Islam yang turut berjuang menyatakan tidak bersetuju jika harta rampasan perang yang diperoleh itu dibagi sama. Mereka mau diberikan semua kepada mereka dengan alasan merekalah yang berjuang mati-matian mengalahkan musuh. Itulah sebabnya firman Allah ini diturunkan.

Di dalam firman tersebut, Allah s.w.t memberitahukan dengan tegas bahwa penentuan pembagian harta rampasan perang itu adalah terserah kepada Allah dan Rasul-Nya. Pemuda-pemuda itu tidak berhak hendak menuntut demikian. Mereka diwajibkan taat kepada perintah Allah. Allah s.w.t juga menasihati mereka agar membaiki perhubungan silaturrahim antara mereka sebagai bukti bahwa mereka benar-benar orang yang beriman.

Firman Allah lagi dalam surah Ali Imran ayat 32 :
“Katakanlah (wahai Muhammad): “Taatlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya. Oleh karena itu jika kamu berpaling (mendurhakai), maka sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang kafir.”

Firman Allah ini juga dengan tegasnya menyuruh manusia mentaati segala perintah Allah dan Rasul-Nya tanpa ingkar walau sedikit pun. Allah s.w.t tidak menyukai orang-orang yang ingkar, durhaka atau kafir.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar