Jika kita sering
melakukan gerak, maka kita akan hidup. Karena dengan gerak, organ tubuh juga kita
ikut bergerak. Sehingga jantung akan memompakan darah ke seluruh tubuh kita…
Orang yang sering melakukan silaturrahim terhadap sesamanya. Baik teman,
kenalan, tetangga, orangtua, dan lainnya, maka ia akan selalu melakukan gerak
pada organ tubuhnya. Otomatis organ tubuhnya menjadi hidup, yang akhirnya
berkorelasi kepada MEMPERPANJANG usia hidupnya sebatas kehendakNya...
Silaturahmi adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT
Silaturahmi
adalah kunci terbukanya rahmat dan pertolongan Allah SWT
Dari
hubungan silaturrahim akan mendatangkan banyak rizki yang tidak disangka-sangka
kepada siapa pun yang melakukannya.
Rizki
yang bagaimana? Itu hak perogatif Allah SWT. yang jelas,
dari silaturrahim ini akan terjadi dialog, pembicaraan tentang sesuatu hal. Di
sini tentunya, akan terjadi transfer ilmu pengetahuan dari apa-apa yang
diobrolkannya. Ilmu pengetahuan itu, juga merupakan rizki. Lalu, kita dijamu
misalnya. Itu juga merupakan rizki. Belum lagi, jika dari pertemuan itu
berlanjut dgn kesepakatan kerjasama untuk berusaha atau berbisnis. Bukankah itu
suatu rizki? Dan masih banyak yang lainnya. Yang pasti, niatan kita ikhlas
mengharap ridha Allah.. Allah Mahakaya dan Maha Segala-galanya....
Walaupun
selalu saja ada sisi positif dan negatif sebuah interaksi dari suatu gerak. Positif ketika
interaksi memunculkan rasa cinta dan sayang, kuatnya persaudaraan, tolong
menolong sesama mukmin. Dan negatif, saat interaksi meletupkan bunga-bunga api
kekecewaan. Kebencian pun tak terelakkan.
Kebencian karena persoalan teknis semisal salah paham, emosi dadakan, mestinya hanya bertahan beberapa hari. Karena prinsipnya setiap mukmin punya satu ikatan: akidah Islam. Sehingga persoalan teknis di lapangan bisa cair sendiri bersama waktu dan kesibukan. Setelah itu, muncul lagi kerinduan.
Namun, begitulah setan. Emosi yang labil menjadi alat efektif pintu setan untuk mengobrak-abrik persaudaraan. Sesama mukmin menjadi marahan. Bahkan, pada dosis tertentu, marahan bisa diwariskan ke anak cucu. Na’udzubillah. Rasulullah saw. bersabda, “Cinta bisa berkelanjutan (diwariskan) dan benci pun demikian.” (HR. Al-Bukhari)
Kebencian karena persoalan teknis semisal salah paham, emosi dadakan, mestinya hanya bertahan beberapa hari. Karena prinsipnya setiap mukmin punya satu ikatan: akidah Islam. Sehingga persoalan teknis di lapangan bisa cair sendiri bersama waktu dan kesibukan. Setelah itu, muncul lagi kerinduan.
Namun, begitulah setan. Emosi yang labil menjadi alat efektif pintu setan untuk mengobrak-abrik persaudaraan. Sesama mukmin menjadi marahan. Bahkan, pada dosis tertentu, marahan bisa diwariskan ke anak cucu. Na’udzubillah. Rasulullah saw. bersabda, “Cinta bisa berkelanjutan (diwariskan) dan benci pun demikian.” (HR. Al-Bukhari)
Jika
marah diibaratkan sebagai api, maka airlah yang paling cocok agar api segera
padam. Tidak mungkin api akan padam dengan api. Dan air adalah perumpamaan yang
pas buat gerakan silaturahim.
Sekeras apa pun sebuah kebencian, boleh jadi rapuh dengan beberapa gerakan lewat celah kasih sayang dan sentuhan persaudaraan. Orang yang diumbar marah dan benci sebenarnya sangat membutuhkan perhatian. Tidak jarang, kebencian bisa luluh hanya dengan gerakan perhatian dan sapaan yang tulus.
Sekeras apa pun sebuah kebencian, boleh jadi rapuh dengan beberapa gerakan lewat celah kasih sayang dan sentuhan persaudaraan. Orang yang diumbar marah dan benci sebenarnya sangat membutuhkan perhatian. Tidak jarang, kebencian bisa luluh hanya dengan gerakan perhatian dan sapaan yang tulus.
Harus
ada prakarsa agar kebencian tidak berlanjut. Dan yang terbaik adalah mereka
yang lebih dulu mengawali kunjungan. Indahnya sebuah nasihat Rasullah saw.,
“Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan
saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog,
mengemukakan isi hati. Dan yang terbaik, yang pertama memberi salam (menyapa).”
(HR. Al-Bukhari)
“Sambunglah orang yang memutus silaturahim denganmu. Berilah
hadiah kepada orang yang enggan memberimu. Dan jangan hiraukan orang yang
menzalimi kamu.” (HR. Ahmad)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar